GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Wednesday, 12 September 2012

ALLAH SUMBER PERTOLONGAN SEJATI

Warta Jemaat : No 37_ 9 September 2012                                                                                                                                 Untuk kalangan sendiri



Rasa takut adalah salah satu musuh terbesar manusia. Rasa takut dapat menghinggapi siapa saja, termasuk orang-orang yang beriman. Respon atau tindakan atas rasa takut itulah kemudian membedakan setiap orang yang mengalami rasa takut tersebut. Apakah tindakannya berdasarkan iman atau tidak? Karena suatu tindakan tanpa dilandasi iman adalah dosa (bnd. Roma 14:23). Saat rasa takut menyerang mari kita ingat, berserahlah kepada TUHAN, andalkan Dia yang adalah sumber pertolongan sejati.
Secara khusus dalam Pasal 35 Kitab Yesaya ini TUHAN Allah Mahakudus, memberikan suatu janji membebaskan umat Allah dari rasa takut, bahwa Alllah adalah sumber keselamatan, sumber pertolongan yang sejati akan memberi keselamatan kepada Umat-Nya. Jika Amos terkenal sebagai nabi keadilan, Hosea sebagai nabi kasih maka Yesaya sebagai nabi kekudusan. Yesaya sangat menekankan kekudusan Allah dalam nubuatan-Nya, bahwa Allah yang Mahakudus menuntut dosa-dosa umatNya, mencela praktek-praktek yang menduakan TUHAN, penyembahan berhala (1:29), ibadah yang berlumur dosa, ibadah-ibadah kafir (2:6-8; 17:7). Namun di sisi lain, Allah yang Mahakudus tidak akan membiarkan umat-Nya terus menerus dikuasai rasa takut, janji-Nya akan dilaksanakan. Dalam amanat Yesaya senantiasa berkumandang suatu janji “Suatu sisa akan kembali” (Pasal 6:3).

PENJELASAN
Kitab Yesaya Pasal 1-39 memiliki konteks umum/luas yakni sebelum pembuangan Babel. Yesaya bernubuat kepada umat TUHAN, yang telah memberontak kepada Allah yang Mahakudus (Pasal 1). Dan karenanya kehancuran yang hebat akan terjadi sebagai wujud hukuman Allah yang akan datang lewat bangsa-bangsa besar di sekitar mereka.
Merujuk kepada konteks khusus sejarah Israel Selatan, yaitu Yehuda, umat TUHAN sedang mengalami krisis politik yang hebat. Kerajaan Asyur begitu kuat dan mengembangkan daerah Israel Utara, khususnya dibawah kepemimpinan Tiglat Pileser III (745-727sM), dilanjutkan kemudian oleh Raja Salmeneser V (727-722 sM), diikuti oleh penggantinya Sargon II (722-705 sM), dan pada saat kepemimpinan Sanherib (705-681 sM) bala tentara Aysur tampaknya segera akan mengepung Jerusalem atau Israel Selatan untuk menguasainya (bnd. Pasal 36). Mereka sangat terdesak, ketakutan bukan main, lalu meminta bantuan ke Mesir, meminta perlindungan Firaun (30:2). Inilah yang menjadi persoalan, sama seperti yang dilakukan oleh raja Ahas, Raja Yehuda yang ketakutan terhadap kekuatan Aram dan Israel (Utara) yang mengancam (734 sM), dan karena rasa takutnya kemudian membuat dia melakukan tindakan bodoh di hadapan Allah, meminta bantuan kepada Asyur (Pasal 7). Sepertinya sejarah ini terulang kembali, kalli ini pemimpin-pemimpin Yehuda kembali meminta pertolongan kepada Mesir justru karena ketakutan akan pasukan Asyur.
Apa yang membuat Allah marah? Dalam Pasal 30 ayat 1-2, Yesaya menyampaikan pesan Allah: “Celakalah anak-anak pemberontak … yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari padaKu, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh RohKu … yang berangkat ke Mesir dengan tidak meminta keputusanKu …”. Bangsa Yehuda dalam mengatasi rasa takutnya lebih megutamakan persekutuan dengan manusia, lebih mengandalkan bangsa yang kuat menurut pemikiran mereka, tidak mengutamakan dan mengandalkan Tuhan. Inilah yang melatarbelakangi seruan dalam teks ini.
1.  Kuatkanlah hati, jangan takut!
Tawar hati, kecut, takut, inilah yang menghinggapi perasaan umat Allah pada saat itu. Karena itulah kemudian Allah melalui Yesaya menyerukan: “Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah Allahmu akan datang …”. Yesaya memberi suatu penghiburan, janji penyelamantan, bahwa di tengah krisis yang dihadapi oleh bangsa itu, Allah tidak akan tinggal diam. Sekalipun Allah mencela dan membiarkan umat Allah diserang oleh bangsa lain, itu bukan berarti Allah akan membiarkan hal itu terus berlangsung. Allah akan datang dengan pembalasan dan ganjaran. Dia akan berperang terhadap musuh-musuh mereka, Allah sendiri akan datang menyelamatkan mereka. Itu berkaitan erat dengan pernyataan Yesaya dalam Pasal 31 ayat 2. Lewat seruan ini sesungguhnya Yesaya sedang meluruskan pandangan umat TUHAN yang sedang dalam ketakutan dan penderitaan, bahwa mengandalkan manusia, mempersekutukan diri dengan kekuatan dunia untuk mengatasi persoalan bukanlah merupakan tindakan yang bijaksana. Ketidaksabaran untuk menanti keputusan dari Tuhan (Pasal 30:1-2) bertentangan dengan kehendak-Nya. TUHAN Allah bukanlah Allah yang akan membiarkan umat-Nya terus menerus menghadapi penderitaan. Dia tidak memutuskan janji keselamatan hanya oleh karena dosa-dosa mereka. Allah akan menyelamatkan mereka. Karena itu umat-Nya diajak untuk bersikap tangguh, kuat hati, sabar, menanti waktu TUHAN, dan yang paling utama adalah berbalik memandang TUHAN dalam kehidupan keseharian mereka di tengah-tengah penderitaan itu.
2.  TUHAN Allah akan memulihkan umat-Nya!
Penderitaan hebat yang sedang dan masih akan terjadi terhadap umat TUHAN ini sungguh memilukan hati. Umat Allah dan tanah yang mereka diami digambarkan sebagai orang yang buta, tuli, lumpuh, bisu. Padang belantara yang tidak dialiri sungai, tanah pasir yang hangat, dan tanah gersang, menggambarkan penderitaan yang hebat, tiadanya kehidupan yang damai dan makmur. Hal ini sama seperti yang telah dinubuatkan oleh Yesaya pada Pasal 1 ayat 5-7.
Masih banyak sebenarnya gambaran yang memilukan hati tentang keadaan umat TUHAN. Namun pertanyaannya adalah apakah TUHAN Allah akan terus membiarkan ini terjadi? Apakah dalam ketakutan dan penderitaan yang memilukan ini Allah sungguh telah melupakan dan memutuskan janji-Nya kepada umat yang dipilih-Nya? Inilah juga yang unik dari Kitab Yesaya ini. Bahwa di satu sisi dinubuatkan akan hukuman atau murka Allah yang akan menimpa mereka, tapi di sisi lain juga dinubuatkan janji keselamatan, janji penghiburan, janji pemulihan. Yesaya menyampaikan pesan Allah bahwa Dia akan datang memulihkan keadaan mereka. Sehingga yang buta akan melihat, yang tuli akan mendengar, yang lumpuh akan melompat seperti rusa, mulut yang bisu akan bersorak-sorak, mata air akan memancar di padang gurun, sungai akan mengalir di padang belantara, tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang akan menjadi sumber-sumber mata air.
Pemulihan yang Allah kerjakan seperti yang dijanjikan disini adalah sebagai bukti bahwa Allah tetap mengasihi mereka, Allah tidak meninggalkan dan melupakan umat-Nya, Allah bertindak untuk mengatasi rasa takut yang sedang mereka alami. Namun penting untuk direnungkan kembali, bahwa janji pemulihan ini hadir bersama-sama dengan pertobatan dari umat-Nya. Yesaya dipilih dan diutus ke tengah-tengah bangsa yang memberontak kepada Allah, adalah juga untuk menyuarakan pertobatan, supaya umat Allah meninggalkan dosa-dosanya, sebab keselamatan dan janji pemulihan itu hanya akan sampai kepada mereka, sisa-sisa umat Allah (Shear-yasyub) yang mau bertobat atau kembali kepada Allah.

Renungan
1.  Janji Keselamatan TUHAN Allah terwujud secara sempurna dalam diri Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia, Allah yang turut menderita dalam penderitaan manusia, Allah yang mati dan bangkit kembali. Dalam diri Yesus Kristus kita melihat bahwa maut, penderitaan, dan segala yang boleh membuat kita takut, sesungguhnya telah ditaklukkan lewat salib, kematian, dan kebangkitan-Nya. Allah yang kita sembah adalah Allah yang menang, Allah yang hidup, Allah yang setia akan Janji-janji-Nya. Dan yang kemudian oleh Roh-Nya kita sebagai umat percaya dipanggil untuk mengalahkan penderitaan dan rasa takut, sebab Roh yang diberikan kepada kita adalah Roh yang memberikan keberanian untuk menghadapi persoalan. Roh Allah yang diberikan kepada orang-orang percaya bukanlah roh pengecut, atau yang memberikan rasa takut (2 Tim 1:7) atau menuntun kita lari dari persoalan. Tetapi Roh yang membuat kita kuat hati, tangguh, untuk menghadapi dan memenangkan setiap persoalan-persoalan hidup.
2.  TUHAN Allah adalah sumber pertolongan yang sejati. Saat rasa takut menyerang, apakah itu karena bahaya yang mengancam hidup, problematika kehidupan, sakit penyakit, atau apa saja, mari melalui nas ini kita semua diajak untuk mengarahkan pandangan kita kepada Allah yang Mahakudus. Dialah si pemilik kehidupan, dan Dia jugalah sebenarnya sumber pertolongan yang sejati. Mari kita membiarkan Allah bertindak, menunggu dengan sabar jawaban dan hikmatNya, sehingga saat kita kemudian bertindak, maka tindakan kita berdasarkan iman dan kehendak-Nya. Jangan pernah meremehkan TUHAN dalam persoalan-persoalan hidup, jangan pula menduakan TUHAN hanya untuk membebaskan kita dari rasa takut tersebut. Sebab TUHAN bagi kita adalah tempat perlindungan dan kekuatan; sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti (Mazmur 46:2).
3.  Janji pemulihan yang telah berlaku dulu, juga berlaku kepada kita kini, di sini dan nanti pada saat pemulihan yang sempurna saat kedatangan Yesus Kristus yang kedua. Hanya saja perlu direnungkan, bahwa janji itu berlaku kepada mereka yang juga siap mengarahkan hidupnya kepada TUHAN Allah, yang senantiasa mendasarkan tindakanNya dengan iman kepada Yesus Kristus (Roma 14:23). Amin
Suara GKPI, edisi Agustus 2012

"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!
Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.”
                                                                  (Mazmur 46 : 11 – 12)

No comments:

Post a Comment