GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Monday, 22 October 2012

GEREJA ADALAH PERSEKUTUAN PELAYANAN, BUKAN PEMERINTAHAN



Warta Jemaat No.43_21 Oktober 2012                                                                                                                                                                                      Untuk kalangan sendiri

Setiap orang kristen seharusnya mengikuti teladan Yesus. Itulah indekator sebagai pengikut Yesus. Demikian juga berbicara mengenai kepemimpinan, maka setiap pemimpin kristen baik di kantor, organiasi, rumah, di gereja harus menerapkan pola kepemimpinan Yesus yakni melayani dan bukan dilayani.
Bacaan hari ini mengungkapkan keinginan Yakobus dan Yohanes untuk memperoleh kedudukan di kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaannya nanti, tetapi Yesus malah menanyai mereka, sanggupkah minum dari cawan yang diminumnya dan menerima baptisan yang diterimanya. Ditambahkan, ia tak dapat menjanjikan kedudukan itu karena hanya Allah sendirilah yang menentukan siapa yang pantas ke sana. Kemudian Yesus mengatakan, barangsiapa ingin jadi orang besar hendaknya menjadi orang yang melayani orang lain. Bagi Anak Manusia, melayani dan mengamalkan diri menjadi jalan penebusan bagi umat manusia.

Pembahasan nats
Bacaan hari ini terdapat juga dalam Matius 20:20-28. Berbeda dengan Matius, Markus menyebutkan bahwa Yohanes dan Yakobuslah yang meminta kepada Yesus (bukan ibunya sebagaimana di sebutkan dalam Matius) agar diperkenankan duduk dalam Kerajaan Yesus kelak satu disebelah kanan dan satunya disebelah kiri.
Dalam ayat 41 disebutkan: “Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes”. Tidak disebutkan alasan mereka marah. Namun dapat diduga mereka marah karena dianggap ibarat kampanye Yohanes dan Yakobus “mencuri start” untuk mendapatakan legitimasi dari Yesus menegenai persoalan yang sudah mereka perdebatkan sebelumnya yakni mengenai siapa yang paling besar diantara mereka. Mungkin yang lain marah karena dengan tindakan Yohanes dan Yakubus dianggap akan semakin memecah belah persekutuan ke 12 murid. Yesus tidak menginginkan perpecahan terjadi di dalam persekutuan murid-murid. Oleh karena itu Yesus memanggil mereka dan menjelaskan mengenai perbedaan standar “kebesaran” duniawi dan kebesaran rohani. Dalam hal ini Yesus mengambil contoh perbandingan praktek pemerintah di dunia ini yang sudah diketahui para murid, dimana mereka memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Jadi standarnya adalah kuasa, serta seberapa besar kehendaknya dapat dikenakan kepada berapa banyak orang. Tapi dalam Kerajaan Yesus (kepemimpinan rohani) tidak demikian. Standardnya adalah pelayanan dan kerendahan hati. Jadi berbeda dengan “kebesaran duniawi”, “kebesaran rohani” diwujudkan bukan dengan mengecilkan orang lain demi melayani kita, melainkan mengecilkan diri kita sendiri demi melayani orang lain. Pembuktiannya bukanlah pelayanan apa yang dapat aku peroleh, melainkan pelayanan apa yang dapat aku berikan. Dan inilah yang telah dipraktekkan oleh Yesus sendiri. Dalam ayat 45 Yesus mengatakan bahwa Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Persaingan demikian rupanya terjadi juga di kalangan para murid Tuhan Yesus. Setelah sebelumnya mereka berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:33-37), sekarang tahu-tahu Yakobus dan Yohanes tampil meminta tempat utama kepada Guru mereka (ayat 37). Kesepuluh murid lain kontan marah kepada kedua bersaudara itu. Tuhan Yesus segera meluruskan pemahaman mereka. Siapa yang ingin menjadi yang terbesar, ia harus menjadi pelayan bagi semua (ayat 43,44). Artinya, kebesaran sejati terletak dalam kerendahan hati.

Aplikasi
Pemimpin yang melayani berarti kepemimpinan yang menghambakan diri. Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai “hamba. Kata “hamba” berasal dari kata servant/slave atau doulos (Yunani), ebed (Ibrani) berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan. Tugasnya adalah mengerjakan pekerjaan menurut kehendak tuannya, tidak ada bantah-bantahan. Berarti ia sedang menyangkal dirinya atau tidak berhak lagi atas hak pribadinya. Hak itu sudah melebur/menyatu dengan hak tuannya. Dan Yesus sendiri telah menerapkan kepemimpinan demikian dalam hidupnya (Mrk. 10:45).
Pemimpin yang melayani berarti kepemimpinan yang mendasarkan otoritasnya pada pengorbanan. Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya melalui melayani, seseorang menjadi besar (Mrk. 10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang lain.
Pemimpin yang melayani berarti pemimpin yang menempatkan posisinya di bawah kontrol Kristus. Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yoh. 13:13). Dengan demikian kerendahan hati dalam kepemimpinannya akan riil dalam praktiknya.
Suara GKPI, edisi Oktober 2012

dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. (Markus 10 : 44)

No comments:

Post a Comment