Rasa
takut adalah salah satu musuh terbesar manusia. Rasa takut dapat
menghinggapi siapa saja, termasuk orang-orang yang beriman. Respon atau
tindakan atas rasa takut itulah kemudian membedakan setiap orang yang mengalami
rasa takut tersebut. Apakah tindakannya berdasarkan iman atau tidak? Karena
suatu tindakan tanpa dilandasi iman adalah dosa (bnd. Roma 14:23). Saat rasa takut menyerang mari kita ingat, berserahlah
kepada TUHAN, andalkan Dia yang adalah sumber pertolongan sejati.
Secara
khusus dalam Pasal 35 Kitab Yesaya
ini TUHAN Allah Mahakudus, memberikan suatu janji membebaskan umat Allah dari
rasa takut, bahwa Alllah adalah sumber keselamatan, sumber pertolongan yang
sejati akan memberi keselamatan kepada Umat-Nya. Jika Amos terkenal sebagai nabi keadilan, Hosea sebagai nabi kasih maka Yesaya
sebagai nabi kekudusan. Yesaya sangat menekankan kekudusan Allah dalam nubuatan-Nya,
bahwa Allah yang Mahakudus menuntut dosa-dosa umatNya, mencela praktek-praktek
yang menduakan TUHAN, penyembahan berhala (1:29),
ibadah yang berlumur dosa, ibadah-ibadah kafir (2:6-8; 17:7). Namun di sisi lain, Allah yang Mahakudus tidak akan
membiarkan umat-Nya terus menerus dikuasai rasa takut, janji-Nya akan
dilaksanakan. Dalam amanat Yesaya
senantiasa berkumandang suatu janji “Suatu sisa akan kembali” (Pasal 6:3).
PENJELASAN
Kitab Yesaya Pasal 1-39 memiliki konteks umum/luas yakni sebelum
pembuangan Babel. Yesaya bernubuat
kepada umat TUHAN, yang telah memberontak kepada Allah yang Mahakudus (Pasal 1).
Dan karenanya kehancuran yang hebat akan terjadi sebagai wujud hukuman Allah
yang akan datang lewat bangsa-bangsa besar di sekitar mereka.
Merujuk
kepada konteks khusus sejarah Israel Selatan, yaitu Yehuda, umat TUHAN sedang
mengalami krisis politik yang hebat. Kerajaan Asyur begitu kuat dan
mengembangkan daerah Israel Utara, khususnya dibawah kepemimpinan Tiglat Pileser III (745-727sM),
dilanjutkan kemudian oleh Raja Salmeneser
V (727-722 sM), diikuti oleh penggantinya Sargon II (722-705 sM), dan pada saat kepemimpinan Sanherib (705-681 sM) bala tentara
Aysur tampaknya segera akan mengepung Jerusalem atau Israel Selatan untuk
menguasainya (bnd. Pasal 36). Mereka sangat terdesak, ketakutan bukan main, lalu
meminta bantuan ke Mesir, meminta perlindungan Firaun (30:2). Inilah
yang menjadi persoalan, sama seperti yang dilakukan oleh raja Ahas, Raja Yehuda yang ketakutan terhadap kekuatan Aram dan Israel (Utara)
yang mengancam (734 sM), dan karena rasa takutnya kemudian membuat dia
melakukan tindakan bodoh di hadapan Allah, meminta bantuan kepada Asyur (Pasal 7). Sepertinya sejarah ini terulang kembali, kalli ini
pemimpin-pemimpin Yehuda kembali
meminta pertolongan kepada Mesir justru karena ketakutan akan pasukan Asyur.
Apa yang
membuat Allah marah? Dalam Pasal 30 ayat
1-2, Yesaya menyampaikan pesan
Allah: “Celakalah anak-anak pemberontak … yang melaksanakan suatu rancangan
yang bukan dari padaKu, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh RohKu …
yang berangkat ke Mesir dengan tidak meminta keputusanKu …”. Bangsa Yehuda dalam mengatasi rasa takutnya
lebih megutamakan persekutuan dengan manusia, lebih mengandalkan bangsa yang
kuat menurut pemikiran mereka, tidak mengutamakan dan mengandalkan Tuhan.
Inilah yang melatarbelakangi seruan dalam teks ini.
1. Kuatkanlah hati,
jangan takut!
Tawar hati, kecut, takut, inilah
yang menghinggapi perasaan umat Allah pada saat itu. Karena itulah kemudian
Allah melalui Yesaya menyerukan:
“Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah Allahmu akan datang …”. Yesaya memberi suatu penghiburan, janji
penyelamantan, bahwa di tengah krisis yang dihadapi oleh bangsa itu, Allah
tidak akan tinggal diam. Sekalipun Allah mencela dan membiarkan umat Allah
diserang oleh bangsa lain, itu bukan berarti Allah akan membiarkan hal itu terus
berlangsung. Allah akan datang dengan pembalasan dan ganjaran. Dia akan
berperang terhadap musuh-musuh mereka, Allah sendiri akan datang menyelamatkan
mereka. Itu berkaitan erat dengan pernyataan Yesaya dalam Pasal 31 ayat 2.
Lewat seruan ini sesungguhnya Yesaya
sedang meluruskan pandangan umat TUHAN yang sedang dalam ketakutan dan
penderitaan, bahwa mengandalkan manusia, mempersekutukan diri dengan kekuatan
dunia untuk mengatasi persoalan bukanlah merupakan tindakan yang bijaksana.
Ketidaksabaran untuk menanti keputusan dari Tuhan (Pasal 30:1-2) bertentangan dengan kehendak-Nya. TUHAN Allah
bukanlah Allah yang akan membiarkan umat-Nya terus menerus menghadapi
penderitaan. Dia tidak memutuskan janji keselamatan hanya oleh karena dosa-dosa
mereka. Allah akan menyelamatkan mereka. Karena itu umat-Nya diajak untuk
bersikap tangguh, kuat hati, sabar, menanti waktu TUHAN, dan yang paling utama
adalah berbalik memandang TUHAN dalam kehidupan keseharian mereka di
tengah-tengah penderitaan itu.
2. TUHAN Allah akan
memulihkan umat-Nya!
Penderitaan hebat yang sedang dan
masih akan terjadi terhadap umat TUHAN ini sungguh memilukan hati. Umat Allah
dan tanah yang mereka diami digambarkan sebagai orang yang buta, tuli, lumpuh,
bisu. Padang belantara yang tidak dialiri sungai, tanah pasir yang hangat, dan
tanah gersang, menggambarkan penderitaan yang hebat, tiadanya kehidupan yang
damai dan makmur. Hal ini sama seperti yang telah dinubuatkan oleh Yesaya pada Pasal 1 ayat 5-7.
Masih
banyak sebenarnya gambaran yang memilukan hati tentang keadaan umat TUHAN.
Namun pertanyaannya adalah apakah TUHAN Allah akan terus membiarkan ini
terjadi? Apakah dalam ketakutan dan penderitaan yang memilukan ini Allah
sungguh telah melupakan dan memutuskan janji-Nya kepada umat yang dipilih-Nya?
Inilah juga yang unik dari Kitab Yesaya
ini. Bahwa di satu sisi dinubuatkan akan hukuman atau murka Allah yang akan
menimpa mereka, tapi di sisi lain juga dinubuatkan janji keselamatan, janji
penghiburan, janji pemulihan. Yesaya
menyampaikan pesan Allah bahwa Dia akan datang memulihkan keadaan mereka.
Sehingga yang buta akan melihat, yang tuli akan mendengar, yang lumpuh akan
melompat seperti rusa, mulut yang bisu akan bersorak-sorak, mata air akan
memancar di padang gurun, sungai akan mengalir di padang belantara, tanah pasir
yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang akan menjadi sumber-sumber mata
air.
Pemulihan
yang Allah kerjakan seperti yang dijanjikan disini adalah sebagai bukti bahwa
Allah tetap mengasihi mereka, Allah tidak meninggalkan dan melupakan umat-Nya,
Allah bertindak untuk mengatasi rasa takut yang sedang mereka alami. Namun
penting untuk direnungkan kembali, bahwa janji pemulihan ini hadir bersama-sama
dengan pertobatan dari umat-Nya. Yesaya
dipilih dan diutus ke tengah-tengah bangsa yang memberontak kepada Allah,
adalah juga untuk menyuarakan pertobatan, supaya umat Allah meninggalkan
dosa-dosanya, sebab keselamatan dan janji pemulihan itu hanya akan sampai
kepada mereka, sisa-sisa umat Allah (Shear-yasyub)
yang mau bertobat atau kembali kepada Allah.
Renungan
1. Janji Keselamatan TUHAN Allah
terwujud secara sempurna dalam diri Yesus
Kristus, Allah yang menjadi manusia, Allah yang turut menderita dalam
penderitaan manusia, Allah yang mati dan bangkit kembali. Dalam diri Yesus Kristus kita melihat
bahwa maut, penderitaan, dan segala yang boleh membuat kita takut, sesungguhnya
telah ditaklukkan lewat salib, kematian, dan kebangkitan-Nya. Allah yang kita
sembah adalah Allah yang menang, Allah yang hidup, Allah yang setia akan Janji-janji-Nya.
Dan yang kemudian oleh Roh-Nya kita sebagai umat percaya dipanggil untuk
mengalahkan penderitaan dan rasa takut, sebab Roh yang diberikan kepada kita
adalah Roh yang memberikan keberanian untuk menghadapi persoalan. Roh Allah
yang diberikan kepada orang-orang percaya bukanlah roh pengecut, atau yang
memberikan rasa takut (2 Tim 1:7)
atau menuntun kita lari dari persoalan. Tetapi Roh yang membuat kita kuat hati,
tangguh, untuk menghadapi dan memenangkan setiap persoalan-persoalan hidup.
2. TUHAN Allah adalah sumber pertolongan yang
sejati. Saat rasa takut menyerang, apakah itu karena bahaya yang mengancam
hidup, problematika kehidupan, sakit penyakit, atau apa saja, mari melalui nas
ini kita semua diajak untuk mengarahkan pandangan kita kepada Allah yang
Mahakudus. Dialah si pemilik kehidupan, dan Dia jugalah sebenarnya sumber
pertolongan yang sejati. Mari kita membiarkan Allah bertindak, menunggu dengan
sabar jawaban dan hikmatNya, sehingga saat kita kemudian bertindak, maka
tindakan kita berdasarkan iman dan kehendak-Nya. Jangan pernah meremehkan TUHAN
dalam persoalan-persoalan hidup, jangan pula menduakan TUHAN hanya untuk
membebaskan kita dari rasa takut tersebut. Sebab TUHAN bagi kita adalah tempat
perlindungan dan kekuatan; sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti (Mazmur 46:2).
3. Janji pemulihan yang telah berlaku dulu, juga
berlaku kepada kita kini, di sini dan nanti pada saat pemulihan yang sempurna
saat kedatangan Yesus Kristus yang
kedua. Hanya saja perlu direnungkan, bahwa janji itu berlaku kepada mereka yang
juga siap mengarahkan hidupnya kepada TUHAN Allah, yang senantiasa mendasarkan
tindakanNya dengan iman kepada Yesus
Kristus (Roma 14:23). Amin
Suara GKPI, edisi Agustus 2012
"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!
Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di
bumi!"
TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita
ialah Allah Yakub.”
(Mazmur 46
: 11 – 12)
No comments:
Post a Comment