GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Wednesday, 23 May 2018



Khotbah Minggu 27 Mei 2018 POUK KP
Thema 2018: Enlarged-Diperbesar
Elevate to Greatness:Tingkatkan ke kebesaran
Menjadi Abdi Bukan Priyayi
Thema Minggu 1: Gereja dan Kerajaan Allah Mat 6:10. 2. Surga yg Dijanjikan Joh 14:1-4. 3. Berilah Dirimu Utk Dimuridkan (Kenaikan Mat. 28:19-20). 4. Menjalin Kasih Persaudaraan Rom 12:9-15. 5. Menjadi Abdi Bukan Priyayi.
Galatia 1:6-10
“Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.” (Gal 1:10)
Hamba Tuhan atau Hamba Manusia?
Dimasa Indonesia dibawah raja-raja feodal, Para Pegawai atau Petugas di Kerajaan mereka disebut sebagai "kaum priyayi atau abdi dalem." Sedangkan dimasa penjajahan Belanda disebut “kaum ambtenaar," dan setelah Indonesia merdeka disebut "Pegawai Negeri."Namunsetelah Indonesia merdeka mereka disebut "abdi negara." Kendati secara formal disebut "Pegawai Negeri" (sipil dan mili­ter).Selain itu dikenal sebutan "Pamong Praja," yang diambil dari bahasa Sansekerta yang kurang lebih bermakna "pengasuh pemerin­tahan".Sedang dalam ilmu-ilmu sosial dan politik,lazimnya disebut sebagai "kaum birokrat". Dari istilah ini, tentu sudah tergambar, faktor apa yang menjadi landasan kekuatan serta kekuasaan politik yang mereka miliki.Priyayi juga merupakan kelas sosial yang memilikikeyakinan dan nilai-nilai khusus dan berada diantara raja serta para bendara di satu pihak dan tiyang alit dilain pihak. Priyayi juga merupakan salah satu unsur elit yang memerintah, karena elit ini terdiri dari dua yaitu aristokrsi berdasarkan keturunan dan aristokrasi berdasarkan jabatan.
Jika kita ditanya, apakah kita ini lebih taat kepada Tuhan atau kepada manusia? Pasti kita akan menjawab, “Ya pastilah kita pasti lebih taat kepada Tuhan”. Tetapi coba kita tanya, sejauh apa kita lebih taat kepada Tuhan, kepada Injil dan kebenaran Firman Tuhan daripada taat kepada manusia dan kepada ajaran-ajaran manusia. Contoh paling gampang saja, ketika kita bangun tidur, apakah yang pertama kali kita lakukan? Apakah kita akan berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan lalu kemudian membaca Firman Tuhan, ataukah ketika bangun kita langsung menyalakan televisi, mencari berita atau membaca surat kabar? ( Kpd Ibu saya katakan Seb. Kaki mu menginjak  lantai Berdoa dulu Baca Alkitab, lalu mengirim Fir Tuhan ke 300 org/baik Group/Perorangan)
Jika kita membaca kitab Galatia yang ditulis oleh Rasul Paulus, maka kita akan tahu betapa Rasul Paulus bersikap sangat keras kepada jemaat Galatia. Hal ini terlihat dari banyaknya tanda seru yang ada di kitab ini. Apa yang menyebabkan Paulus begitu “marah” kepada jemaat Galatia? Salah satu hal adalah karena jemaat Galatia yang sudah mendengar Injil yang disampaikan oleh Paulus dan hamba-hamba Tuhan yang lain, ternyata q          `begitu mudah berbalik dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan injil, melainkan ajaran yang memutarbalikkan Injil Kristus yang sebenarnya (ay. 6-7). Begitu kesalnya Paulus terhadap sikap dan perilaku jemaat Galilea sehingga muncul kalimat dari Paulus yang mengatakan bahwa andaikata ada orang ataupun malaikat yang menyampaikan injil yang menyesatkan, maka orang itu maupun malaikat itu akan terkutuk (ay. 8). Hal ini pun dikatakan sampai dua kali (ay. 9), yang berarti penekanan yang sangat penting.Apa maksud Paulus dengan mengatakan seperti itu? Paulus ingin mengatakan bahwa walaupun ia memiliki hak untuk menyampaikan Injil, tetapi Paulus pun lebih suka menyampaikan Injil yang benar walaupun keras daripada “injil” yang palsu, yang membuat jemaat lebih senang. Hal itu pun terlihat pada ayat selanjutnya, yaitu Paulus menekankan mana yang ia pilih, apakah ia lebih memilih kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Apakah ia lebih memilih berkenan kepada manusia atau berkenan kepada Allah? (ay. 10).
Paulus sadar, bahwa sebagai Abdi Allah /hamba Tuhan, terlebih sebagai hamba Tuhan yang menyampaikan kebenaran Firman Tuhan, sudah seharusnya Paulus lebih mementingkan apa yang Tuhan mau, bukan apa yang jemaat mau. Paulus adalah hamba Tuhan yang tegas, yang tidak kompromi. Jika jemaat telah melakukan yang benar, Paulus pun tidak segan-segan memuji. Tetapi jika jemaat melakukan hal yang salah, maka Paulus pun tidak segan-segan menegur, bahkan menggunakan kata atau kalimat yang keras. Paulus bisa saja menyampaikan Firman Tuhan yang “enak”, yang menyenangkan hati jemaat, yang membuat Paulus bisa mendapatkan banyak jemaat dan tidak akan takut untuk kehilangan jemaat. Tetapi Paulus tidak mau mengatakan demikian, bagi Paulus lebih baik ia menyampaikan Firman Tuhan (Injil) yang sesungguhnya dengan risiko ada beberapa jemaat (yang belum dewasa) meninggalkan dirinya.
Adakah kita yang saat ini menjadi hamba-hamba Tuhan? Sudahkah kita lebih berkenan kepada Tuhan daripada kepada manusia?
Sayangnya, jika kita mau jujur, masih cukup banyak orang yang mengaku hamba Tuhan tetapi kadang-kadang masih takut melakukan apa yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Hamba-hamba Tuhan ini masih takut kehilangan jemaat, sehingga agar jemaat tidak hilang dan pindah ke gereja lain, mereka memberi jatah pelayanan kepada orang-orang yang sesungguhnya belum siap. Mereka memberikan jabatan sebagai pengurus gereja atau sebagai pelayan gereja. Atau mungkin ada hamba Tuhan yang memberikan “perlakuan khusus” kepada jemaat-jemaat yang kaya, yang selama ini menjadi “sumber dana” bagi gereja dan hamba Tuhan itu sendiri.
Bagi kita yang adalah hamba Tuhan, mari kita instropeksi diri kita sendiri, apakah kita sudah sungguh-sungguh melakukan apa yang berkenan kepada Tuhan. Justru karena posisi kita adalah hamba Tuhan, kita harus jauh lebih taat kepada Tuhan. Tuhanlah yang empunya jemaat, jadi seharusnya kita tidak perlu takut kehilangan jemaat atau kekurangan persembahan dari jemaat, karena jika kita benar-benar menyampaikan Injil yang benar, pasti Tuhan juga akan mengirim jemaat dan berkat Tuhan. Jika kita yang belum menjadi hamba Tuhan, sudahkah kita juga mengikuti Injil yang benar, yang mungkin kadang-kadang berat dan sulit untuk dilakukan?
Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil."  Galatia 1:6-7

Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Galatia karena ia mendengar ada guru-guru palsu yang menanamkan ajaran sesat atau  'injil lain'  ke tengah-tengah jemaat.  Mereka dengan sengaja menghasut jemaat agar menolak ajaran kebenaran yang disampaikan Paulus dan melawan dia dengan mempertanyakan status kerasulannya.  Itulah sebabnya di awal suratnya rasul Paulus menegaskan bahwa dirinya adalah  "...seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,"  (ayat 1). Disebut  'injil lain'  karena ajaran yang disampaikan guru-guru palsu tersebut telah menyimpang dari esensi Injil sejati yang menegaskan bahwa manusia dibenarkan melalui iman kepada Yesus Kristus.  "Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus."  (Galatia 2:16).  Sementara guru-guru palsu mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh bukan hanya melalui iman kepada Kristus saja, tapi perlu ditambahi dengan menaati hukum taurat, melakukan tradisi Yahudi dan juga merayakan hari-hari raya.  Semua ajaran atau gagasan yang bersumber dari pikiran manusia, agama dan juga tradisi tidak bisa dicampuradukkan dengan isi Injil yang sejati.  Jika hal itu dikompromikan sama artinya memutarbalikkan Injil Kristus.  "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia."  (Galatia 1:8-9). Terkutuk berarti berada di bawah hukuman Allah atau akan dimurkai Allah.  Karena hasutan guru-guru palsu, keyakinan jemaat di Galatia terhadap Injil Kristus menjadi goyah dan mereka pun melakukan tindakan kompromi.
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu:"  Efesus 2:8-9

No comments:

Post a Comment