Membaca
kitab Yeremia kita berhadapan dengan kesedihan dan tantangan. Kesedihan
mengenai umat Tuhan yang dihukum dengan kehancuran negerinya dan kemudian
dibawa sebagai tawanan ke negeri asing. (Bacalah Mazmur 137 mengenai kesedihan
mereka di pembuangan Babilonia.) Tetapi juga kesedihan atas nasib Yeremia sendiri, yang selain
menubuatkan penderitaan bangsanya, dia sendiri ditolak, hendak dibunuh, dan
kemudian dipenjarakan penguasa (pasal 26, 37); keluarganya menentang dan
mengkhiatainya (12:6). Ia sampai menyampaikan protesnya kepada Tuhan (12:1-4).
Nabi Yeremia mendampingi umat Tuhan,
ketika masih aman di Yerusalem, selama pengepungan tentara Babilonia, dalam
pengungsian ke Mesir, dan kemudian di pembuangan.
Tetapi Kitab Yeremia
juga mengandung harapan bahkan kegembiraan. Yeremia tidak hanya diutus “untuk mencabut dan merobohkan, untuk
membinasakan dan meruntuhkan” melainkan juga “untuk membangun dan menanam”
(1:10). Sekali pun di negeri orang sebagai tawanan, umat Tuhan didorong untuk
berpikir dan bertindak positif memajukan kehidupan bersama masyarakat yang
menindas mereka. Mereka diminta mendirikan rumah, berkebun, bahkan menikahkan
anak-anak mereka. (29: 4 dst).
Pembahasan nats
Ayat 7, menjelaskan bahwa
umat harus bersorak sukacita atas keselamatan yang Tuhan telah lakukan. Sebab
keselamatan yang Tuhan karyakan tersebut membuat Israel dan Yehuda kembali tampil
sebagai pemimpin bangsa-bangsa. Dalam arti Israel dan Yehuda
harus menjadi berkat keselamatan kepada bangsa-bangsa. Karena itu, di dalam
sorak-sorai dan sukacita umat, mereka diingatkan dan diperintahkan oleh Tuhan
untuk mewartakan dan mengatakan bahwa Tuhan telah menyelamatkan sisa-sisa
Israel.
Ayat 8, menjelaskan bahwa keselamatan yang Tuhan lakukan
terhadap umat-Nya berwujud kesatuan yang menyeluruh. Tuhan tidak hanya
mendatangkan umat-Nya yang tertawan dari Utara, tetapi juga mereka yang
tersebar ke ujung-ujung bumi. Semua orang yang tersisa dari umat Tuhan
diselamatkan dan dibawa kembali ke negeri mereka, termasuk yang buta, lumpuh,
perempuan yang mengandung dan melahirkan.
Ayat 9, menjelaskan bahwa umat tidak tahan melihat
kebaikan Tuhan yang telah menyelamatkan mereka sehingga mereka menangis ketika
kembali ke negerinya. Tetapi Tuhan menghibur mereka dalam perjalanan mereka.
Dan ketika mereka sudah berkumpul dan bersatu sebagai umat Tuhan di negerinya
maka Tuhan juga akan memimpin dan menjaga mereka sebagai seorang bapa terhadap
anak kandungnya, sehingga mereka terus terpelihara dan tetap berjalan di jalan
Tuhan sehingga tidak lagi tersandung dan jatuh.
Aplikasi
Tindakan
penyelamatan Tuhan, memang tertuju kepada Israel sebagai umatNya, namun
bersifat menyeluruh/universal; meliputi semua orang tanpa membeda-bedakan serta
meliputi segala bangsa. Tidak hanya orang-orang sehat dan kuat, tetapi yang
buta, lumpuh dan lemah; tidak hanya laki-laki, tetapi juga perempuan, bahkan
yang masih mengandung dan baru melahirkan, Keselamatan dari Tuhan itu juga
sekaligus mengubah duka dan air mata menjadi sukacita penuh sorak-sorai.
Umat kristen tentu sangat patut untuk bernyanyi gembira,
karena Allah yang penuh belas kasih telah menyelamatkan kita. Sekalipun kita sempat
menjadi anak yang hilang dari hadapanNya, tetapi oleh kematian dan kebangkitan Yesus, kita kembali kepada Bapa yang
penuh kasih sayang. Di dalam sukacita yang penuh sorak-sorai itu, kita
diingatkan oleh Tuhan untuk mewartakan dan mengatakan bahwa Tuhan telah
menyelamatkan. Sekalipun dalam menjalani kehidupan ini kita selalu menghadapi
pergumulan, tetapi pada kenyataannya kita dimampukan melewati badai demi badai
tersebut. Melihat kenyataan ini, seyogyanya kita bersyukur. Kita patut
mensyukuri, bahwa segala hidup yang kita miliki semata-mata hanya karena
anugerah Tuhan. Sebagai umat Kristen, kita menyadari bahwa hidup kita ditopang
oleh kasih karunia Tuhan. Kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan dan hidup
kita setiap saat dipenuhi oleh kasih karunia Tuhan. AMIN
Suara
GKPI, edisi Oktober 2012
Kita
sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri,
tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (Yesaya 53 : 6)
No comments:
Post a Comment