GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Sunday, 17 February 2013

SETIA DALAM PENCOBAAN

Warta Jemaat No. 07_17 Februari 2013                                                                                                                                    Untuk Kalangan Sendiri


Hal Yesus dicobai di padang gurun adalah hal yang sudah dikenal secara luas dikalangan Gereja. Percobaan itu terjadi setelah Yesus berpuasa 40 hari/malam. "Padang gurun dan angka 40 adalah kisah yang dikenal dalam sejarah Israel dan ke-Yahudian, yaitu peristiwa keluaran dan perjalanan di padang gurun 40 tahun dibawah kepemimpinan Musa. Musa adalah hamba Allah yang menerima Thora; Firman Allah yang berisi panggilan kepada manusia, bahwa hanya Allah yang disembah dan dituruti, Allah yang adil dan menghendaki agar manusia hidup dalam keadilan (Dasa Titah I - IV, V - X). Firman Tuhan (Thora) itu bukan hanya perkataan, tetapi juga perbuatan Tuhan sebagaimana Ia menyatakannya ddalam peristiwa keluaran dan sejarah perjalanan umat Israel di padang gurun.

Mateus memakai kisah "eksodus/keluaran" itu sebagai analogi kepada Yesus. Yesus adalah Mesias yang menggenapi Torat Musa dan nabi-nabi (Mateus 17:4) dalam dua aspek.
  1. Yesus adalah Musa baru yang menyatakan Firman dan kehendak Allah . Dia adalah Guru dan Nabi yang benar , yang datang dari Allah.
  2. Yesus adalah pelaku Taurat yang benar. Apa isi dan dan panggilan utama taurat itu?. Isi dan panggilan yang utama adalah penyembahan dan persembahan kepada Allah (Titah I - IV) dan keadilan/kah terhadap sesama (Titah V - X).
Dalam konteks itulah disajikan dalam Injil Mateus yang menggambarkan polemikberkepanjangan antara ahli-ahli taurat dengan Tuhan Yesus. Para ahli Taurat memakai taurat sebagai hukum-hukum kesucian agama secara formal, material dan lahiriah, malah mereka menuduh Tuhan Yesus sebagai seorang yang melanggar atau menajiskan, atau bahkan mau meniadakan hukum taurat. Tetapi Yesus berkata : Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu kata atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum taurat , sebelum semuanya terjadi (Mateus 5:18). Jika hidup keagamaanmu tidak lebih  benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk kerajaan sorga (5:20). Yesus adalah penggenapan dan pemberlakuan taurat secara formal, tetapi juga secara esensi dan substansi dari taurat itu yaitu menyembah dan mengasihi Allah yang adil dan berlaku adil mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (mateus 22: 37 - 39). Hidup keagamaan yang diperintahkan Taurat disarikan dalam Mateus 6 : 1 - 21. Nats ini berkisah tentang salh satu kewajiban agama, yaitu berpuasa. Yesus tidak menghilangkan puasa sebagai salah satu unsur beragama dalam membangun iman kepada Tuhan. Puasa bukan sekedar kewajiban agama tetapi memperlihatkan hakekat  dari hidup dan aktivitas agama yang benar. Puasa Yesus disini dilakukan dalam menuai pelayan-Nya. Itu berarti puasa adalah dalam rangka memberikan dirinya untuk melayani/mengasihi orang lain (band: Puasa untuk memperleh sesuatu bagi diri_Nya sendiri). Tujuan melaksanakan kewajiban yang salah makin diperlihatkan dalam kisah pencobaan iblis kepada Yesus. Hal percobaan adalah perkara yang dikenal semua agama dengan berbagai penyeban dan akibatnya. Kisah pencobaan dalam agama-agama memperlihatkan tentang hakekat tujuan manusia yang baik dan yang jahat, yang benar dan sesat. dalam nats ini disebut "iblis"dalam arti yang luas. Iblis adalah personifikasi dari penggoda atau godaan; baik yang datang dari internal maupun eksternal dari diri seseorang yang berpengaruh atau menggerakkan seseorang kepada tujuan hidup dan tujuan pekerjaannya, yang menyimpang dari seharusnya. Petrus pernah ditegur sebagai iblis ketika pemahaman, pendapatnya tentang Yesus keliru, yang harus mati dan disalibkan (Mateus 16: 23). dalam Yakobus 1 : 12 - 14, percobaan adalah dunia (dengan segala kemewahannya) yang memikat yang menjadi percobaan bagi keinginan manusia untuk melakukan kejahatan. Dalam nats ini godaan itu diungkap dalam bujukan iblis (sebagai yang jahat dan sesat kepada Yesus, sebagai yang baik dan benar). Semua yang diutarakan iblis adalah menandakan kehidupan beragama/beriman yang bertujuan kepada kebutuhan lahiriah dan duniawi/sekuler (kebutuhan fisik dan kemegahan dunia). Dalam Mateus 6 : 25 - 34 disebut itulah yang dicari oleh bangsa-bangsa dan penyembah berhala. Tapi Kristus dan kepada pengikutnya diserukan Mateus 6: 33; Roma 14: 17 - 18, tentang apa dan bagaimana kerajaan Allah itu.

Pesan dari Nats:
  1. Yesus adalah Mesias, Musa baru, yang memanggil dan memimpin umatnya menjadi umat kerajaan Allah. Umat percaya kepada Yesus Kristus bukan untuk mencari makan dan kebutuhan diri sendiri, melainkan berbagi.
  2. Perlu pertobatan dari pemahaman yang salah tentang pemahaman dan praktek menggereja yang salah. Gereja sebagai persekutuan orang percaya dalam Yesus Kristus, bukan tempat/persekutuan yang mengejar hal-hal lahiriah yang ekonomis bagi diri sendiri. Gereka sebagai persekutuan haruslah memperlihatkan tanda-tanda kerajaan Allah, yaitu hidup dalam persekutuan yang berbagi, melayani, mengasihi orang lain yang bersumber dari Kasih Kristus yang telah mempersembahkan tubuh-Nya bagi manusia berdosa dan hina. Berita ini semakin penting bagi gereja, karena kecenderungan dunia sekarang adalah dunia yang mengejar dan mengagungkan hal-hal sekuler dan dunia.
Sumber bacaan Mateus 4 : 1 - 11

Disadur dari Suara GKPI.

Tuesday, 12 February 2013

MENGIKUT TUHAN YESUS

Renungan Singkat, Selasa. 12 Februari 2013                                                                                                         Untuk Kalangan Sendiri



Siapa bilang mengikut Tuhan Yesus itu gampang? Kalau sekedar ikut-ikutan, ya gampang. Tetapi kalau mau serius,sepenuh komitmen dan dengan kesadaran akan “harga yang harus dibayar”, jelas tidak gampang. ‘SETIAP ORANG YANG MAU MENGIKUT AKU, IA HARUS MENYANGKAL DIRINYA, MEMIKUL SALIBNYA SETIAP HARI DAN MENGIKUT AKU” (Lukas 9:23).
Apa artinya menyangkal diri dan memikul salib,dan kenapa pula itu tidak mudah?
  • MENYANGKAL DIRI = MENAHAN DIRI
    • Mengesampingkan ego,keinginan pribadi,kepuasan pribadi,kenikmatan pribadi demi sesuatu yang lebih bermakna.
    • Tidak mudah,sebab manusia memiliki kecenderungan mencari enak ,melakukan segala hal yang menyenangkan dirinya. Hal sederhana saja kadang kita tidak dapat menahan diri, ditengah kebaktian/ibadah  untuk tidak berbincang-bincang sendiri, berfacebook ria,ber-sms dsb. Ingat teguranNYA pada para murid dlm Markus 14 : 37 b “Tidakkah engkau sanggup berjaga-jaga satu jam ?” .  Banyak hal-hal yang kelihatannya sederhana tapi jika tidak senantiasa menyangkal diri, maka akan menimbulkan hal-hal besar yang merugikan diri kita yaitu kita kehilangan prioritas yang lebih berharga dalam hidup ini.
  • MEMIKUL SALIB = BERSEDIA MELAKUKAN/MENANGGUNG SESUATU DEMI IMAN KITA KEPADA YESUS KRISTUS
    • Dan semua itu dimulai dari perkara-perkara kecil dalam tindakan sehari-hari. Tidak mudah, sebab manusia memiliki kecenderungan tidak mau repot,tidak mau berkorban,tidak mau kecewa dsb. Sering banyak yang memilih bersembunyi dibalik salib,padahal dalam Alkitab Tuhan Yesus menyuruh memikul salib. Tapi ingat salib Kristus yang harus kita pikul bukan salib yang kita buat sendiri sebagai akibat dari kedagingan kita. Hal sederhana saja kadang kita meletakkan salib-NYA disaat kita disakiti oleh perkataan sesama, maunya menyimpan dalam nafsu dendam. Ingat  dalam I Korintus 13:5……dan tidak menyimpan kesalahan orang lain”. Mengikut Tuhan Yesus ada saatnya kita mersa bimbang, terutama ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan.
Begitulah, menyangkal diri dan memikul salibNYA memang bukan perkara gampang dan sederhana. Sebab itu kita harus menguasai atau menundukkan diri sendiri. Itulah yang harus kita lakukan kalau mau mengikut Kristus, kekuatanNYA yang memampukan kita untuk menyangkal diri dan pikul salibNYA sampai akhir hidup kita.


Sunday, 10 February 2013

KEMULIAAN TUHAN MEMERDEKAKAN

Warta Jemaat No. 06-10 Februari 2013                                                                                                                                     Untuk Kalangan Sendiri

Semua manusia membutuhkan kemerdekaan/kebebasan dari hukum dosa yaitu maut. Bagaimanakah hal itu dapat terjadi dan bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?.

Ketika Roh melaksanakan kuasanya yang berdaulat, disitulah ada kemerdekaan (lihat 2 Kor 3:6-9 dan Gal.9:4). Roh inilah yang dalam injil, menghasilakan kemerdekaan dari dosa dan maut (Roma 6 : 18, 22 - 23). Kemerdekaan yang cemerlang bagi anak-anak Allah dari ikatan yang menuju kematian. Kepemilikan Roh di masa kini menjadi jaminan  kebebasan dari kefanaan (2 Kor. 5 : 5). Secara khusus Paulus melihat kemerdekaan yang diberikan Roh itu kepadanya sebagai seorang Rasul adalah keberanian menyatakan kebenaran secara terus terang (ayat 12).

Kemuliaan yang dapat kita lihat dalam Injil (2 Kor. 4 : 4 + 6) Kristus adalah bayangan atau cermin dari kemuliaan Allah. Mereka yang melihat kemuliaan sang anak, akan menyaksikan kemuliaan yang lebih besar daripada yang disingkap dari peristiwa Keluaran (Yoh. 1 : 14) Mereka diubah menjadi serupa dengan gambarNya. Sementara, Roh memberikan jaminan kepada kita bahwa kemuliaan itu akan kita miliki kelak ( 2 Kor. 1 : 25, 5:5).

Renungan
  1. Menjadi orang Kristen kadangkala tiddak terlihat keistimewaannya/kemerdekaannya sehingga tidak berbeda dengan dunia, khusunya ketika mengalami penderitaan. Kegairahan, semangat hidup hilang padahal sebagai pengikut Kristus yang telah dimemerdekakan oleh kemuliaan Allah, walaupun menderita tetapi tetap semangat dan kuat.
  2. Kadang kala perasaan negatif menutupi kemuliaan Tuhan yang telah memerdekakan. Dengan tetap memelihara perjumpaan dengan Allah, orang kristen pasti mengalami kemerdekaan yang diperoleh dari Tuhan. Untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan harus memiliki sikap tunduk dan takut kepada Allah, karena sikap ini akan menyingkap selubung mata hati kita untuk merasakan kemerdekaan yang diperoleh dari kemuliaan Allah (2 Kor. 3 : 13 - 18).

Sumber bacaan : Suara GKPI