GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Saturday, 27 October 2012

TUHAN MENEBUS DAN MENGUMPULKAN UMAT-NYA

Warta Jemaat No: 44_28 Oktober 2012                                                                                                                                     Untuk Kalangan Sendiri



Membaca kitab Yeremia kita berhadapan dengan kesedihan dan tantangan. Kesedihan mengenai umat Tuhan yang dihukum dengan kehancuran negerinya dan kemudian dibawa sebagai tawanan ke negeri asing. (Bacalah Mazmur 137 mengenai kesedihan mereka di pembuangan Babilonia.) Tetapi juga kesedihan atas nasib Yeremia sendiri, yang selain menubuatkan penderitaan bangsanya, dia sendiri ditolak, hendak dibunuh, dan kemudian dipenjarakan penguasa (pasal 26, 37); keluarganya menentang dan mengkhiatainya (12:6). Ia sampai menyampaikan protesnya kepada Tuhan (12:1-4). Nabi Yeremia mendampingi umat Tuhan, ketika masih aman di Yerusalem, selama pengepungan tentara Babilonia, dalam pengungsian ke Mesir, dan kemudian di pembuangan.
Tetapi Kitab Yeremia juga mengandung harapan bahkan kegembiraan. Yeremia tidak hanya diutus “untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan” melainkan juga “untuk membangun dan menanam” (1:10). Sekali pun di negeri orang sebagai tawanan, umat Tuhan didorong untuk berpikir dan bertindak positif memajukan kehidupan bersama masyarakat yang menindas mereka. Mereka diminta mendirikan rumah, berkebun, bahkan menikahkan anak-anak mereka. (29: 4 dst).

Pembahasan nats
Ayat 7, menjelaskan bahwa umat harus bersorak sukacita atas keselamatan yang Tuhan telah lakukan. Sebab keselamatan yang Tuhan karyakan tersebut membuat Israel dan Yehuda kembali tampil sebagai pemimpin bangsa-bangsa. Dalam arti Israel dan Yehuda harus menjadi berkat keselamatan kepada bangsa-bangsa. Karena itu, di dalam sorak-sorai dan sukacita umat, mereka diingatkan dan diperintahkan oleh Tuhan untuk mewartakan dan mengatakan bahwa Tuhan telah menyelamatkan sisa-sisa Israel.
Ayat 8, menjelaskan bahwa keselamatan yang Tuhan lakukan terhadap umat-Nya berwujud kesatuan yang menyeluruh. Tuhan tidak hanya mendatangkan umat-Nya yang tertawan dari Utara, tetapi juga mereka yang tersebar ke ujung-ujung bumi. Semua orang yang tersisa dari umat Tuhan diselamatkan dan dibawa kembali ke negeri mereka, termasuk yang buta, lumpuh, perempuan yang mengandung dan melahirkan.
Ayat 9, menjelaskan bahwa umat tidak tahan melihat kebaikan Tuhan yang telah menyelamatkan mereka sehingga mereka menangis ketika kembali ke negerinya. Tetapi Tuhan menghibur mereka dalam perjalanan mereka. Dan ketika mereka sudah berkumpul dan bersatu sebagai umat Tuhan di negerinya maka Tuhan juga akan memimpin dan menjaga mereka sebagai seorang bapa terhadap anak kandungnya, sehingga mereka terus terpelihara dan tetap berjalan di jalan Tuhan sehingga tidak lagi tersandung dan jatuh.

Aplikasi
Tindakan penyelamatan Tuhan, memang tertuju kepada Israel sebagai umatNya, namun bersifat menyeluruh/universal; meliputi semua orang tanpa membeda-bedakan serta meliputi segala bangsa. Tidak hanya orang-orang sehat dan kuat, tetapi yang buta, lumpuh dan lemah; tidak hanya laki-laki, tetapi juga perempuan, bahkan yang masih mengandung dan baru melahirkan, Keselamatan dari Tuhan itu juga sekaligus mengubah duka dan air mata menjadi sukacita penuh sorak-sorai.
Umat kristen tentu sangat patut untuk bernyanyi gembira, karena Allah yang penuh belas kasih telah menyelamatkan kita. Sekalipun kita sempat menjadi anak yang hilang dari hadapanNya, tetapi oleh kematian dan kebangkitan Yesus, kita kembali kepada Bapa yang penuh kasih sayang. Di dalam sukacita yang penuh sorak-sorai itu, kita diingatkan oleh Tuhan untuk mewartakan dan mengatakan bahwa Tuhan telah menyelamatkan. Sekalipun dalam menjalani kehidupan ini kita selalu menghadapi pergumulan, tetapi pada kenyataannya kita dimampukan melewati badai demi badai tersebut. Melihat kenyataan ini, seyogyanya kita bersyukur. Kita patut mensyukuri, bahwa segala hidup yang kita miliki semata-mata hanya karena anugerah Tuhan. Sebagai umat Kristen, kita menyadari bahwa hidup kita ditopang oleh kasih karunia Tuhan. Kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan dan hidup kita setiap saat dipenuhi oleh kasih karunia Tuhan. AMIN

Suara GKPI, edisi Oktober 2012

Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (Yesaya 53 : 6)

Monday, 22 October 2012

GEREJA ADALAH PERSEKUTUAN PELAYANAN, BUKAN PEMERINTAHAN



Warta Jemaat No.43_21 Oktober 2012                                                                                                                                                                                      Untuk kalangan sendiri

Setiap orang kristen seharusnya mengikuti teladan Yesus. Itulah indekator sebagai pengikut Yesus. Demikian juga berbicara mengenai kepemimpinan, maka setiap pemimpin kristen baik di kantor, organiasi, rumah, di gereja harus menerapkan pola kepemimpinan Yesus yakni melayani dan bukan dilayani.
Bacaan hari ini mengungkapkan keinginan Yakobus dan Yohanes untuk memperoleh kedudukan di kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaannya nanti, tetapi Yesus malah menanyai mereka, sanggupkah minum dari cawan yang diminumnya dan menerima baptisan yang diterimanya. Ditambahkan, ia tak dapat menjanjikan kedudukan itu karena hanya Allah sendirilah yang menentukan siapa yang pantas ke sana. Kemudian Yesus mengatakan, barangsiapa ingin jadi orang besar hendaknya menjadi orang yang melayani orang lain. Bagi Anak Manusia, melayani dan mengamalkan diri menjadi jalan penebusan bagi umat manusia.

Pembahasan nats
Bacaan hari ini terdapat juga dalam Matius 20:20-28. Berbeda dengan Matius, Markus menyebutkan bahwa Yohanes dan Yakobuslah yang meminta kepada Yesus (bukan ibunya sebagaimana di sebutkan dalam Matius) agar diperkenankan duduk dalam Kerajaan Yesus kelak satu disebelah kanan dan satunya disebelah kiri.
Dalam ayat 41 disebutkan: “Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes”. Tidak disebutkan alasan mereka marah. Namun dapat diduga mereka marah karena dianggap ibarat kampanye Yohanes dan Yakobus “mencuri start” untuk mendapatakan legitimasi dari Yesus menegenai persoalan yang sudah mereka perdebatkan sebelumnya yakni mengenai siapa yang paling besar diantara mereka. Mungkin yang lain marah karena dengan tindakan Yohanes dan Yakubus dianggap akan semakin memecah belah persekutuan ke 12 murid. Yesus tidak menginginkan perpecahan terjadi di dalam persekutuan murid-murid. Oleh karena itu Yesus memanggil mereka dan menjelaskan mengenai perbedaan standar “kebesaran” duniawi dan kebesaran rohani. Dalam hal ini Yesus mengambil contoh perbandingan praktek pemerintah di dunia ini yang sudah diketahui para murid, dimana mereka memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Jadi standarnya adalah kuasa, serta seberapa besar kehendaknya dapat dikenakan kepada berapa banyak orang. Tapi dalam Kerajaan Yesus (kepemimpinan rohani) tidak demikian. Standardnya adalah pelayanan dan kerendahan hati. Jadi berbeda dengan “kebesaran duniawi”, “kebesaran rohani” diwujudkan bukan dengan mengecilkan orang lain demi melayani kita, melainkan mengecilkan diri kita sendiri demi melayani orang lain. Pembuktiannya bukanlah pelayanan apa yang dapat aku peroleh, melainkan pelayanan apa yang dapat aku berikan. Dan inilah yang telah dipraktekkan oleh Yesus sendiri. Dalam ayat 45 Yesus mengatakan bahwa Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Persaingan demikian rupanya terjadi juga di kalangan para murid Tuhan Yesus. Setelah sebelumnya mereka berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:33-37), sekarang tahu-tahu Yakobus dan Yohanes tampil meminta tempat utama kepada Guru mereka (ayat 37). Kesepuluh murid lain kontan marah kepada kedua bersaudara itu. Tuhan Yesus segera meluruskan pemahaman mereka. Siapa yang ingin menjadi yang terbesar, ia harus menjadi pelayan bagi semua (ayat 43,44). Artinya, kebesaran sejati terletak dalam kerendahan hati.

Aplikasi
Pemimpin yang melayani berarti kepemimpinan yang menghambakan diri. Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai “hamba. Kata “hamba” berasal dari kata servant/slave atau doulos (Yunani), ebed (Ibrani) berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan. Tugasnya adalah mengerjakan pekerjaan menurut kehendak tuannya, tidak ada bantah-bantahan. Berarti ia sedang menyangkal dirinya atau tidak berhak lagi atas hak pribadinya. Hak itu sudah melebur/menyatu dengan hak tuannya. Dan Yesus sendiri telah menerapkan kepemimpinan demikian dalam hidupnya (Mrk. 10:45).
Pemimpin yang melayani berarti kepemimpinan yang mendasarkan otoritasnya pada pengorbanan. Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya melalui melayani, seseorang menjadi besar (Mrk. 10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang lain.
Pemimpin yang melayani berarti pemimpin yang menempatkan posisinya di bawah kontrol Kristus. Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yoh. 13:13). Dengan demikian kerendahan hati dalam kepemimpinannya akan riil dalam praktiknya.
Suara GKPI, edisi Oktober 2012

dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. (Markus 10 : 44)