Warta Jemaat No.43_21 Oktober 2012 Untuk kalangan sendiri
Setiap orang kristen seharusnya mengikuti teladan Yesus. Itulah
indekator sebagai pengikut Yesus. Demikian juga berbicara mengenai
kepemimpinan, maka setiap pemimpin kristen baik di kantor, organiasi, rumah, di
gereja harus menerapkan pola kepemimpinan Yesus yakni melayani dan bukan
dilayani.
Bacaan hari ini mengungkapkan keinginan Yakobus dan Yohanes untuk
memperoleh kedudukan di kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaannya nanti, tetapi
Yesus malah menanyai mereka, sanggupkah minum dari cawan yang diminumnya dan
menerima baptisan yang diterimanya. Ditambahkan, ia tak dapat menjanjikan
kedudukan itu karena hanya Allah sendirilah yang menentukan siapa yang pantas
ke sana.
Kemudian Yesus mengatakan, barangsiapa ingin jadi orang besar hendaknya menjadi
orang yang melayani orang lain. Bagi Anak Manusia, melayani dan mengamalkan
diri menjadi jalan penebusan bagi umat manusia.
Pembahasan
nats
Bacaan
hari ini terdapat juga dalam Matius 20:20-28. Berbeda dengan Matius, Markus
menyebutkan bahwa Yohanes dan Yakobuslah yang meminta kepada Yesus (bukan
ibunya sebagaimana di sebutkan dalam Matius) agar diperkenankan duduk dalam
Kerajaan Yesus kelak satu disebelah kanan dan satunya disebelah kiri.
Dalam
ayat 41 disebutkan: “Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah
kepada Yakobus dan Yohanes”. Tidak disebutkan alasan mereka marah. Namun dapat
diduga mereka marah karena dianggap ibarat kampanye Yohanes dan Yakobus
“mencuri start” untuk mendapatakan legitimasi dari Yesus menegenai persoalan
yang sudah mereka perdebatkan sebelumnya yakni mengenai siapa yang paling besar
diantara mereka. Mungkin yang lain marah karena dengan tindakan Yohanes dan
Yakubus dianggap akan semakin memecah belah persekutuan ke 12 murid. Yesus
tidak menginginkan perpecahan terjadi di dalam persekutuan murid-murid. Oleh karena itu Yesus memanggil mereka dan menjelaskan
mengenai perbedaan standar “kebesaran” duniawi dan kebesaran rohani. Dalam hal
ini Yesus mengambil contoh perbandingan praktek pemerintah di dunia ini yang
sudah diketahui para murid, dimana mereka memerintah rakyatnya dengan tangan
besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Jadi
standarnya adalah kuasa, serta seberapa besar kehendaknya dapat dikenakan
kepada berapa banyak orang. Tapi dalam Kerajaan Yesus (kepemimpinan rohani)
tidak demikian. Standardnya adalah pelayanan dan kerendahan hati. Jadi berbeda
dengan “kebesaran duniawi”, “kebesaran rohani” diwujudkan bukan dengan
mengecilkan orang lain demi melayani kita, melainkan mengecilkan diri kita
sendiri demi melayani orang lain. Pembuktiannya bukanlah pelayanan apa yang
dapat aku peroleh, melainkan pelayanan apa yang dapat aku berikan. Dan inilah
yang telah dipraktekkan oleh Yesus sendiri. Dalam ayat 45 Yesus mengatakan
bahwa Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Persaingan demikian rupanya terjadi juga di
kalangan para murid Tuhan Yesus. Setelah sebelumnya mereka berdebat tentang
siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:33-37), sekarang tahu-tahu
Yakobus dan Yohanes tampil meminta tempat utama kepada Guru mereka (ayat 37).
Kesepuluh murid lain kontan marah kepada kedua bersaudara itu. Tuhan Yesus
segera meluruskan pemahaman mereka. Siapa yang ingin menjadi yang terbesar, ia
harus menjadi pelayan bagi semua (ayat 43,44). Artinya, kebesaran sejati
terletak dalam kerendahan hati.
Aplikasi
Pemimpin yang
melayani berarti kepemimpinan yang menghambakan diri. Identitas pemimpin
Kristen adalah sebagai “hamba. Kata “hamba” berasal dari kata servant/slave
atau doulos (Yunani), ebed (Ibrani) berarti seorang yang sedang dalam status
sebagai pelayan. Tugasnya adalah mengerjakan pekerjaan menurut kehendak tuannya,
tidak ada bantah-bantahan. Berarti ia sedang menyangkal dirinya atau tidak
berhak lagi atas hak pribadinya. Hak itu sudah melebur/menyatu dengan hak
tuannya. Dan Yesus sendiri telah menerapkan kepemimpinan demikian dalam
hidupnya (Mrk. 10:45).
Pemimpin
yang melayani berarti kepemimpinan yang mendasarkan otoritasnya pada
pengorbanan. Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual
terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya
melalui melayani, seseorang menjadi besar (Mrk. 10:43-44). Pemimpin yang
memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk
memimpin orang lain.
Pemimpin
yang melayani berarti pemimpin yang menempatkan posisinya di bawah kontrol
Kristus. Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu
dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin
namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yoh. 13:13). Dengan demikian kerendahan hati dalam kepemimpinannya
akan riil dalam praktiknya.
Suara GKPI, edisi Oktober
2012
No comments:
Post a Comment