GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Sunday, 10 March 2013

SUKACITA ATAS KEMBALINYA ORANG BERDOSA

Warta Jemaat  No. 10-10 Maret 2013                                                                                                                                       Untuk Kalangan Sendiri

"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."
(Yakobus 1 : 14 - 15)


Renungan dari nats ini bagi kita adalah kejatuhan seseorang kedalam dosa berawal dari munculnya keinginan. Keinginan itu bisa muncul oleh karena pernah melihat, membaca atau mendengarkan cerita tentang perbuatan dosa. Keinginan itu bisa berkembang di dalam pikiran dan akhirnya melahirkan dorongan yang kuat untuk melakukannya. Bila dorongan itu dilakukan jadilah dosa.

Seperti anak bungsu dalam nats ini, dari seorang anak petani yang lugu, terjerumus ke dalam hidup foya-foya dan penuh kenajisan, karena ia melakukan apa yang ada di pikirannya. Cepat atau lambat, perbuatan dosa akan membuahkan kehancuran dan pada akhirnya kematian kekal (Roma 6:36). Ketika harta anak bungsu itu habis, kesukaran tiba, maka ia jatuh ke jurang kesengsaraan, yaitu menjadi penjaga babi, suatu pekerjaan yang paling hina pada saat itu. Tetapi pada akhirnya si anak bungsu dapat kembali kepada bapanya. Apakah rahasianya?
  • Menyadari keadaannya. Bila seseorang menyadari keberadaannya yang berdosa di hadapan Allah, ini adalah suatu langkah awal yang baik.
  • Bangkit dan Pergi. Bertindak dan segera datang kepada bapanya.
  • Dengan rendah hati mengakui kesalahannya, yaitu terhadap sorga (Allah) dan kepada  bapanya (Manusia). Ia mmengakuinya dengan jujur.
  • Berserah kepada pimpinan bapanya. Pernyataan anak bungsu: "jadikanlah aku sebagai salah satu upahan bapa", artinya mau disuruh dan ada penyerahan total kepada bapanya.
Bagaimana reaksi si anak sulung, saat ia melihat apa yang dilakukan bapanya pada adik bungsunya? Ia marah dan menganggap bapanya pilih kasih (ayat 28 - 30). Barangkali kita sering bersikap seperti anak sulung tersebut. Yang perlu kita ketahui adalah anak sulung  itupun bertobat, perlu merendahkan hati dan mampu bersyukur dalam kehidupannya, sehingga mampu bermurah hati kepada adiknya (perwakilan untuk orang-orang yang rindu bertobat) seperti yang telah diperlihatkan oleh bapanya.

Sumber : Suara GKPI edisi Februari 2013

Friday, 8 March 2013

MAMPU MENANGGUNG PENCOBAAN

Warta Jemaat No. 09-3 maret 2013                                                                                                                                          Untuk Kalangan Sendiri


"Percobaan-percobaan yang kamu alami ialah percobaan-percobaan yang biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya".
(1 Korintus 10 : 13)

Rasul Paulus, sebagaimana tampak dalam teks ini, memberikan bimbingan kepada orang-orang percaya di Korintus, dengan mengingatkan mereka (ayat 1 - 4). Jika kita membaca Bilangan 20 : 2 - 11, yang berbicara tentang bagaimana Tuhan memampukan Musa untuk mengeluarkan air dari bukit batu. Disini dikatakan tentang "Batu Rohani" yang mengikuti mereka (ayat 4). Tuhan berfirman, bahwa Dia akan memberi kita kekuatan dan tidak membiarkan pencobaan yang kita tanggung itu melebihi kekuatan kita. Meskipun demikian, semua itu tergantung dari diri kita sendiri. Apakah kita mau berlindung dibawah kepaknya agar terhindar dari bahaya?. Hati-hati, orang percaya di Korintus pun dapat terjebak kepada dosa-dosa seperti yang Israel lakukan (ayat 7 - 10)

Pada umumnya jika seseorang berhasil dalam hidupnya, ekonomi, usaha, pekerjaan, dan sebagainya akan semakin tinggi hati dan gila akan sanjungan. Keberhasilan ini akan menghasilkan kejatuhan yang disebabkan kealpaan kita. "Onpe, ganup na jongjong dirohana, dimatahonma, unang tinggang (ayat 12)." oleh karena itu :
  1. Marilah kita saling menasehati dan menguatkan bahwa setiap masalah/pergumulan hidup selalu ada jalan keluarnya. Harus ada semangat dan percaya akan Tuhan.
  2. Belajarlah dari contoh-contoh dan pengalaman-pengalaman yang positif kita ikuti, yang negatif kita hindari.
  3. "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus". (gal. 6 : 2)
  4.   Berdoalah agar hati kita senantiasa berpaut pada Tuhan. 

Sumber : Suara GKPI edisi Feb 2013
Disadur oleh : Pdt. Jhon P.E. Simaorangkir