GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Saturday, 15 September 2012

KEMESIASAN YESUS TERSINGKAP DAN DIBERITAKAN OLEH KEMATIAN/KEBANGKITAN-NYA

Warta Jemaat No.38_16 September 2012                                                                                                                                   Untuk Kalangan sendiri



Tuhan Yesus sudah menyebarkan amanatnya dengan sungguh-sungguh di Galilea sehingga dalam seluruh perjalanan hidup mereka orang Galilea sadar akan pelayanan-Nya. Di antara banyak rakyat biasa, popularitas-Nya demikian tinggi sehingga mereka siap untuk mengangkat Dia sebagai raja mereka dengan paksa. Kejengkelan para pemimpin agama yahudi sudah hampir mencapai puncaknya. Dan Herodes sekarang menjadi gusar terhadap popularitas Kristus. Situasi menjadi semakin menjurus kepada krisis yang terlalu dini, sedangkan pelayanan Kristus belum selesai. Akibatnya Yesus menyingkir empat kali dari Galilea, satu ke pantai timur Danau (6:31-56), satu lagi ke wilayah Tirus dan Sidon (7:24-30), satu ke Dekapolis (7:31-8:9), dan terakhir ke Kaisarea Filipi (8:10-9:50). Di sini kegiatan utama Kristus adalah kembali mengajar murid-murid-Nya mengenai pokok-pokok seperti diri-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, pemuridan mereka dan kedatangan-Nya dalam kemuliaan.
Penjelasan
Ayat 27-33:
Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kaisarea Filipi. Tempat ini adalah tempat politik penting di mana kaisar diakui sebagai Tuhan. Tempat ini juga merupakan supermarket berhala, tempat orang-orang memilih dewa-dewi untuk dibeli dan disembah. Maka, kita melihat bahwa pertanyaan Yesus mengenai siapa diri-Nya diajukan pada konteks yang tepat.
Yesus memulai dengan pertanyaan mengenai apa yang orang-orang katakan tentang Dia. Ini adalah kebiasaan masyarakat Mediterania purba. Zaman itu, identitas ditentukan bukan oleh diri sendiri, tetapi oleh komunitas. Identitas itu ditegaskan ulang oleh orang-orang lain. Maka, meskipun tentu Yesus mengetahui jawaban dari pertanyaan-Nya, di sini Ia benar-benar ingin mengetahui apa kata orang-orang dan ingin mendapatkan konfirmasi dan identifikasi dari murid-murid-Nya. Penilaian orang-orang lain menunjukkan ketidakmengertian mereka bahwa Yesus adalah yang akan menjadi penyelamat umat manusia sampai setuntas-tuntasnya.
Para murid pun ditanyai Yesus, "Menurut kamu ...". Petrus mewakili para murid dan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, orang yang diutus dan diurapi Tuhan. Di sini Petrus menunjukkan bahwa bagi dirinya Yesus sungguh-sungguh bermakna.
Yesus diutus Bapa-Nya ke dunia bukan untuk menyenangkan dan memuaskan keinginan manusia. Itu sebabnya Yesus melarang murid-murid-Nya memberitahu orang lain bahwa Dia adalah Mesias. Selain karena orang harus menemukan hal itu secara pribadi, juga agar orang tidak punya motivasi salah saat mengikut Dia.
Petrus ternyata punya pengikut. Banyak orang yang lebih suka mengenal Yesus sebagai Tuhan yang menyelesaikan kesulitan dan memenuhi kebutuhan mereka. Padahal Yesus datang terutama untuk menyelesaikan masalah fundamental yang dihadapi manusia, yaitu dosa.

Ayat 34-38:
Pengajaran yang tercatat dalam 8:34-38 merupakan perkembangan wajar dari kenyataan tentang penderitaan Kristus. Setiap orang yang mau mengikut Kristus harus melintasi jalan yang telah dilalui-Nya, yaitu jalan penyangkalan diri dan memikul salib. Salib adalah lambang penderitaan, dan penyangkalan diri melambangkan kesediaan untuk menderita bagi orang lain. Kristus adalah teladannya; para murid harus terus mengikuti Dia.
Paradoks dari ayat-ayat ini dengan memahami bahwa Tuhan memakai istilah nyawa dengan dua arti. Penggunaan yang pertama, menyelamatkan nyawanya, mengacu kepada usaha mempertahankan hidup jasmaniah dari kematian. Orang yang sepenuhnya berusaha melindungi hidup ini akan kehilangan hidup yang kekal. Sebaliknya, orang yang demikian mengabdi kepada Kristus sehingga bersedia untuk kehilangan nyawanya adalah orang yang memperoleh hidup yang sejati. Orang itu menemukan bahwa mati adalah keuntungan (Flp. 1:21). Ini bukan gambaran tentang jalan keselamatan bagi orang yang tersesat, melainkan lebih merupakan falsafah hidup bagi murid.
Dalam ayat 36: Di sini yang dibandingkan adalah dunia dan nyawa. Prinsip ini berlaku untuk tingkat jasmaniah maupun rohani. Apa gunanya memperoleh segala sesuatu yang ditawarkan dunia apabila orang itu mati dan tidak dapat menikmati kekayaannya? Atau, apa gunanya mengumpulkan sejumlah harta duniawi untuk beberapa tahun yang singkat apabila itu berarti kehilangan hidup yang kekal.
Ketika Kristus menggunakan ungkapan, “malu karena Aku dan karena perkataan-Ku”, Dia sedang melukiskan suatu perbedaan dengan sikap bersedia kehilangan nyawa demi diri-Nya dan demi Injil (ay. 35). Malu berarti menyangkal Kristus pada saat-saat pencobaan dan bukan tetap mengakui Dia walaupun dengan risiko mati. Malu berarti berdiri bersama-sama dengan angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, dan bukan bersama-sama dengan Kristus. Tidak setia. Secara rohani melukiskan orang-orang yang tidak setia kepada Allah. Demikian pula, pada saat Tuhan datang sebagai Hakim, Dia akan malu dan akan menyangkal orang-orang Yang telah menyangkal Dia.

Refleksi
Sebelum Yesus menegaskan bahwa konsekuensi mengikut Dia adalah memikul salib, Ia baru memberitahukan para murid-Nya bahwa Ia harus menanggung penderitaan (ay. 31). Untuk para murid, hal itu tidak boleh terjadi pada Yesus. Mengapa? Sangat jelas, karena mereka sudah mengikut Dia. Mereka mempertaruhkan hidup kepada-Nya dengan meninggalkan pekerjaan mereka. Mereka tentu juga mencintai Dia. Tapi ada lagi yang lebih dalam dari semua kemungkinan alasan ini.
Tuhan memaparkan lebih jauh bahwa seluruh sifat kehidupan Kristen adalah menyangkali diri dan memikul salib. Ini bukan bicara tentang prasyarat tapi konsekuensi menjadi Kristen! Salib adalah penderitaan dan kematian. Dari zaman ke zaman merupakan fakta bahwa konsekuensi mengikut Yesus sering berbentuk aniaya dari dunia ini. Meski sekarang konsekuensi itu belum tentu harus kita pikul dalam bentuk fisik, tapi banyak bentuk penderitaan memang harus kita tanggung. Konsekuensi dari setia pada Yesus adalah mengalami penolakan dari sekitar kita yang belum berada dalam Tuhan.
Apa yang Yesus maksudkan dengan menyangkal diri ini? Ia tidak bermaksud bahwa ada hal-hal yang tadinya kita suka lalu harus kita sangkal. Yang harus kita sangkal adalah diri kita, ego kita. Sebab jika orang benar-benar mengikut Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka hanya satu penggerak dari semua motif hidupnya; yaitu menjalani suatu kehidupan yang sepenuhnya diisi, dikendali, diberdayakan, dimurnikan oleh Tuhan.
Mereka yang menolak untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah adalah mereka yang akan kehilangan banyak hal. Mereka juga akan menerima hukuman kekal dari Anak Manusia yang akan datang menjadi Hakim untuk kedua kalinya. Amin.
Suara GKPI, edisi September 2012

Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak,
tidak berpaling Kebelakang.
(Yesaya 50:5)

No comments:

Post a Comment