Pada
suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah
bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan
Salomo di atas mezbah itu. Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo
dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang
hendak Kuberikan kepadamu." Lalu Salomo berkata: "Engkaulah yang
telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab
ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan
Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan
kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini. Maka
sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi
raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum
berpengalaman. Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang
Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira
banyaknya. Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang
perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan
yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar
ini?" Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang
demikian. Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah
meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau
nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya
Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan
kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak
ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun
seperti engkau. Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik
kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun
seperti engkau di antara raja-raja. Dan jika engkau hidup menurut jalan yang
Kutunjukkan dan tetap mengikuti segala ketetapan dan perintah-Ku, sama seperti
ayahmu Daud, maka Aku akan memperpanjang umurmu."
(1 Raja-raja 3 : 4 - 14)
Perikop ini menekankan bagaimana
kepemimpinan Raja Salomo yang memerintah selama 40 tahun; mendahulukan
kepentingan rakyatnya secara bijaksana ketimbang kepentingan diri sendiri,
menimbang perkara dengan karunia hikmat yang dimilikinya.
Dengan kepribadian yang melekat
seperti itu – Raja Salomo selaku penerus ayahnya Raja Daud- yang sangat takut
akan Tuhan (Amsal 1: 7)-selaku raja, memohon agar ia diberi karunia menimbang
bperkarauntuk menghakimi umatNya. Itulah yang terjadi, dengan kuasa hikmat dia
menimbang perkara , saat 2 orang ibu memperebutkan 1 orang bayi; bijak dan adil
(1 Raja 3: 16 – 27).
Ketika Raja Salomo memohon
kekuatan, ia hanya memeohon kepada Tuhan hal yang biasa tetapi bermakna hal
yang luar biasa. Raja Salomo hanya meminta kuasa hikmat, yang paham menimbang
perkara untuk menghakimi umatNya hinggadapat membedakan antara yang baik dan yang jahat (1 Raja 3:9). Permintaan Salomo hanya sesederhana itu, tetapi diluar itu Tuhan menambahkan : kekayaan, kemuliaan dan panjang umur.
Sekiranya anda pemimpin negara, sebaiknya memerintahlah untuk kepentingan rakyat, bukan berupaya mempertahankan kedudukan dan bertindak otoriter. kita diajak, bilamana berdoa haruslah menggunakan sudut pandang Tuhan (sorgawi) bukan sudut pandang manusiawi (duniawi). Lagipula, carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka lainnya akan ditambahkan kepadamu. (Mateus 6 : 33)
Sumber : Suara GKPI
Oleh : Megauli Aritonang, MTh & Pdt. JPE. Simorangkir, MTh.
No comments:
Post a Comment