GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Tuesday, 19 June 2018

Khotbah Keb. Rumah Tangga 15-16 Mei 2018 Matius 9:27-31 BELAS KASIHAN TUHAN DAN IMAN


"Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?"  Matius 9:28
Injil Matius menjelaskan bahwa Yesus orang Nazareth ini mempunyai kuasa atas sakit-penyakit, dan juga punya kuasa atas kebutaan secara phisik. Oleh karena itu, Yesus dengan belas kasih-Nya mencelikkan mata kedua orang buta, dan terjadilah demikian. Yang menyebabkan mereka dapat melihat adalah iman mereka. Keduanya percaya bahwa Yesus itu bukan hanya sekedar Anak Daud, sebagai orang yang terpandang di antara raja-raja Israel. Kuasa Yesus adalah kuasa Allah.
Sementara itu, inspirasi bathin yang dapat kita tarik dari Injil Matius hari ini antara lain bahwa kita sebagai umat beriman barangkali tidak buta secara phisik. Namun apa yang terjadi? Kita memang punya mata, tetapi ternyata tidak melihat, dan kita juga punya telinga, tetapi tidak mendengar. Tentu ini harus diartikan secara rohani. Dengan kata lain pula, bahwa di balik kesembuhan jasmani, kesembuhan rohani juga sangat penting. Memiliki hidup rohani yang baik, akan menjadikan seseorang memiliki phisik yang sehat pula. “Mens sana in corpore sano”, jiwa/pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat”. Artinya bahwa dalam menjalani hidup ini, baik jasmani dan rohani harus dipelihara dengan baik.
Bagaimana keadaan Saudara hari ini?  Mungkin Saudara sedang terbaring lemah di tempat tidur karena sakit-penyakit?  Atau mungkin Saudara sudah merasa putus asa karena dokter sudah mengangkat tangan sebagai pertanda ketidaksanggupan menangani sakit yang Saudara derita?  Jangan berputus asa, karena bagi orang percaya pengharapan itu selalu ada!  Berserulah kepada Tuhan Yesus dan mohon belas kasihan-Nya, karena Dia adalah Allah yang menyembuhkan.  "Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita."  (Matius 8:17).  Ini merupakan penggenapan dari nubuatan yang disampaikan oleh nabi Yesaya,  "Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah."  (Yesaya 53:4)  dan  "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."  (1 Petrus 2:24b).
     Seseorang beroleh kesembuhan dari Tuhan bukan karena ia baik dan layak, atau karena ia adalah seorang keluarga pendeta, orang kaya, orang berpangkat, terkenal,  melainkan semata-mata oleh karena belas kasihan dari Tuhan.  Selain karena belas kasihan Tuhan, yang menjadi kunci untuk mendapatkan mujizat dari Tuhan adalah iman kita, karena  "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."  (Ibrani 11:1), tanpa iman tak seorang pun berkenan kepada Tuhan dan Ia  "...memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia."  (Ibrani 11:6).
Dua kisah orang buta yang berteriak minta pertolongan Yesus, yang hari ini diceritakan dalam Injil adalah kisah cerita dua manusia yang berani meminta bantuan. Dua orang buta mengikuti Yesus dan berseru-seru mohon disembuhkan. Orang buta itu tak berdaya. Secara fisik, mereka tidak bisa berbuat banyak. Banyak hal bergantung pada kemurahan hati orang lain. Melihat upaya dan mendengar seruan mereka, dan setelah bertanya kepada mereka, Yesus kemudian menyentuh mata kedua orang itu dan sembuhlah mereka. Dua orang buta ini bisa menjadi guru bagi kita dalam mengarungi kehidupan sehari-hari. Mereka yakin bahwa dalam nama Yesus segala sesuatu bahkan yang tampaknya tidak mungkin menjadi mungkin. Buta menjadi melek. Tuli bisa mendengar. Kusta menjadi tahir. Yang mati dibangkitkan.
Banyak orang percaya pada Yesus, pada sabda, pada pengajaran dan pada karya-Nya, tetapi tidak mengimani pribadi dan sabda-Nya tersebut. Sebab mereka mengikuti Yesus masih dengan penuh perhitungan untung rugi, nyaman dan tidak nyaman. Maka marilah kita menghayati iman dalam hidup sehari-hari, dengan dan dalam iman kita hidup dan bertindak. Kesengsaraan, kemiskinan, kesulitan, tantangan dan hambatan merupakan media bagi kita untuk semakin beriman, semakin terbuka pada Penyelenggaraan Ilahi, karya Roh Kudus. Melalui mukjizat Yesus yang menyembuhkan dua orang buta, yang berteriak-teriak,“Yesus, Anak Daud, kasihanilah kami!” Yesus mengajarkan agar kita tidak lekas menyerah dalam doa permohonan kita. Maka hadapilah semuanya itu dengan rendah hati dan dalam doa serta kasih karunia Roh Kudus.Imanlah yang dituntut.  Dari manakah iman kita dapatkan?  "...iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."  (Roma 10:17).  Semakin kita banyak mendengar firman Tuhan dan tinggal di dalam firman-Nya iman kita akan semakin bertumbuh dan apa yang kita imani akan menjadi sebuah kenyataan!"Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia;"  Yakobus 5:15. Amen


Khotbah Kebaktian R. Tangga 8-9 Mei 2018 HADAPILAH MASALAH DENGAN TANGGUNG JAWAB Yakobus 1: 2 - 8.


Selama kita masih hidup di dunia ini, persoalan akan tetap ada. Bahkan masalah sepertinya datang silih berganti, yang seringkali membuat kita merasa tidak mampu menghadapi semuanya.
Jadi apabila saat ini kalau kita berpikir bahwa kita bisa menjalani hidup ini tanpa masalah, itu berarti kita sendiri ada di dalam masalah, karena telah memiliki pola pikir yang salah.
Tidak mungkin manusia hidup didunia ini tanpa masalah. Sebab saat manusia pertama kali jatuh kedalam dosa, ini merupakan sumber masalah yang terbawa sampai saat ini. Dengan pemahaman ini kita akan semakin mengerti bahwa setiap masalah yang datang kita harus tetap menghadapinya, dan bukan berusaha lari dari masalah yang kita hadapi.
Masalah yang datang harus kita hadapi dengan penuh tanggung jawab, dan berjuang dalam menghadapinya dengan tekun, karena sesulit apapun masalah yang kita hadapi, didalam Tuhan kita Yesus Kristus, pasti ada jalan keluarnya.
Firman Tuhan mengajarkan kita supaya menganggap sebuah masalah sebagai suatu kebahagiaan.
Yakobus 1:2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
Mungkin kita berkata bagaimana mungkin kita bisa menganggap setiap masalah sebagai suatu kebahagiaan ? Sebenarnya karena selama ini kita telah memiliki pola pikir yang salah, dimana yang kita inginkan hanyalah hidup tanpa masalah.
Padahal dibalik sebuah masalah sesungguhnya kita sedang di didik, kita sedang di ajar oleh Tuhan, supaya kita lulus didalam ujian terhadap iman percaya kita kepada Tuhan. Karena dengan ujian itu maka kita akan semakin bertekun.
Menjalani hidup sebagi orang Kristen bukanlah berarti langkah kita menjadi mudah dan tanpa masalah; sebaliknya kita justru menghadapi banyak ujian/pencobaan. "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia," (Filipi 1:29). Namun, ujian dan pencobaan yang kita alami itu semuanya mendatangkan kebaikan bagi kita; Tuhan ingin melihat sejauh mana kualitas iman anak-anakNya. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi apabila seseorang mengalami ujian dan pencobaan: ia kecewa dan meninggalkan Tuhan, atau akan semakin tekun dan melekat kepadaNya sehingga imannya semakin bertumbuh dan dewasa.
Adakalanya Tuhan memperingatkat kita dengan keras melalui keadaan atau situasi yang kita alami supaya kita belajar bergantung penuh kepadaNya dan berdiri di atas dasar iman yang teruji. Iman yang teruji tidak terjadi dalam semalam, namun harus melewati proses yang panjang, yang di dalamnya terkandung unsur ketekunan dan kesetiaan.
 Beberapa proses ujian yang harus kita alami adalah:
1.      Kelimpahan.Luk 16:11 Hal lain, selain masalah dan penderitaan, yang terkadang diijinkan untuk menguji iman kita adalah kelimpahan. Banyak anak Tuhan yang jatuh alam dosa justru pada waktu ia diberkati dan dalamkelimpahan. Ketika sedang susah atau dalam keadaan miskin biasanya seseorang lebih mengutamakan Tuhan dan selalu berusaha untuk dekat dengan Dia, berdoa pun all out, tetapi pada waktu mengalami pemulihan, diberkati dan menjadi kaya, ia mulai lebih dekat dengan hartanya dibanding dengan Tuhan; yang diutamakan dan dicari bukan lagi Tuhan, melainkan dunia dengan segala kesenangannya.Maksud Tuhan Yesus adalah ada hubungan yang langsung dari bagaimana saya mengurus uang dengan kedewasaan rohani. Artinya jika aku tidak setia dalam mengurus kekayaan materi, maka Yesus tidak akan mempercayakanku kekayaan rohani. Uang adalah ujian. Dlm Kis2: 45)
2. Peristiwa buruk. Hal ini pernah dialami Ayub, padahal ia seorang yang "...saleh dan jujurl ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (Ayub 1:!). Semua anaknya mati, hartanya ludes, istrinya mengutuk dia, bahkan tubuhnya penuh borok. Namun Ayub tetap kuat karena dia tahu bahwa Tuhan sedang memprosesnya. Karena lulus dalam ujian, kehiudpan Ayub dipuluhkan secara luar biasa (baca Ayub 42:10-17).
Yakobus 1:3-4 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 
Tuhan tidak membiarkan kita sendiri. Oleh sebab itu saat kita menghadapi masalah mintalah hikmat Tuhan yang akan menuntun kita untuk menyelesaikan segala persoalan yang kita hadapi.Jadi jangan dengan mudahnya kita selalu meminta pertolongan Tuhan untuk mengangkat masalah yang kita hadapi. Tetapi mintalah hikmat Tuhan supaya kita mampu menyelesaikan masalah yang kita hadapi dengan tanggung jawab.Tuhan telah memberikan potensi yang dikaruniakan kepada setiap orang percaya, supaya mampu untuk menghadapi apapun keadaan hidup saat ini. 
Hal ini juga bukan berarti kita tidak perlu mengharapkan pertolongan Tuhan, tetapi kita harus kerjakan apa yang menjadi bagian kita yang harus kita kerjakan, sebagai manusia yang bertanggung jawab. Sebab sebagai anak-anak-Nya tanpa kita meminta pertolonganpun, Tuhan pasti menolong, asal saja kita setia didalam Dia. Karena Dia Bapa yang baik.
Kita harus belajar menjadi dewasa dalam iman percaya kita kepada Tuhan. Karena apabila kita tidak menjadi dewasa dalam iman percaya kita kepada Tuhan, maka jangan pernah berharap Tuhan akan dengan mudahnya mengubah hidup kita.
Yakobus 1:7-8 Dengan menjadi dewasa dalam iman percaya kepada Tuhan, kita akan semakin mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita. Sehingga bila ada masalah yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita, kita akan tetap melihatnya bukan lagi menjadi masalah, karena kita tahu didalam Tuhan kita akan cakap menanggung segala perkara.
Persoalan boleh datang, masalah yang kita hadapi boleh silih berganti, tetapi kita tidak akan menjadi takut lagi. Saat ini kita diajar untuk mengerti bahwa, masalah-pun kita telah mnganggapnya sebagai suatu kebahagiaan.Jadi sebuah kebahagian hidup bukan hanya sesuatu yang enak untuk dinikmati, yang membuat kita bisa tinggal didalam rasa nyaman, tetapi masalah-pun bagi kita saat ini bisa menjadi sebuah kebahagiaan hidup, karena kita tahu didalam Tuhan kita Yesus Kristus dan oleh hikmat yang Tuhan karuniakan bagi kita, maka kita akan tetap melihat pasti ada jalan keluarnya. Lalu kita bisa berkata kepada Tuhan “Engkaulah kota benteng perlindunganku, disepanjang umur hidupku”. Amin.


Khotbah Ke. Rumah Tangga 1-2 Mei 2018 Mateus 11:25-30


Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."  Matius 11:28
Apakah saat ini Saudara merasa letih, lesu dan tak berdaya karena beratnya beban permasalahan yang harus Saudara tanggung dalam hidup ini?  Mulai dari bangun pagi sampai hendak tidur malam banyak perkara yang kita pergumulkan dan keluhkan, mulai dari masalah keuangan keluarga yang pas-pasan, usaha yang seret dan sedang berada di ujung tanduk, beban pekerjaan, dan suasana kerja yang tidak kondusif, kesehatan yang terganggu karena sakit-penyakit yang lama belum kunjung sembuh, belum lagi anak-anak di rumah yang susah diatur dan studinya yang kian terseok-seok.
     Dalam hal pelayanan pun kita merasa bahwa pelayanan yang kita lakukan selama ini serasa sia-sia, tidak ada kemajuan, jalan di tempat dan kita pun berniat untuk mundur karena tidak tahan dengan tekanan dari berbagai pihak.  Akhirnya kekuatiran dan kecemasan terus saja membayangi langkah kaki kita yang kian gontai.  Abraham L. Feinberg, seorang rohanian Amerika, menulis tentang sepuluh kiat untuk menikmati kebahagiaan hidup.  Salah satu dari sepuluh kiat itu adalah:  "Berhentilah kuatir.  Rasa kuatir akan membinasakan hidupmu."  Alkitab juga menegaskan bahwa kekuatiran itu sama sekali tidak mendatangkan kebaikan bagi seseorang, sebab  "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang,"  (Amsal 12:25), dan  "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?"  (Matius 6:27).
     Mengapa Saudara harus memikul beban itu sendirian?  Rasul Petrus menasihati,  "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu."  (1 Petrus 5:7).  Tuhan berjanji,  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Karena itu kuatkan diri dan tetaplah percaya kepada Tuhan Yesus!  Keadaan dunia ini boleh saja berubah, tetapi kita punya Tuhan yang tidak pernah berubah:  kuasa, kasih, kemurahan dan kebaikan-Nya  "...tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya."  (Ibrani 13:8).  Tuhan Yesus tetaplah sebagai jalan dan kebenaran dan hidup bagi orang percaya. Dia adalah setia dan dapat diandalkan. Lalu mengapa kita tidak dapat menikmati ketenangan yang permanen? Karena kita hanya berhenti di “Marilah” saja.
Jika kita introspeksi diri baik-baik, alasan utama adalah karena kita mengabaikan ayat-ayat berikutnya, ayat 29-30 di sini selanjutnya dikatakan: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” Yang disebut dengan orang-orang Kristen adalah murid-murid Kristus, orang yang harus belajar seperti Kristus dan mengikuti Kristus. Hanya orang yang secara konsisten terus belajar dan meneladani Yesus, barulah ia dapat terus menerus menikmati kehidupan yang penuh ketenangan dan kedamaian yang kekal itu.
Pertama, jangan biarkan kata “kuk” ini menakut-nakuti Anda. Karena ini adalah kuk dari Kristus, Dia akan membantu kita memikulnya. Ia akan membuat kita menyukainya, melalui daya tarik keadilan dan kebenaran. Ia akan membuat kita bosan dengan kesenangan semu dan membuat kita bergembira karena melatih diri untuk kebajikan.
Pada saat itu cara orang-orang Yahudi melatih sapi muda untuk membajak sawah adalah membiarkan sapi muda dengan sapi yang sudah berpengalaman berdampingan untuk memikul satu kuk. Sapi muda itu akan belajar dari sapi tua membajak di sana dengan patuh dan perlahan-lahan sapi muda itu akan menjadi terbiasa. Tuhan kita seperti sapi tua ini. Hari ini Tuhan tidak hanya berjalan bersama kita, Dia juga ada di dalam kita. Ketika kita membiarkan Tuhan hidup di dalam kita, maka kerendahan hati Tuhan akan dinyatakan di dalam diri kita. Selanjutnya dikatakan lagi: “Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” (ayat 30). Yang dimaksud dengan enak dan ringan yaitu yang sesuai, karena Tuhan tidak akan memberikan kuk yang melampaui batas kemampuan kita.
Kedua, belajar apa? 1. Lemah-lembut dan rendah hati. Yang disebut lemah-lembut adalah tidak panik, rendah hati lawan kata adalah sombong; semua keberhasilan kita juga bukan karena kemampuan dan kehebatan kita, untuk apa tinggi hati dan sombong, sesungguhnya tidak ada yang dapat dibanggakan! Kita juga tidak ada apa-apanya. Yesus adalah Allah Tritunggal yang Mahatinggi, tapi Ia rela merendahkan diri menjadi manusia seperti yang tercatat di dalam Flp. 2:7-8. Jika bukan karena anugerah Allah, apalah artinya kita? 2. Pengenalan dan keyakinan terhadap Allah Bapa: “Pada waktu itu berkatalah Yesus: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu” (ay. 25-26). Yakin dan jelas siapa yang dilayani; Dia adalah Bapa, Tuhan langit dan bumi: Dia adalah Bapa kita, Dia tidak akan sesuka hati memperlakukan kita, setiap hal harus dengan seizin-Nya baru bisa terjadi di atas diri kita. Segala sesuatu ada di dalam kuasa-Nya. Karena itu buat apa kita menghitung-hitung untung rugi, keberhasilan dan kegagalan kita. 3. Ayat 25-26: Jelas bahwa Allah adalah Bapa, Tuhan langit dan bumi, aku bersyukur kepada-Mu. Mengucap syukur dalam segala hal. Waktu itu Yesus berada dalam situasi pasang surut, pekerjaan tidak berhasil, ditolak, diremehkan,…mengapa Ia masih bersyukur kepada Allah Bapa? Karena Yesus tahu siapa Bapa, karena Bapa maka Ia harus taat. Yakin bahwa Allah Bapa tidak akan salah juga tidak akan ada yang salah. 4. Ayat 27 menunjukkan betapa eratnya hubungan Dia dengan Allah Bapa. Dia membiarkan Bapa mengenal Dia (jujur, tanpa rasa sesal)Sebaliknya Ia juga sepenuhnya memahami Allah Bapa. Bagaimana kita di hadapan Allah, ada berapa banyak hal yang kita tidak berani terbuka kepada-Nya, dan sejauh mana pemahaman kita terhadap Allah Bapa? Tidak mengherankan, kita tidak dapat menikmati ketenangan! Amen


Khotbah Keb. R. Tangga 24-25 April 2018 Yeremia 31, 7-14


Ditengah penghukuman umatNya, Allah memperlihatkan kasih setiaNya, bahwa Dia akan memulihkan umatNya, yaitu perjanjian rohani yang di tuliskan dalam hati mereka dan bukan lagi perjanjian hukum yang tidak mampu mereka pelihara. Tuhan menggenapi perjanjianNya ini dengan kedatangan Yesus Kristus yang menjadi keselamatan bagi umat yang mau dituntun oleh Tuhan.Dalam janji keselamatan itu Tuhan yang akan membimbing umatNya mendapatkan keselamatan dan kehidupan yang penuh sukacita. Tuhan menyediakan harapan baru. Sebab Tuhan akan menjadi penjaga bagi umatNya seperti seorang Bapa dan juga gembala. Tuhan akan menghibur, memuaskan dan menebus umatNya.
Melalui nas ini kita diajak untuk meneliti iman kita kepada Tuhan. Sejauhmana kita mempercayai dan menghidupi janji setia Tuhan dalam hidup kita. Dalam penyataan kasih setia Tuhan ini, umat diajak untuk bersukacita sementara mereka berada dalam penderitaan di pembuangan. Maka muncul pertanyaan: “bagaimana bersukacita di tengah penderitaan?”Ketika pergumulan, penderitaan kita hadapi dalam hidup ini, mampukah kita meyakinkan diri kita bahwa  kasih setia Tuhan akan memberikan pertolongan pada waktunya? Sebagaimana Paulus menuliskan “bersukacitalah senintiasa di dalam Tuhan” (Flp. 4:4). Ini adalah sikap yang hendak diperlihatkan nas ini bagi kita untuk menjalani kehidupan ini. Bahwa kita adalah umat yang bersukacita, apapun yang terjadi tidak akan menyurutkan kita untuk bersukacita sebab kita percaya akan perbuatan Tuhan yang besar.
Kita memiliki alasan yang kuat mengapa kita senantiasa bersukacita:
      1.      Tuhan telah menghancurkan penghalang sukacita kita. Dosa adalah sumber penderitaan. Inilah yang terjadi pada umat Israel, bahwa penderitaan yang mereka hadapi hingga sampai di pembuangan karena dosa mereka. Hidup yang mengabaikan perintah Tuhan itu sama artinya kita mengubur dalam-dalam hidup yang berbahagia dalam hidup kita.Namun, dalam keberdosaan manusia, Tuhan datang dengan kasih setiaNya memberikan pengampunan dosa bagi kita. Karena Tuhan tahu manusia tidak akan bisa selamat dari hukuman dosa jika bukan Tuhan yang menyelamatkan. Sehingga kita bersyukur oleh sebab kasih Tuhan yang besar melalui anakNya Tuhan Yesus Kristus yang telah menebus kita dari kutuk dosa.Ini adalah alasan utama mengapa kita bersukacita dalam hidup ini, sebab halangan utama yang membuat manusia itu menderita yaitu dosa telah diruntuhkanNya. Sehingga kita dengan penuh semangat dapat memasuki hidup yang penuh sukacita.
       2.      Tuhan menyediakan sukacita bagi kita
Tuhan adalah sumber sukacita. Jika kita telah hidup dalam pengampunan dosa dari Tuhan, maka Tuhan memberikan kepastian pada kita bahwa Tuhan senantiasa menuntun kehidupan kita. Bahwa Dia akan menjadi Bapa dan Gembala yang memastikan masa depan yang baik bagi kita. Ketika dengan yakin dan tulus mempercayakan hidup kita pada Tuhan, maka Dia akan memberikan kepuasan dan penghiburan kepada kita. Kuncinya adalah kita mau datang dan menyerahkan hidup kepadaNya.
Pengharapan, iman kita kepada Tuhan Yesus tidak akan mengecewakan. Sebab hanya dari Tuhan saja kita dapat menerima segala kebaikan dalam kehidupan. Sehingga walaupun kita sedang berada pada pergumulan hidup, kita yakin bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita. Inilah alasan mengapa kita harus bersukacita. Maka orang yang mempercayakan hidupnya kepada Tuhan tidak akan mau ditindih, dibebani dan di tekan oleh kesusahan, sungut-sungut. Namun sebaliknya, kita akan pegang teguh keyakinan akan apa yang Tuhan katakana dalam nas ini: “umat-Ku akan menjadi kenyang dengan kebajikan-Ku”
Hukuman Allah menyadarkan mereka setelah mengalami penderitaan yang mereka terima di Babel. Dibalik penderitaan itu, mereka membangun sebuah pengharapan, munculnya penyelemat yang membebaskan mereka. Sukacita menjadi bagian kerinduan mereka.Kata membebaskan dan menebus, biasanya dipergunakan untuk pembebasan dalam bidang sekuler, seperti penebusan harta milik yang digadaikan, penebusan budak. Penebusan ini biasanya dilakukan oleh anggota keluarga terdekat. Kata-kata ini sangat akrab bagi umat Israel, maka teologia juga memakai kata ini untuk menyatakan perbuatan tangan Allah atas Israel dari perbudakan Mesir. Dalam ay. 7 istilah ini digunakan untuk orang Israel di pembuangan Babel. Allah menjadi ‘anggota keluarga’ mereka, menebus mereka dari perbudakan.
Pengalaman dikeluarkan atau dibebaskan banyak mempengaruhi jiwa seseorang. Orang sembuh dari sakit akan lebih menghargai kesehatan dibanding yang belum mengalaminya. Seorang ibu yang mempunyai bakat stroke masih ‘bandel’ dengan memakan pantangannya, tetapi begitu ada serangan stroke, dia jera dan berhenti memakan semua jenis makanan yang dapat membuat penyakitnya makin parah. Dia diubah oleh sakit yang luar biasa, dia membangun harapan di tengah kelemahannya. Dalam istilah hukum, hukuman membuat si terdakwa sampai pada efek jera.
Ketika Yeremia menggambarkan kepulangan para buangan dari Babel ke Israel, ada ajakan sukacita bagi keturunan Yakub. Biarlah keluh kesah mereka, sakit penyakit dan derita mereka diganti dengan sorak sorai, karena Allah yang bertindak membawa mereka pulang, membayar hutang mereka dan menebus mereka dari perbudakan Babel. Allah lah satu-satunya keluarga dekat mereka, menebus mereka dari perbudakan
Saat seseorang keluar dari RS dengan kondisi sehat, akan terlihat wajah sumringah karena gembira meliputi hatinya, orang keluar dari penjara akan ada cahaya optimis di wajahnya, apalagi jika keluar dari sebuah perbudakan panjang, bukankah kegembiraan meliputi hati, jiwa dan pikiran untuk terus tersenyum menjalani masa depan bersama Tuhan yang rela menjadi anggota keluarga membayar seluruh hutang-hutang? Kegembiraan sangat sempurna ketika ada penebusan dari ketidakmampuan. Hanya dalam mimpinya Martin Luther King menyatakan penebusan Allah pada kulit hitam untuk menjadi warga yang sama dengan kulit putih, di Amerika Serikat, sudah terlihat nuansa kegembiraan bagi suku tersebut dengan tetap optimis berjuang di negara berkulit putih itu. Janji keselamatan dari Allah membawa jaminan dan kegembiraan. Maka satu-satunya pengharapan kita untuk ditebus dari perbudakan dosa hanya pada Allah keluarga terdekat kita.
Inilah panggilan bagi orang yang berduka, menderita, tertindas dan mengalami sakit penyakit karena kesalahan masa lalu kita, Tuhan membawa pengampunan bagi kita, Tuhan memulihkan jiwa kita yang kering, Tuhan menebus kita dari dosa maut, membayar hutang kita dengan darah Yesus Kristus. Tidak ada lagi tangisan, hanya sorak-sorai bagi mereka yang memiliki DNA Yesus Kristus. Jangan terlalu percaya dengan kata-kata manis yang dijanjikan dunia, tapi mari tetap dengar-dengaran dengan suara Roh yang mengingatkan kita akan ketidakbenaran supaya hidup seturut dengan kebenaran Allah.
Allah tidak hanya menebus kita dari penderitaan, Dia juga menyediakan segala yang perlu bagi kita, saat kita dibawa pulang. Dalam ay. 10-14 ada ungkapan kesejahteraan. Yeremia menggambarkan kemakmuran umat Israel pada masa depan dan kegembiraannya di atas bukit Sion. Bila dibandingkan keluaran dari Mesir, maka pemulangan dari Babel akan lebih hebat, di mana Tuhan memberi umatNya kelimpahan makanan dan kemakmuran harta benda lainnya. Dia juga bertindak menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Nya. Keluarbiasaan terjadi bagi bangsa yang telah dipilihNya.
Bangsa pilihan Allah selalu mandapat perlakuan istimewa dari Allah. Dia menebus Yakub dari tangan orang yang lebih kuat darinya (11), menyediakan gandum, anggur dan minyak, anak-anak kambing domba dan lembu sapi (12); hidup mereka akan seperti taman yang diairi baik-baik. Istilah ini sangat tepat bagi Israel yang curah hujannya rendah dan jarang diharapkan. Dengan perlakuan istimewa ini semua kalangan, semua usia dapat bersukacita (13) karena kebajikan Tuhan yang diberi pada mereka. Tuhan melimpahkan anugerahNya bagi imam dan umat (14).
Banyak pengalaman pahit yang kita lalui sebagai umat percaya. Dalam epistel (1 Tesalonika 2, 13-20) dikatakan bahwa percaya dan beriman pada Tuhan tidak membuat jemaat Tesalonika tenang dan damai, sebaliknya mendatangkan kesusahan dan penderitaan oleh karena kejaran dari penguasa dunia. Ada yang tidak dapat menjabat jabatan tertentu karena beriman pada Tuhan Yesus. Ada tawaran pindah agama supaya mendapat posisi yang baik di negara ini, ada juga ketidak nyaman tinggal karena ketidakbebasan beribadah, kekeransan dan ketidakadilan yang diterima oleh umat percaya. Dibalik semua penderitaan ini, Tuhan menjanjikan kesejahteraan dan kemakmuran. Dia telah menebus kita dari utang dosa dengan darahNya yang kudus. Kita akan terus membangun tangga pengharapan kita dalam arak-arakan menuju kekekalan sebab, tangan Allah sendiri yang membawa kita keluar dari penderitaan, menuju sukacita surgawi bersama pasukan orang benar. Kita terpanggil menjadi pasukan khusus melawan ketidak-benaran memenangkan sukacita dalam Kristus. Selamat berjuang, Tuhan memberkati! Amin . RHL


Khotbah Keb. Rumah Tangga 17-18 Apr 2018 Efesus 2:4-10



Dahulu kita mati karena dosa dan pelanggaran, tetapi kini kita hidup karena anugrah Allah.  Allah yang maha kasih telah melimpahkan anugrah-Nya, sehingga pada waktu kita masih mati secara rohani karena pelanggaran-pelanggaran kita, Ia telah menghidupkan kita kembali bersama-sama dengan Kristus. Jadi, hanyalah karena anugrah Allah kita diselamatkan (Ef. 2 :4-5). 
Dalam Efesus 2 :4-10 kita dapat belajar untuk memahami dasar, pengalaman dan tujuan hidup dalam anugrah Allah.
Pertama, dasar dari hidup dalam anugrah adalah kasih Allah (ay.4). Karena kasih-Nya, Allah telah mengutus Yesus Kristus untuk datang ke dalam dunia. Melalui kematian-Nya di atas kayu salib, karya keselamatan telah digenapi. Setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3 :16).
Kedua, pengalaman dari hidup karena anugrah (5-6). Kita yang dahulu mati karena dosa, kini telah dibangkitkan bersama Kristus.  Kita diampuni, dibenarkan, dan diperdamaikan dengan Allah. Dalam anugrah-Nya, sekarang kita hidup dalam persekutuan dengan Kristus, dan memiliki pengharapan untuk duduk bersama dengan Dia di surga.
Ketiga, tujuan hidup dalam anugrah, yaitu berbuat yang baik untuk kemuliaan Allah (ay. 7-10).  Allah memberikan kepada kita hidup baru karena anugrah untuk menunjukkan kekayaan kasih karunianya yang melimpah-limpah (ay. 7).  Karena kasih karunia Allah kita diselamatkan oleh iman. Itu bukan hasil usaha kita, tetapi pemberian Allah (ay. 8). Itu bukan hasil usaha kita, sehingga tidak ada seorang pun di antara kita yang bisa menyombongkan diri (ay. 9). Kita diselamatkan bukan karena berbuat baik, tetapi kita diselamatkan untuk  berbuat baik.(Hidup ini adalah Kesempatan) Sebagai orang-orang yang telah diselamatkan, kita adalah ciptaan baru Allah.  Kita diciptakan baru melalui Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik yang sudah dipersiapkan Allah untuk kita. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya (ay. 10).
Yang dapat kita renungkan melalui nas Firman Tuhan ini, bahwa kita diselamatkan pasti akan hidup berbuat dan bertindak sebagai orang-orang yang telah diselamatkan. Menjalani hidup sebagai orang-orang yang telah diselamatkan adalah mengerjakan keselamatan itu sendiri dengan penuh tanggungjawab dan rasa syukur, yakni: meninggalkan kefasikan, keinginan duniawi, hidup bijaksana, adil, beribadah, berpengharapan dan rajin berbuat baik (Titus 2:11-14).
Jika kita menolak keinginan dosa, kita beribadah, mendengar dan melakukan Firman Tuhan, berbuat baik, tetap berpengharapan dalam setiap pergumulan hidup adalah karena kita telah diselamatkan oleh Tuhan bukan untuk berusaha mencapai keselamatan. Sehingga dalam kehidupan rohani kita tidak ada alasan untuk memegahkan diri sebab yang dapat kita perbuat adalah merespon keselamatan dari Tuhan. Kita mengerjakan keselamatan dari Tuhan dengan giat tanpa takut dan gentar (Flp. 2:12).

Bagaimana kita mempertahankan kehidupan baru ini?
1.Melupakan dan meninggalkan kegelapan hidup kita.(Fil 3:13-14) Dosa yang pernah dilakukan sesudah mendapat anugerah pengampunan harus segera ditinggalkan. Kita harus meninggalkan kehidupan lama yang melawan Tuhan dan menjalani kehidupan baru yang bersekutu dengan Tuhan.
2.Mengarahkan diri kepada Kristus. (Kol 3:16-17) Hidup baru yang sudah diberikan Allah melalui Yesus Kristus, harus membuat pandangan dan arah hidup kita tertuju dan terfokus kepada Kristus. Artinya hidup kita harus berpusat kepada Kristus, karena kita bukan lagi hidup bagi diri sendiri melainkan hidup bagi Kristus yang telah menyelamatkan dan mengasihi kita. Seperti yang dikatakan Paulus: “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita”.
3.Tinggal di dalam Kristus. Artinya hidup bersama Kristus (bergaul dengan Kristus) dan menurut peraturan Kristus. Peraturan Kristus adalah Firman Allah. “Setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi” (1Yoh. 3:6). Ini adalah satu kehidupan yang penuh sukacita dan berkemenangan! Karena itu, di dalam kehidupan kita yang penuh kesibukan, ketegangan dan tekanan, kita harus terus menerus “tinggal di dalam Kristus”, supaya kita benar-benar memiliki hidup baru. Amen. RHL


Khotbah Kebaktian R. Tangga 10-11 Apr 2018 Mazmur 23:1-6



Salah satu metafora yang sangat terkenal dalam Alkitab yang menunjukkan kebaikan, perlindungan, pemeliharaan Tuhan atas umatNya adalah melalui hubungan antara seorang gembala dengan domba-dombanya. Dalam Mazmur 23 ini diungkapkan bagaimana Tuhanbekerja dalam kehidupan Daud seperti seorang Gembala untuk menuntun Daud dalam setiap perjalanan kehidupannya. Tuhan Yesus sendiripun sangat jelas mengungkapkan metafora seperti ini tentang kehadiranNya dan kedatanganNya ke dunia ini: “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya kepada domba-dombanya” (Yoh. 10: 11). Dalam metafora ini ada benang merah yang sangat indah bahwa ketika Daud mengakui bahwa Allah adalah Gembala, dan Tuhan Yesus mengatakan bahwa Akulah Gembala yang baik. Kita akan mencoba melihat beberapa hal yang boleh kita renungkan dari nats ini:
Allah menuntun kita dengan kasihNya yang besar
Mazmur ini sangat menarik untuk kita renungkan, ketika Allah digambarkan hadir sebagai Gembala ditengah-tengah kehidupan umatNya terlebih jika kita merenungkannya ke dalam kehidupan pribadi kita masing-masing. Sebagaimana yang diungkapkan Tuhan Yesus menjadi Gembala yang memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (Gembala yang baik), bahwa Allah adalah satu-satunya “Jalan kebenaran dan hidup” di luar Tuhan mustahil kita dapat menjalani jalan yang benar dan mendapatkan hidup. Sebab hidup seekor domba tergantung kepada gembala yang menuntunnya, namun Tuhan Yesus lebih dari penuntun saja tetapi Ia menjadi gembala yang memberikan nyawaNya bagi keselamatan domba-dombaNya. Maka tidak ada lagi kasih yang lebih besar yang dapat melampaui gembala yang mau memberikan nyawanya bagi domba-dombanya yaitu Tuhan Yesus Kristus. Tuhan bukan menuntun kita seperti gembala gajian namun Allah menggembalakan kita sebagai domba kepemilikanNya. Tuhan-lah yang akan mencukupkan segala kebutuhan umatNya bukan saja hanya untuk dapat hidup namun lebih dari itu agar umatNya mengenal jalan kebenaran.
Allah satu-satunya yang akan menuntun kita masuk ke Rumah Tuhan
Memang benar “ada banyak jalan ke Roma” namun ke Rumah Tuhan hanya ada satu dan yang tahu kesitu hanyalah Tuhan Yesus. Inilah yang harus kita syukuri sebagai anak-anak Allah bahwa kita dituntun memasuki Rumah Tuhan (ay. 6). Bagaimanapun suka dan duka yang kita jalani dalam hidup ini, namun tetap kita akan meninggalkan hidup di dunia ini. Dengan penggembalaan Tuhan kita dituntun meninggalkan dunia ini memasuki Rumah Tuhan.
Roh Kudus adalah kekuatan dan kuasa Tuhan yang akan menuntun kita tetap di jalan yang benarGada dan tongkat adalah wibawa kuasa Tuhan yang akan menuntun kita tetap di jalan yang benar, maka di dalam ancaman bahaya akan merangkul dan menyelamatkan kita dengan Gada dan TongkatNya. Wibawa dan kuasa Allah diberikan kepada umatNya yaitu melalui Roh Kudus yang menjadi sumber kekuatan, pertolongan dan penghiburan dari Tuhan (2 Tim. 1:7; Yoh 14:26). Ada banyak ancaman dan bahaya yang dapat membuat kita keluar dari jalan Tuhan, namun Tuhan memberikan RohNya kepada kita untuk tetap dapat berjalan bersamaNya. Itulah kuasa Allah yang besar yang dicurahkan kepada kita yang percaya pada Tuhan Yesus Kristus. 
Tuhan melimpahi kita dengan sukacita
Jaminan keselamatan Tuhan berikan kepada kita, sekalipun kita hidup dalam ketidakadilan, penindasan, krisis dan kebencian dari orang-orang yang tidak mengenal Tuhan. Sebab kita adalah “tamu Allah” yang meminyaki kepala kita dengan minyak dan piala kita tetap terisi penuh. Tuhan tidak akan biarkan ‘tamunya” tinggal dengan kegelisahan dan kekawatiran. Namun Ia akan senantiasa memberikan berkatNya pada kita sehingga sukacita kita tidak akan pernah hilang. Itulah berkat yang terbesar dari Allah bahwa kita dilimpahi sukacita yang menetap dari Tuhan oleh karena persekutuan dengan Tuhan yang akrab. 
 Itulah hidup orang-orang percaya yang digembalakan oleh Tuhan. Namun kita harus ingat bahwa ada banyak gembala-gembala penyesat dalam hidup ini yang mungkin akan menawarkan kita akan keselamatan dan kehidupan, namun semuanya itu akan menuntun kita kepada kebinasaan, seperti domba-domba yang dituntun ke Rumah pemotongan. Tetapi hanya ada satu Gembala Agung yang memberikan keselmatan, kehidupan dan menuntun kepada jalan yang benar yaitu Tuhan Yesus Kristus yang akan menggembalakan kita sampai kepada Rumah Tuhan. Amen


Khotbah Keb. R. Tangga 3 – 4 April 2018 Yunus 2:1-9



K
adangkala manusia teringat Kepada Tuhan disaat dalam kesesakan. Sepenggal kalimat yang diungkapkan oleh Kahlil Gibran “Kamu berdoa disaat sulit dan saat engkau butuh…”. Dalam kalimat yang lain mengartikan doa dipanjatkan disaat kita mengalami pencobaan, disaat kita butuh, disaat kita kesusahan.Ketika berada dalam lembah kekelaman, ujian atau masalah yang berat, seringkali kita bertanya kepada Tuhan,  "Mengapa Tuhan hal ini bisa terjadi?  Tuhan, mengapa Engkau meninggalkan aku?"  Ketahuilah bahwa adakalanya Tuhan mengijinkan kita masuk ke suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan tujuan menguji kesetiaan dan iman kita.  Karena itu kita tidak boleh menyerah dan putus asa.Ketahuilah bahwa kehidupan yang sedang kita jalani bukanlah sebuah kehidupan yang bebas dari hambatan. Bukan pula kehidupan yang tidak ada tantangan. Sebaliknya, kehidupan yang sedang kita jalani ibarat sebuah kapal yang berada di arung samudra besar. Kadang kita mendapati gelombang, terkadang kita juga menemukan lautan yang teduh. Dan adakalanya Tuhan mengijinkan kita untuk masuk ke dalam suatu keadaan yang sepertinya tidak ada harapan, dengan satu tujuan, untuk menguji kesetiaan dan iman kita.
Karena itu saudara-saudara sebagai seorang yang beriman, kita tidak boleh menyerah dan putus asa terhadap keadaan yang sedang kita hadapi. Sebab tangan Tuhan yang besar, sebetulnya sedang merenda kehidupan kita dan Ia menjanjikan penyertaanNya.
Melalui kisah Yunus inilah kita akan mempelajari bagaimana kondisi yang menyesakkan itu pada akhirnya memampukan seseorang untuk tetap berpaut kepada Tuhan dalam doa dan imannya.
     Saat berada di dalam perut ikan, Yunus tetap mengarahkan imannya kepada Tuhan dengan berkata,  "Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepada-Mu, ke dalam bait-Mu yang kudus." (Yunus 2:7).  Jangan sekali-kali kita lari mencari pertolongan atau bersandar kepada manusia karena kita pasti akan kecewa dan Alkitab pun menentang hal itu.  Tertulis :  "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan!" (Yeremia 17:5).  Larilah kepada Tuhan, berseru-seru padaNya sampai pintu sorga terbuka.
     Berhentilah menggerutu dan berkeluh kesah sebaliknya tetaplah tenang dan ucapkanlah syukur kepada Tuhan, karena  "Hati yang tenang menyegarkan tubuh," (Amsal 14:30a) dan di situlah letak kekuatan kita (baca Yesaya 30:15).  Secara manusia Yunus sudah tidak memiliki harapan untuk hidup, tapi ia masih bisa berkata,  "Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu;  apa yang kunazarkan akan kubayar.  Keselamatan adalah dari Tuhan!" (Yunus 2:9).  Dengan mengucap syukur semangat yang padam dapat bangkit kembali dan iman yang sudah lemah dapat dikuatkan.  Ingat!  Kuasa Tuhan tidak dapat bekerja apabila iman kita padam.  Sekalipun manusia berkata itu mustahil, penyakitmu tidak akan sembuh, rumah tanggamu akan hancur, selalu ada harapan dan jalan keluar di dalam Tuhan.  Tiada sesuatu yang mustahil bagi Tuhan!  Sebesar apa pun persoalan kita Tuhan Yesuslah jawaban!  Sebagaimana Tuhan sanggup mengeluarkan Yunus dari dalam perut ikan seperti tertulis:  "Lalu berfirmanlah Tuhan kepada ikan itu, dan ikan itupun memuntahkan Yunus ke darat."  (Yunus 2:10), Dia pun sanggup menolong kita.
Mayoritas penafsir Alkitab setuju bahwa apa yang diucapkan oleh Yunus di 2:1-9 merupakan refleksi balik atas peristiwa yang terjadi. Maksudnya, doa ini merupakan rangkuman pergulatan rohani Yunus dengan TUHAN selama tiga hari di perut ikan. Bentuk lampau di ayat 2 mengarah pada kesimpulan ini. Selain itu, keteraturan struktur dan keindahan kata-kata dalam doa ini rasanya sulit dihasilkan pada situasi yang sangat mencekam di perut ikan. Misalnya, bait 1 (ayat 2-4) dan bait 2 (ayat 5-7) sama-sama ditutup dengan “bait-Mu yang kudus”. Awal bait 1 sama dengan akhir bait 2, yaitu doa yang dijawab (ayat 2, 7). Kata “merangkum” (yesōbenî) muncul di ayat 3 dan 5. Pengalaman pahit yang dialami oleh Yunus mengajarkan beberapa poin theologis penting bagi kita. Kita belajar bahwa siapa saja yang melarikan diri dari Allah pasti akan semakin terpuruk. Keterpurukan hidup Yunus terlihat begitu progresif. Dari Israel ia turun ke Yopa. Dari Joppa ia turun lagi ke bagian bawah kapal (1:5). Lalu ia turun ke dalam perut ikan (1:17) dan dasar bumi  Kini dia berada di perut dunia orang mati . Kita juga belajar bahwa keterpurukan seringkali menjadi sarana pengenalan diri sendiri. Tatkala Yunus ingin melarikan diri sejauh mungkin dari hadapan TUHAN (1:3, 10), ia tampaknya tidak benar-benar memahami konsekuensinya. Jauh dari TUHAN berarti jauh dari kebaikan-Nya. Di dalam perut ikan dia baru mengecap bagaimana rasanya jika seseorang benar-benar diusir dari hadapan Allah (ayat 2a “telah terusir aku dari hadapan mata-Mu”).Pada waktu masih di atas kapal Yunus terlihat tetap tegar. Tidak ada ketakutan. Tidak ada doa yang dipanjatkan. Situasi ini berubah total ketika ia begitu dekat dengan kematian. Kematian terasa begitu nyata, misterius, dan menakutkan bagi dia. Kematian membuat siapa saja terlihat begitu lemah dan tak berdaya. Doa kini menjadi satu-satunya andalan yang tersisa (2:1-2, 7).Pelajaran terakhir yang penting: anugerah Allah adalah kehidupan yang ditujukan untuk rencana-Nya. Para penafsir setuju bahwa Yunus tidak langsung mati pada saat ditelan oleh ikan besar. Dia masih sempat berdoa (2:1). Walaupun demikian, para penafsir memperdebatkan apakah sesudah itu Yunus mati atau tetap hidup selama tiga hari. Sulit menentukan secara pasti opsi mana yang tepat. Jika harus memilih, opsi pertama tampaknya lebih masuk akal. Istilah “dunia orang mati” (sheol) di 2:2, “pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya” (2:6), dan “Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur” (2:6) secara konsisten mengarah pada pengalaman kematian (kecuali jika semua ungkapan ini hanya bersifat puitis tanpa elemen historis). Analogi antara pengalaman Yunus dan kematian Tuhan Yesus (Mat 12:40) memberi dukungan ke arah yang sama (kecuali analogi yang diberikan oleh Tuhan Yesus hanya dari sisi waktu, bukan dari sisi pengalaman).   Yunus tidak hanya diselamatkan dari kematian. Dia diselamatkan untuk menggenapi rencana Allah bagi penduduk Niniweh. Tidak cukup bagi Yunus untuk mengakui bahwa keselamatan berasal dari TUHAN (2:9). Keselamatan adalah alat, bukan tujuan akhir. Tidak cukup bagi Yunus untuk terus-menerus menikmati pengalaman ajaib di perut ikan. Dia masih harus menunaikan tugas yang belum tuntas. Ikan besar pun memuntahkan dia di darat (2:10).Seperti itulah cara kerja Allah di sepanjang Alkitab. Kita diselamatkan secara anugerah dengan tujuan tertentu, yaitu melakukan perbuatan-perbuatan baik yang sudah disiapkan Allah sejak kekekalan (Ef 2:8-10). Kebaikan Allah bukan hanya untuk disyukuri dan dinikmati, namun juga untuk dibagi. Amen. RHL. Tobing


Khotbah Minggu 06 Mei 2018
Bertekun Dalam Doa
Keluaran 32, 7-14

Doa merupakan sarana dimana kita dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Lewat doa kita dapat menyampaikan semua permohonanan, ucapan syukur, Tapi melalui doa juga dapat menghadirkan kuasa Allah untuk mengubah suatu keadaan, menyembuhkan yang sakit, mengusir roh-roh jahat dll. Seperti apa yang dikatakan oleh Paul Yonggi Choo, "banyak doa banyak kuasa, sedikit doa sedikit kuasa". Doa dapat menghadirkan kuasa supranatural yang besar dalam kehidupan orang percaya. Namun ternyata Doa yang memiliki kuasa atau dampak tidak datang dengan sendirinya ada harga yang harus dibayar untuk memilikinya.
Doa pengampunan dosa merupakan item penting dalam setiap ibadah Gereja-Gereja Lutheran, karena ibadah yang memuji, adalah ibadah yang menyadari kesalahannya dan yang mengerti bahwa Tuhan lah maha pengampun. Dalam doa pengampunan kita diarahkan untuk semakin mengarahkan hidup ke arah yang semakin baik yang mau diubah oleh Roh Tuhan.
Mengapa perlu mohon pengampunan? Hidup manusia penuh dengan berbagai kekeliruan. Saya selalu mengibaratkan dosa seperti menyapu rumah. Meski kita menyapu setiap detik, debu atau sesuatu yang kotor tetap ada. Artinya walaupun setiap saat kita mohon ampun, tetapi debu dosa selalu hingga di hati kita oleh berbagai hal yang kita hadapi dalam kehidupan kita. Karena itu kita perlu terus menerus Memohon Pengampunan kepadaNya melalui Doa..Karena kita sadar:
1)    Allah Yang Mahakuasa dapat melakukan apa saja, tidak ada yang mustahil bagi Dia (Lukas 1:37).
2)    Allah Yang Mahakuasa mengundang umat-Nya untuk berdoa kepada-Nya. Doa kepada Allah harus dilakukan secara terus menerus (Lukas 18:1), dengan rasa syukur (Filipu 4:6), dalam iman (Yakobus 1:5), dalam kehendak Allah (Matius 6:10), bagi kemuliaan Allah (Yohanes 14:13-14), dan dari hati yang benar dengan Allah (Yakobus 5:16). 
3) Allah Yang Mahakuasa mendengar doa-doa anak-anak-Nya. Dia memerintahkan kita untuk berdoa, dan Dia berjanji untuk mendengarkan ketika kita berdoa. “Ketika aku dalam kesesakan, aku berseru kepada TUHAN, kepada Allahku aku berteriak minta tolong. Ia mendengar suaraku dari bait-Nya, teriakku minta tolong kepada-Nya sampai ke telinga-Nya” (Mazmur 18:7).
4) Allah Yang Mahakuasa menjawab doa. “Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku” (Mazmur 17:6). “Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya” (Mazmur 34:18).
Pertemuan Musa dengan Allah menjadi terganggu oleh rancangan jahat yang dilakukan bangsa tersebut. Allah telah melihat suatu perlawanan. Allah menyebut bangsa itu sebagai bangsa yang tegar tengkuk (9). Awal dari dosa ini adalah ketidak sabaran menanti pertolongan Tuhan. Kalau seseorang mengandalkan kekuatannya, tentu dia tidak akan mampu menunggu hasil kerjanya. Dia ingin cepat selesai walau hasil tidak maksimal, sehingga bisa menjadi bumerang bagi dirinya. Dan sesuatu yang dikerjakan dengan cepat tanpa memakai hikmat dari Tuhan akan mendatangkan celaka, sehingga dalam Yakobus 1, 5 dikatakan supaya meminta hikmat dari Allah untuk melewati kehidupan ini, supaya tidak gegabah dan salah mengambil keputusan, atau menyimpulkan secara salah.
Kekeliruan dan penyelewengan dalam mengambil keputusan, mendatangkan kemarahan. Allah marah pada bangsa itu. Dalam ay. 10, dikatakan.....’ supaya murka-Ku bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan mereka’. Allah tidak menyukai sikap hidup yang mengandalkan diri dan kekuatan dunia di tengah persoalan yang kita hadapi. Tuhan membenci manusia yang mendua hati, dimana memilih Allah sekaligus mammon secara bersamaan, padahal orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Jak 1, 8). Maka adalah tepat jika penulis kitab pengkhotbah mengatakan, ‘adalah baik menanti dengan diam pertolongan Tuhan’. Jangan mencari kuasa lain, jika yang kita harapkan belum terkabul. Kemarahan Allah akibat ketidaksabaran menanti pertolongan Tuhan akan membinasakan bangsa tersebut.
Sesuai dengan nama minggu kita, rogate, berdoa, inilah inti dari khotbah ini, di mana Musa berdoa (memohon) untuk diberi pengampunan atas dosa dan kesalahan bangsa itu. Musa mewakili bangsa itu agar dibebaskan dari murka yang akan datang. Musa memohon ampun untuk sebuah kesalahan besar yang dilakukan bangsa tersebut, dengan mengingatkan Allah akan janjiNya pada tiga orang leluhur mereka, yang kepadanya Allah telah berjanji bahwa keturunan mereka akan menjadi bangsa yang besar (ay 13), sekaligus mengingatkan Allah supaya bangsa Mesir tidak menghina keputusan Allah yang membawa bangsa itu keluar, tetapi dibiarkan binasa (12).
Ada enam hal yang kita pahami dalam dialog Musa dengan Allah atas bangsa ini, yaitu :
1.    Dosa adalah maut. Bila dosa menguasai hati manusia maka upah dosa adalah maut dan kebinasaan. Melalui perikope ini, kita sebagai orang berdosa diajak untuk memohon pengampunan dosa supaya murka Allah berlalu dari kita.
2.    Kasih dan pemeliharaan Tuhan tidak pernah berhenti. Saat bangsa yang jahat itu akan dihukum, dibinasakan, bukan membuat kasih Tuhan tidak mengalir, tetapi mengalihkan aliran ke tempat di mana ada hati yang merespon. Dalam ay 10b dikatakan: “tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar." Kalau kita menolak cinta kasih Allah, kasih itu tidak akan hilang tapi akan mencari hati lain sebagai tempat beroperasinya kasihNya untuk menyatakan kabaikan Allah di dunia.
3.    Doa menjangkau banyak hal. Doa berkekuatan mengubah keputusan Allah. Ketika Allah hendak membinasakan bangsa itu, doa Musa yang penuh pengharapan dan kerendahan hati membuat Allah tidak konsisten dengan keputsanNya, tetapi kerendahan hati Musa, menunjukkan bahwa Allah yang disembah adalah Allah yang konsisten dalam mengasihi umatNya.
4.    Doa bukanlah kemampuan merangkai kata, tapi doa adalah hati yang remuk redam yang mengharp pertolongan Tuhan. Bukan kebaikan Musa dan kesetiaanya pada Tuhan yang ditonjolkan ketika memohon pengampunan pada Tuhan tetapi ia mengingatkan Allah atas kebaikanNya, atas kuasaNya yang membawa bangsa itu eluar dari Mesir. Dalam doa tidak ada penojolan kebaikan atan penonjolan diri, tapi penonjolan akan kebaikan dan perhatian Allah pada umat.
5.    Doa tidak egois. Doa Musa bukan doa internal, untuk dirinya sendiri, tetapi keluar dari dirinya, di mana dia berdoa untuk keselamatan seluruh bangsa itu supaya tidak dibinasakan, supaya memperoleh kasih setia Tuhan. Maka berdoa tidak hanya memikirkan bagaiman meja makan kita boleh berisi setiap hari, tapi leboh dari itu bagaimana kita mengusahakan supaya meja makan orang lain pun berlimpah dari kebaikan Tuhan.
6.    Doa dapat mengubah hati. Doa permohonan yang dinaikkan Musa mengubah hati Allah dari yang marah menjadi mengampuni. Maka berdoa tidak sekedar menyampaikan kata-kata permohonan dan pemintaan kita pada Allah, tapi dalam doa yang kita mohonkan, kita diubah oleh kuasa Roh yang lebih dahulu mendoakan doa-doa kita.
Hidup orang yang berdoa adalah hidup yang yakin dan percaya, punya integritas. Sebab perilaku kita mempengaruhi doa kita. Musa adalah yang berintegritas tinggi, sehingga doanya berkuasa. Yakobus mengatakan, Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (5,16b).
Permohonan Musa ini menjadi berdaya guna (sangat besar kuasanya), karena Musa mepunyai perjumpaan yang baik dengan Allah. Intimitas yang baik secara vertikal akan mengarahkan Musa pada doa yang benar. Dia menjadi tahu, apa yang baik bagi kehidupan dalam hubungan horizontalnya dengan sesama. Dalam perjumpaan yang baik akan memimpin orang percaya tahu apa yang harus didoakan, diminta dan diharapkan dari Allah yang peduli dan membawa manusia pada kebaikan. Maka ketika ada hubungan yang mesra antara manusia dan Allah, manusia akan semakin pasti dengan pertolongan tangan Tuhan yang kuat. Apapun pengalaman manusia dalam kehidupan, hubungan baiknya dengan Tuhan akan membuat yakin dan percaya; ya dan amin akan jawaban-jawaban doanya, dan tidak akan membuatnya bimbang dalam keputusan Allah, baik atau tidak baik waktunya, sebab pilihannya telah jatuh dalam Kristus sebagai Tuhan dan Juru s’lamat yang membawa kebaikan menuju kekalan. Tuhan menyertai perjalanan kita. Selamat menjadi pendoa sejati! Amin.
Bagaimana menghadirkan doa yang penuh kuasa dalam kehidupan kita:
Doa yang dilakukan oleh orang benar (Yak. 5:16)
Kita sudah dibenarkan oleh anugerah Tuhan Yesus melalui pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Itu bukan usaha kita, itu kebenaran yang dianugerahkan kepada kita sehingga secara posisi/status menjadi benar di hadapan-Nya. Namun yang dimaksudkan di atas dengan kata "benar", adalah hidup benar di didalam pengalaman kehidupan kita sehari-hari, di dalam tindakan kita, di dalam perkataan kita dan semua keberadaan kita. Yang ditekankan dalam ayat di atas adalah bagaimana orang percaya di dalam kehidupannya sehari-hari, apakah ia hidup dalam keinginan daging atau dalam keinginan Roh, mengenakan nilai-nilai Kristus atau mengenakan nilai-nilai dunia ini. Apa yang dihidupi seseorang di dalam kehidupannya sangat menentukan kemenangan dan kekalahan seseorang di dalam kehidupan doanya. Semakin seseorang dapat menundukkan dirinya di bawah otoritas Firman Tuhan tiap-tiap hari semakin besar manifestasi kuasa Allah di dlam dirinya.
Doa yang dilakukan oleh orang yang memiliki iman (Yak. 5:15)
Setelah kita dapat melatih hidup kita untuk menundukkan daging kita dan hidup di dalam keinginan Roh, di sisi yang lain kita perlu memiliki "iman". Sebab Firman Tuhan berkata,
"Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang ambingkan kian kemari oleh angin." (Kis. 1:6).
Yang dimaksudkan ayat di atas adalah kita tidak boleh dengan sikap yang ragu-ragu ketika sedang datang kepada Tuhan untuk berdoa karena orang yang bimbang tidak memperoleh apa-apa. Untuk itu "iman", perlu kita pelihara, jaga, dan tingkatkan dengan memberinya makanan "Firman Tuhan".
Doa yang dilakukan oleh orang yang memiliki kepekaan rohani (Kis. 16:18)
"Kepekaan rohani", sangat diperlukan di dalam doa. Sensitivitas rohani tidak datang dengan sendirinya di dalam diri kita. Itu perlu dilatih dan diasah, seperti Samuel yang mula-mula di dalam pelayanannya harus belajar bagaimana mendengar "suara Tuhan". Kita perlu tau terlebih dahulu roh territorial apa yang menguasai wilayah, kelompok atau seseorang. Dan hal itu diperlukan kepekaan rohani atau kemampuan mendengar suara Tuhan. Supaya doa kita menjadi lebih efektif dan mengena kepada sasarannya. Jadi kita perlu melatih kepekaan rohani di dalam doa, puasa, dan Firman Tuhan setiap hari. Kiita perlu belajar untuk hidup dalam firman Tuhan, hidup dalam kehendak Roh Kudus dan memiliki iman di dalam berdoa. Amen. RHL





Khotbah Minggu 13 Mei 2018
Tuhan mendengar doa, menyembuhkan penyakit, dan memperpanjang umur kita
Khotbah: 2 Raja-raja 20:1-7
Matius 9:27-31
Coba kita Bayangkanlah diri kita sebagai seorang pekerja sukses yang berkarya di sebuah kantor akuntansi besar. Usia baru lima puluh tahun dan masih mempunyai banyak hal yang ingin dilakukan dan kerjakan disepanjang sisa hidup kita itu, paling tidak, rencana pensiun yang menarik. Tetapi suatu hari dokter mengatakan kepada Anda bahwa Anda mengidap kanker otak yang tidak bisa dioperasi dan di vonis hidup hanya tinggal 100 hari.
Bagi seorang bernama Eugene O’Kelly, apa yang bapak dan ibu bayangkan tadi adalah kenyataan dalam hidupnya. Kisah hidupnya itu dituangkan dalam bukunya yang berjudul “Chasing Daylight” (Mengejar Mentari Pagi). Pada 24 Mei 2005, Eugene menerima berita yang menghancurkan rencana hidupnya itu.
Saat dia mengetahui keseriusan penyakitnya, dia melakukan apa yang sudah terlatih dilakukannya sebagai seorang akuntan – dia menyusun daftar: 
1. Keluar dari pekerjaan saya
2. Memilih pengobatan medis yang memperbolehkan saya untuk ... 3. Memanfaatkan waktu yang tersisa dengan sebaik-baiknya dan sebaik mungkin bagi mereka yang paling berpengaruh dengan kondisi saya. Bahkan Eugen menyusun daftar pekerjaan untuk hari-hari terakhirnya: 
Menyelesaikan urusan hukum dan keuangan, membuka hubungan, mempermudah, hidup untuk hari ini, menciptakan momen-momen bahagia, memulai masa peralihan ke keadaan berikutnya, merencanakan pemakaman dan tetap bersemangat sampai akhir. Kita pasti tahu bahwa di dalam Alkitab, ada seorang Raja Israel yang juga mengalami pengalaman yang sama. Dia tahu berapa lama lagi dia hidup di dunia ini.
Hizkia sakit keras (ayat 1), tetapi ketika Hizkia berdoa kepada Allah untuk memohon belas kasih-Nya, maka Allah memperpanjang 15 tahun lagi usia Hizkia (ayat 6). 
Yang menarik adalah data yang bisa kita temukan dari perikop paralelnya di II Tawarikh 32:24-33. Di sana kita mendapat keterangan yang cukup mengejutkan. Dikatakan dalam teks II Tawarikh itu bahwa pasca usia Hizkia diperpanjang 15 tahun, pada awalnya Hizkia sempat terjatuh dalam dosa keangkuhan (ayat 25). Bersyukur karena Hizkia segera berbalik dari keangkuhannya itu dan memulai sebuah hal yang baik bagi Israel di sisa waktu hidupnya itu. Mulai dari membangun tempat-tempat perbekalan (ayat 27-28), mendirikan kota-kota yang baru (ayat 29), dan membuat bendungan air bagi tanah Israel (ayat 30). Hari ini, betul memang kita tidak akan pernah tahu kapan akhir ajal kita itu datang. (Sampai grup band Ungu menulis lagu yang liriknya kira-kira begini, “Andai ku tahu, kapan tiba ajalku ...”). Tetapi satu hal yang seharusnya kita tahu adalah bahwa kita tak akan selamanya ada di dunia ini. Hidup kita ini terbatas. Bahkan ada banyak orang yang bila sudah memiliki koleksi umur yang “sudah banyak” menjadi agak enggan menyanyikan lirik lagu “Panjang Umurnya” bukan? Kenapa? Karena sebetulnya bukan jadi malah bertambah, melainkan justru makin berkurang dengan bertambahnya usia kita hari ini. 
Satu hal yang menjadi renungan kita pada Minggu Exaudi ini adalah ketika hari kita di dunia ini semakin berkurang, sudahkah kita melakukan sesuatu yang berarti bagi orang-orang yang ada di sekitar kita dan terlebih bagi Tuhan? Baik Eugene O’Kelly maupun Hizkia pada akhirnya menyadari bahwa hidup mereka itu sesingkat itu di dunia ini.
 Dan mereka memutuskan untuk mengisi sisa waktu di dunia ini dengan hal-hal yang baik dan berguna. 

Bagaimana dengan bapak dan ibu hari ini? Bolehkah saya mengajak kita semua hari ini untuk membayangkan apabila pengalaman Eugene yang memiliki sisa waktu hidup hanya 100 hari itu adalah, katakanlah, akhir hidup kita di dunia ini yang tinggal 100 hari lagi. Hanya membayangkan saja, apa yang akan bapak dan ibu lakukan dengan waktu yang tersisa 100 hari itu dalam kehidupan keseharian bapak dan ibu hari ini? 
Belas kasihan Tuhan. Tuhan menjawab doa Hizkia karena belas kasihan-Nya. Di dalam 2 Tawarikh 32:24-26 dikatakan: Hizkia jatuh sakit, sehingga hampir mati dan ia berdoa kemudian Tuhan memberikan tanda ajaib tetapi Hizkia tidak berterimah kasih, malah menjadi angkuh. Tetapi akhirnya ia sadar dan merendahkan diri, sehingga murka Tuhan tidak menimpanya dan ia beroleh belaskasihan Tuhan. Sepanjang hidup kita adalah anugerah dan belas kasihan Tuhan. Hanya belas kasihan Tuhan dalam kehidupan kita, maka Ia menjawab permohonan kita dan memberikan kita yang terbaik.
Kiranya firman Tuhan hari ini mendorong kita semakin dekat kepada Tuhan dan mau berkomunikasi dengan Tuhan. Setiap hari  dalam segala keadaan kita harus menyapa Tuhan melalui doa. Kalau kita mau disapa oleh Tuhan maka terlebih dahulu kita harus menyapa Tuhan. Tuhan memberkati.
Kitab 2 Raja-Raja menunjukkan dengan jelas bahwa dosa dan ketidaksetiaan para raja Yehuda (yaitu keturunan Daud) mengakibatkan pembinasaan Jerusalem dan kerajaan Daud. Akan tetapi, perjanjian baru juga menunjukkan dengan jelas, bahwa Allah di dalam kesetiaanNya menggenapi janji perjanjiannya kepada Daud melalui Yesus Kristus, “Anak Daud”, (Mat 1:1; Mat 9:27-31: Mat 21:9), yang masa pemerintahan dan kerajaanNya takkan pernah berakhir (Luk 1:32-33; bd. Yes 9:7).
Siapakah Raja Hizkia ? Dia merupakan raja ke-13 dalam sejarah kerajaan Yehuda (Israel selatan). Dia seorang dari beberapa raja Yehuda yang memiliki nilai baik. Menurut 2Raja 18:3, “la melakukan apa yang benar di mata Tuhan, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya.” Dia dilukiskan Alkitab sebagai raja yang punya hubungan akrab dengan Allahnya. Hizkia adalah seorang reformis (pembaharu).
Reformasi yang dilakukannya bukan pembaharuan dalam arti “di luar” melainkan “di dalam” kerangka Alkitab. Sama seperti Martin Luther yang melakukan reformasi dengan “back to the Bible” (kembali kepada Alkitab), demikianlah juga Hizkia justru melakukan pembaharuan dengan kembali kepada firman Tuhan.

Reformasinya dilakukan dengan mengimplementasikan ketaatan hidup pada masa kini juga. Seluruh negeri dibersihkannya. Mezbah, berhala / dewa asing dan tempat pemujaannya dihancurkan. Bahkan ular tembaga Musa yang dibuat saat di padang pasir dahulu kala tidak luput dari penghancuran karena ular buatan itu tidak lagi mengarahkan mata orang kepada Allah melainkan sudah menjadi berhala. (2 Raja 18:4: “Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular yang nama disebut “Nehustan”. Bait Allah di Yerusalem, yang pintu-pintunya dikunci oleh ayahanda sang raja (yakni Raja Ahas), kini dibuka dan dibersihkan. Kelemahan Hizkia adalah bahwa dia egois dalam arti mementingkan masa pemerintahannya saja (hanya fokus untuk menjawab permasalahan sekarang) sehingga dia gagal (tidak mau) mengantisipasi masa depan.Keberhasilannya melakukan pembaharuan justru membuatnya menjadi bangga bahkan sombong. Tindakannya yang tidak bijaksana dengan memperlihatkan segala kekayaannya kepada utusan Kerajaan Babel membuat Yehuda masuk dalam daftar bangsa bangsa yang akan ditaklukkan Babel. Ketika Nabi Yesaya memberitahukan kebodohannya itu, jawabannya mencerminkan betapa sang raja memang sungguh tidak peduli dengan masa depan kerajaannya. Jawabnya adalah( 2 Raja 20:19) “Sungguh baik firman Tuhan yang engkau ucapkan itu!” Tetapi pikirnya’ “Asal-ada,damai dan keamanan seumur hidupku!” Jelas sekali, dia bersyukur karena seluruh malapetaka yang akan menimpa Yehuda tidak terjadi pada masa hidupnya, melainkan sesudah kematiannya. Kehidupan tiga raja sesudahnya Manasye, Amon, dan Yosia sangat dipengaruhi oleh prestasi dan kelemahan Hizkia ini.
Pokok-pokok Khotbah

1.Saat menderita sakit adalah saat untuk berdoa secara khusus. Selama 100 tahun lebih dalam sejarah Yehuda (732-640 sebelum Kristus), Hizkia adalah satu satunya raja yang setia beriman kepada Tuhan. Sesudah Nabi Yesaya memperingatkan bahwa kematiannya sudah dekat, Raja Hizkia segera berdoa kepada Tuhan. “Ah Tuhan, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mataMu” (ayat 3). Karena iman dan doanya, Allah menyembuhkan penyakitnya dan menyelamatkan kotanya dari serangan kerajaan Asyur. Di samping itu, Tuhan juga memperpanjang (menambah) umur sang raja 15 tahun lagi. Lman dan doa, jika keduanya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan langsung ditujukan kepada Allah yang hidup, dapat mengubah setiap keadaan.

2.Kematian pasti datang dan itu mestinya membuat kita semakin dekat kepada Allah. Itulah sebabnya, setiap orang Kristen diwajibkan mengingat saat kematiannya [yang pasti akan datang].  Dalam hal kematian, semua orang pasti akan menjalani tahapan akhir kehidupan didunia ini. Baik pengemis maupun seorang raja semua sama dalam hal ini. Semua menuju akhir hidup. Apabila dipikir-pikir, saat kematian terasa menjadi berat karena kita akan berpisah dengan semua yang kita miliki: keluarga, pekerjaan, jabatan, sahabat, harta kekayaan bahkan kita akan meninggalkandunia ini.  Pada hal banyak urusan yang belum terselesaikan. Namun kematian memberi orang beriman suatu sukacita, karena kita akan bertemu dengan Allah kita.

3.Hidup dan mati adalah mutlak di tangan Allah. Penyembuhantanpa berkat Allah adalah sia-sia. Dalam 20:7 dikatakan oleh Yesaya: “Ambillah sebuah kue ara!” Lalu orang mengambilnya dan ditaruh pada barah itu, naka sembuhlah ia”. Bukan kue ara itu yang sesungguhnya menyembuhkan penyakit baginda tapi berkat Tuhan semata. Apabila kita sakit, kita harus yakin bahwa sumber segala kesembuhan adalah Tuhan. Dokter, obat, dll, hanyalah alatNyauntuk menunjukkan kebaikanNya kepada orang yang dikasihani’ Nya.
4.Kesehatan yang dipulihkan harus digunakan dalam memperbaiki perenungan kepada Allah.Dalam tiga hari sesudah disembuhkan, (20:5: pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN), baginda harus pergi menyampaikan kurban sebagai tanda syukurnya atas berkat Allah. Apabila sekarang ini kita masih diberi hari yang baru, itu adalah berkat Tuhan yang sudah sepatutnya kita syukuri. Dia masih memberi kita kesempatan untuk beribadah kepadaNya.
Apakah Allah masih bekerja hari ini, masih mendengar doa kita, masih menyembuhkan penyakit kita, masih memperpanjang umur kita? Ya, tentu saja, Dia tidak saja bekerja pada zaman Alkitab, tetapi juga sepanjang zaman sampai hari ini, bahkan hingga selama-lamanya. Amen. RHL.