Warta No:33-12 Agustus 2012 Untuk kalangan sendiri
PENDAHULUAN
Apakah
yang terlintas dalam pikiran kita ketika kita ditanya “Apakah yang kamu cari
dalam hidupmu?” Mungkin sebagian besar orang akan menjawab “kebahagiaan”, namun
seringkali kita tidak mengetahui dari mana asal atau sumber kebahagiaan itu,
dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Allah telah menyatakan diriNya kepada
manusia agar mengerti bahwa Allah begitu memperdulikan mereka - Kedatangan
Yesus ke dunia adalah bukti terbesar akan kasih Allah kepada manusia, namun
keberadaanNya sering tidak dihiraukan bahkan ada sebagian orang yang tidak
menerimaNya. Allah adalah sumber hidup, sumber sukacita, dan kebahagiaan yang
kekal (keselamatan) inilah yang ingin Yesus nyatakan dalam kedatanganNya
melalui pelayanan hidup, pengajaran dan pengorbananNya di kayu salib. Bagaimana
dengan kita, apakah kita termasuk telah menemukan fokus utama tujuan kita yaitu
kebahagiaan yang kekal yaitu hidup bersama Allah dalam kekekalan?
Penjelasan Nas
Pada
khotbah sebelumnya disebutkan banyak orang yang mencari Yesus. Ada bermacam-macam
motivasi orang datang kepada Yesus. Ada
yang hanya sekedar ikut-ikutan, ada yang hanya ingin melihat tanda-tanda
mujizat yang Ia perbuat, bahkan yang lebih memprihatinkan adalah mereka datang
hanya karena roti (makanan duniawi) hal inilah yang terjadi pada konteks nas
ini. Yesus mengupas ‘harapan yang salah’ di antara mereka tentang Yesus. Mereka
mencari ‘roti’ tetapi tidak nampak tanda ajaib, Artinya yang mereka utamakan
adalah berkat duniawi, kemakmuran dalam arti politik. Kalau mereka
sungguh-sungguh ingin mengikut Yesus, haruslah mereka lakukan ‘pekerjaan
Allah’, artinya menyerahkan diri kepada Dia dengan penuh kepercayaan. Mereka
membandingkan Musa dengan Yesus, lalu kata mereka tanda ajaib yang diperbuat
oleh Yesus tidak sebesar yang diperbuat oleh Musa. Musa mengaruniakan roti
(”manna”) dari surga itu suatu ajaib yang tiada taranya bagi mereka. Lalu Yesus
meceritakan adanya roti yang sesungguhnya dari sorga, lalu mereka meminta roti
itu.
Yesus menegaskan maksudnya di ayat 35
dengan perkataan “Akulah roti hidup”, Yesus menerangkan bahwa Dialah Manna yang
sejati. Ia bukanlah memberi manna, tetapi Dia sendirilah Manna
itu. Ia telah turun dari sorga. Karena itu bukan kehendakNya sendiri yang
dilakukanNya, melainkan kehendak BapaNya yang di sorga. Dan kehendak Bapa itu
ialah “Supaya setiap orang, yang melihat Anak dan percaya kepadaNya beroleh
hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman”. Mendengar
itu makin tidak percayalah mereka lalu bersungut-sungut (ay-41, 42).
Orang
banyak itu bersungut-sungut disebabkan oleh pengenalan mereka akan Yesus
hanyalah dari cerita kemanusiaanNya. Mereka hanya mengenal Yesus sebagai anak
Yusuf, dari Nazareth, dan sebagainya. Sehingga dengan pengenalan yang demikian
mereka menuduh para pengikut Yesus keterlaluan dalam pengenalan akan Yesus
sebagai firman yang menjadi manusia. Namun Yesus menghardik mereka dengan
mengatakan: ‘Jangan kamu bersungut-sungut!” Hardikan dan tegoran ini tujuannya
adalah untuk mengajak semua orang bagaimana seharusnya dan semestinya mengenal
Yesus yang sebenarnya, agar tidak terlalu berpolemik dan beradu argumentasi
iman dalam usaha mengenal Yesus yang adalah Roti Surga. Perkataan Yesus itu
agar orang Yahudi tidak bersungut-sungut adalah tegoran dan jawaban kepada
orang Yahudi atas reaksi dan penolakan orang Yahudi setelah Yesus berbicara
kepada mereka bahwa diriNya adalah roti hidup dan roti yang telah turun dari
sorga di Kapernaum dalam Bait Allah. Penolakan dari kelompok orang Yahudi pada
Yesus karena ketidakmengertian mereka
hanya melihat Yesus hanya secara lahiriah sajat. Orang Yahudi berpendapat,
bagaimana mungkin Yesus telah mengatakan bahwa Ia telah turun dari Sorga?
Penolakan orang Yahudi kepada Yesus adalah kegagalan mereka serta kesalahan
besar dari mereka karena mereka sangat sulit atau tidak mengerti bahwa anak
tukang kayu menjadi utusan dari Allah bagi hidup manusia.
Yesus
telah menjelaskan kepada mereka bahwa tidak ada orang yang dapat datang kepada
Yesus, jikalau tidak dibawa oleh Bapa. Supaya dapat percaya kepada Yesus, harus
terjadi perubahan total dalam hati seseorang yang dilakukan oleh Allah Bapa.
Tetapi bagi orang percaya jelaslah kepadanya bahwa Yesus ialah ‘roti hidup’.
Roti itu lebih dari baik dari manna, karena orang yang makan dari roti itu akan
hidup untuk selama-lamanya.
Renungan
Pada masa sekarang ini, banyak
orang yang “hidup untuk makan” bukan “makan untuk hidup”. Juga banyak orang
yang memfokuskan diri mencari makanan duniawi dibandingkan makanan rohani. Ada juga tipe orang hanya mencari Yesus
ketika pergumulan dan persoalan menimpa hidupnya. Setelah ia lepas dari
pergumulannya tidak lagi datang kepada Yesus bahkan mengucap syukur pun tidak.
Ia datang kepada Yesus hanya ketika ia membutuhkannya. Banyak juga kita lihat
yang disebut Kristen’Tomat’ hari Minggu tobat, Senin sampai Sabtu kumat, atau
Kristen kapal selam yang sebentar timbul, sebentar tenggelam, yang hanya muncul
di gereja pada saat hari-hari besar gereja atau karena ada acara pesta Gereja.
Yesus
sendiri mengatakan “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh. 14:6). Artinya
hanya dari Yesuslah kita bisa mendapatkan roti yang benar dari surga yang
memberikan kita hidup yang kekal. Manna memang menyelamatkan bangsa Israel dari
kematian karena kelangkaan makanan. Kematian badani memang dapat dicegah dengan
datangnya manna, tetapi kematian rohani masih tetap merajalela. Demikian juga
halnya dengan yang terjadi pada saat ini. Tidak ada satu pun sumber kekuatan di
muka bumi ini yang dapat memberikan kita hidup kekal. Hanya Yesuslah
satu-satunya yang dapat memberikannya - Karena itu tidak ada pilihan lain, jika
kita mengarahkan tujuan hidup kita kepada kebahagiaan yang sejati yaitu hidup
kekal bersama Yesus, percayalah dengan sepenuh hati kepadaNya. Kita bersyukur
dan berterimakasih, karena Tuhan telah memberikan roti untuk kelangsungan hidup
kita dalam mempertahankan hidup yang diberikanNya kepada kita. Tanpa roti maka
hidup kita ini tidak bisa berlanjut. Hidup yang sebenarnya adalah hidup dalam
hubungan yang baru dengan Allah. Hubungan yang baru itu adalah hubungan
kepercayaan, ketaatan, dan kasih dan hubungan seperti itu hanya dimungkinkan
oleh Yesus Kristus. Lepas dari Yesus Kristus tidak seorangpun yang bisa
memasuki hubungan baru itu. Dengan kata lain, tanpa Yesus, kita memang tidak
hidup. Oleh karena itu, kalau Yesus adalah Roti hidup kita, maka Ia adalah esensi
hidup kita, maka Ia adalah Roti Hidup, untuk itu barang siapa makan
daripadaNya, ia tidak akan mati melainkan beroleh hidup selama lamanya, dan
roti yang diberikan Tuhan adalah ‘dagingNya’ yang telah diberikanNya bagi dunia
ini. Ketika kita merasa lapar maka kita akan makan agar kita memiliki tenaga
untuk meneruskan hidup kita. Maka agar kita memiliki kekuatan menghadapi segala
tantangan hidup, kuat menghadapi segala pergumulan dan persoalan-persoalan yang
ada, percayalah kepada Yesus yang senantiasa akan memberikan kita kekuatan itu
sehingga kita bisa sampai kepada kehidupan kekal bersama Tuhan. Amin
Suara GKPI, edisi
Juli 2012
“ Ahu do roti na mangolu, na tuat sian banua
ginjang i.
Manang ise na manganhon roti on, i do mangolu
salelenglelengna.
Ia roti silehononki, bahen hangoluan ni portibi on, i ma
dagingku.”
(Yohanes 6 : 51)
No comments:
Post a Comment