"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut."
(Yakobus 1 : 14 - 15)
Renungan dari nats ini bagi kita adalah kejatuhan seseorang kedalam dosa berawal dari munculnya keinginan. Keinginan itu bisa muncul oleh karena pernah melihat, membaca atau mendengarkan cerita tentang perbuatan dosa. Keinginan itu bisa berkembang di dalam pikiran dan akhirnya melahirkan dorongan yang kuat untuk melakukannya. Bila dorongan itu dilakukan jadilah dosa.
Seperti anak bungsu dalam nats ini, dari seorang anak petani yang lugu, terjerumus ke dalam hidup foya-foya dan penuh kenajisan, karena ia melakukan apa yang ada di pikirannya. Cepat atau lambat, perbuatan dosa akan membuahkan kehancuran dan pada akhirnya kematian kekal (Roma 6:36). Ketika harta anak bungsu itu habis, kesukaran tiba, maka ia jatuh ke jurang kesengsaraan, yaitu menjadi penjaga babi, suatu pekerjaan yang paling hina pada saat itu. Tetapi pada akhirnya si anak bungsu dapat kembali kepada bapanya. Apakah rahasianya?
- Menyadari keadaannya. Bila seseorang menyadari keberadaannya yang berdosa di hadapan Allah, ini adalah suatu langkah awal yang baik.
- Bangkit dan Pergi. Bertindak dan segera datang kepada bapanya.
- Dengan rendah hati mengakui kesalahannya, yaitu terhadap sorga (Allah) dan kepada bapanya (Manusia). Ia mmengakuinya dengan jujur.
- Berserah kepada pimpinan bapanya. Pernyataan anak bungsu: "jadikanlah aku sebagai salah satu upahan bapa", artinya mau disuruh dan ada penyerahan total kepada bapanya.
Bagaimana reaksi si anak sulung, saat ia melihat apa yang dilakukan bapanya pada adik bungsunya? Ia marah dan menganggap bapanya pilih kasih (ayat 28 - 30). Barangkali kita sering bersikap seperti anak sulung tersebut. Yang perlu kita ketahui adalah anak sulung itupun bertobat, perlu merendahkan hati dan mampu bersyukur dalam kehidupannya, sehingga mampu bermurah hati kepada adiknya (perwakilan untuk orang-orang yang rindu bertobat) seperti yang telah diperlihatkan oleh bapanya.
Sumber : Suara GKPI edisi Februari 2013