GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Sunday, 19 August 2012

HIKMAT & PENGERTIAN MEMBAWA KEPADA KEHIDUPAN



warta No:34-19 Agustus 2012                                                                                                             Untuk kalangan sendiri      
             
Nas ini mempersonifikasikan Hikmat. Hikmat dilukiskan seperti sebuah pribadi atau individu. Personifikasi ini tentu memudahkan orang untuk menghayati seperti apakah hikmat tersebut dan mengapa hikmat itu begitu penting. Dalam Amsal ini diperlihatkan bahwa Hikmat membuat sebuah perjamuan demikian juga kebodohan membuat perjamuan (ay 14-17). Hikmat dan kebodohan duduk dipinggir jalan dan mereka mengundang orang yang belum berpengalaman (ay 4; 14-16). Disini diuji setiap orang undangan siapakah yang akan dihadiri?

Ay 1 menyebut dengan mendirikan rumah dengan menegakkan ketujuh tiangnya. Apa makna dari ungkapan ini? Ada yang mengatakan bahwa ini menunjukkan pada nasihat dari Amsal dalam pasal 2 hingga 7. Namun hal ini boleh juga kita kaitkan dengan Yakobus atas 3:17 yang memuat tentang hikmat “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”

Hikmat mencakup bijaksana, pertimbangan yang tajam, wawasan, meninjau ke masa depan, penilaian yang baik, keterampilan, pengalaman, kematangan, kemurnian, damai, dan sebagainya. Dalam kitab ini diperlihatkan bahwa hikmat mengundang semua orang untuk berada di dalam hikmat tersebut.

Undangan ini adalah undangan terbuka bagi setiap orang. Hikmat tidak memilih-milih. Ia selalu menawarkan diri untuk dicicipi oleh setiap orang. Dengan rumah yang dibangun dengan tujuh tiang mengartikan bahwa bangunan tersebut kokoh dan dapat melindungi setiap orang yang datang ke pesta tersebut. Oleh sebab itu mari kita menguraikan tentang ketujuh tiang tersebut berdasarkan kitab Yakobus 3:17
1.  Murni artinya tidak ada persaingan, tidak berusaha menekan orang lain atau meninggikan diri sendiri. Hikmat dunia adalah menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu.
2.  Penuh damai (berdamai dengan Tuhan dan sesama dan diri sendiri). Hikmat menghasilkan kedamaian. Salomo pada masa pemerintahannya ia berhikmat dan dengan demikian mendatangkan damai di Israel.
3.  Peramah: adalah orang yang bersedia mendengar orang lain, bersahabat dengan semua orang, dengan hikmat kita memiliki kemampuan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
4.  Penurut: dengan hikmat maka orang tahu kapan waktu terbaik untuk tegas, dan kapan waktunya membiarkan sesuatu terjadi. Hikmat tidak menimbulkan pertengkaran dan perang mulut (bnd 2 Tim 2:24-26, Amsal 25:15).
5.  Penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik. Belaskasihan menunjukkan pertolongan bagi orang yang menghadapi kesulitan. Ia memiliki jiwa penolong dan memberlakukan orang lain dengan baik.
6.  Tidak memihak. Mengatakan bahwa harus bertindak adil dan memiliki ketegasan untuk mengatakan ya atau tidak.
7.  Tidak munafik (tidak berpura-pura atau bermuka dua dengan alasan apapun).

Dengan bagaimanakah kita boleh hidup di dalam hikmat tersebut? Di ayat 6 dikatakan buanglah kebodohan, maka kamu akan hidup. Maksudnya adalah bahwa kita diubahkan oleh hikmat tersebut untuk memperoleh hidup yang baik. Pembahasan khotbah ini memang hanya sampai ayat 6 namun adalah baiknya jika kita melanjutkan pembacaan ke ayat-ayat berikutnya, yang mana diperlihatkan tentang darimana seorang beroleh hikmat? Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian (ay 10).

Takut akan Tuhan mengandung arti bahwa setiap orang menyiapkan hati dan pikiran untuk mendengarkan Tuhan. Mengenal yang Mahakudus memberi makna bahwa setiap orang percaya haruslah menyadari akan penyertaan Tuhan di dalam hidupnya. Di dalam hal tersebutlah setiap orang sungguh mengenal Tuhan. Pengenalan akan kasih Tuhan membutuhkan proses. Untuk itulah setiap orang diundang oleh hikmat untuk menikmati jamuannya.

Hal yang sama dilakukan oleh kebodohan mengundang semua orang yang lalu lalang. Orang yang diundangnya juga sama yaitu yang tidak berpengalaman dan tidak berakal budi. (ay 16). Namun apa yang diperoleh setelah menghadiri undangan tersebut?

Hikmat menawarkan umur di perpanjang dan tahun hidup di tambah sedangkan kebodohan memberikan orang-orang yang diundangnya ada didalam dunia orang mati. Undangan yang sama, namun akibatnya berbeda. Satu kepada kehidupan dan yang satu lagi pada kematian.

Sebenarnya nas ini membuka mata hati kita tentang tawaran-tawaran yang ada. Semua tawaran itu pada awalnya mudah dan menyenangkan, namun akhirnya banyak yang menyengsarakan. Sehingga patutlah setiap orang untuk merenungkan ungkapan yang mengatakan yang pahit jangan terus dimuntahkan dan yang manis jangan terus ditelan. Ini mengartikan bahwa semua orang layak untuk mengkritisi dari apa yang dihadapinya. Sebagaimana juga yang disampaikan oleh Kitab Yakobus tentang hikmat yang dari atas dan dari dunia Yakobus 3:13-18. Tuhan mengkehendaki agar setiap orang sungguh mau menerima undangan hikmat tersebut agar hidupnya penuh dengan kedamaian

Suara GKPI, edisi Agustus 2012

Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya..
(Mazmur 111 : 10)

No comments:

Post a Comment