GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Saturday, 29 September 2012

FIRMAN TUHAN LEBIH MANIS DARIPADA MADU

Warta Jemaat No: 40-30 September 2012                                                                                                                                  Untuk Kalangan Sendiri



Dalam nas ini, umat Tuhan diajak untuk mematuhi aturan Tuhan. Ketaatan terhadap peraturan Tuhan ini bukan soal ditangkap atau tidak tetapi menyangkut bagaimana manusia menikmati hidup ini. Disebutkan, firman Tuhan itu sempurna dan tepat. Aturan Tuhan itu memang cukup banyak sebagai pengembangan dari Hukum Taurat. Tetapi, aturan itu tidak usah dihafalkan. Sesungguhnya semuanya itu sudah Tuhan masukkan di dalam hati setiap orang-orang percaya. Maksudnya, kita sebenarnya sudah tahu akan firman Tuhan itu, tapi apakah kita mau menjalankan atau tidak. Itu sangat tergantung pada kemauan hati kita. Bagi setiap orang yang mau merenungkan dan memberlakukan Taurat Tuhan akan memperoleh manfaat langsung di dalam hidupnya. Melalui renungan ini ada 4 manfaat bagi kehidupan manusia.

1. Menyegarkan jiwa memberikan hikmat
Taurat Tuhan itu bukan sekedar aturan yang menilai benar atau salah. Lebih dalam lagi, firman Tuhan itu mengingatkan manusia itu pada hakekatnya. Manusia itu adalah gambaran Allah, manusia itu memiliki jiwa yang Allah kehendaki. Kehendak Allah itu dituangkan dalam firmanNya yang setiap saat dapat kita nikmati. Firman Tuhan penuh dengan hikmat yang dapat memberi pengetahuan baru bagi yang berkenan merenungkannya. Firman Tuhan menyadarkan manusia akan segala perbuatan yang telah dan akan dilakukan. Mungkin manusia itu sudah jauh melangkah atau mengejar yang tak bermanfaat, yang hanya melelahkan dirinya sendiri. Manusia menjadi stress. Atau, manusia itu merasa jenuh menjalani hidup ini karena menurutnya tidak ada lagi yang baru. Tidak ada lagi pengharapan.
Firman Tuhan mengingatkan manusia yang jauh dari Tuhan, agar berkenan melepaskan berbagai beban hidupnya. Firman Tuhan juga memberikan hikmat, agar manusia tahu apa yang perlu dilakukannya. Dengan demikian, manusia itu memiliki pengharapan baru dan menjadi dinamis dalam hidupnya. Itu sebabnya disebutkan, firman Tuhan menyegarkan jiwa. Manusia itu di-refresh dari stressnya. Orang yang merenungkan firman Tuhan akan memperoleh kesegaran jiwa.

2. Menyukakan hati membuat mata bercahaya
Tuhan memberikan hati bagi manusia, supaya manusia bertindak (bekerja, melayani, berbuat sesuatu) didorong oleh hati itu. Semua firman Tuhan itu sudah melekat dalam hati manusia itu. Itu sebabnya, firman Tuhan itu menyukakan hati manusia. Manusia memberlakukan firman Tuhan sehingga membuat kita bersukacita. Hati yang bersukacita akan terpancar melalui wajah/mata kita.

3. Takut akan Tuhan
Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang malu melakukan dosa, yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ia bebas dari kungkungan dosa, merdeka, melampaui hidup duniawi, hidup yang penuh sukacita. Ia berkenan bagi Tuhan. Hidup yang demikian disebutkan lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.’

4. Bebas dari yang tak disadari
Tuhan sesungguhnya memberikan manusia kesadaran. Tindakan yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Tetapi perbuatan yang tidak disadari dapat menimbulkan kekacauan. Kacau karena terjadi kesalahan, kesesatan, tidak sopan, dapat menyakiti orang lain.
Kesalahan yang tidak disadari sebenarnya bisa dimaafkan orang lain. Tetapi kesalahan yang berulang-ulang apalagi menyakiti orang lain tentu sangat berbahaya. Suatu saat, orang yang tersakiti itu akan menegur orang yang melakukan kesalahan itu. Namun, karena ia tidak sadar akan kesalahannya, maka ia tidak akan pernah mengakuinya. maka terjadilah ‘perang argumen’. Firman ini mengungkapkan, orang yang diterangi firman Tuhan akan bebas dari kesesatan yang tidak disadari.
Dengan demikian, orang-orang yang taat pada peraturan, Taurat Tuhan akan hidup dengan dinamis, memperoleh kehendak hatinya, tidak berbuat dosa, dan bebas dari kesesatan. Ia hidup dalam anugerah Tuhan. Ia menikmati manisnya kehidupan ini. Hidup ini menjadi indah.
Pemazmur mulanya memandang kehidupan dunia ini penuh pergumulan; kegelisahan, tak terpuaskan, bagaikan tanah yang tandus dan kering, tanpa pengharapan. Pemazmur sadar, bahwa hidup yang demikian akibat manusia tidak taat pada firman Tuhan. Pemazmur bersaksi, bahwa hanya ketaatan pada firman Tuhanlah maka manusia ciptaanNya dapat mengalami kesegaran jiwa dan hati yang penuh sukacita.
Kesaksian pemazmur ini mengajak kita juga untuk hidup dalam firman Tuhan. Kita mau membaca, merenungkan dan memberlakukan firman Tuhan di dalam seluruh kehidupan kita, sebab firman Tuhan itu bagaiman emas yang indah dan lebih manis dari madu. AMIN
Suara GKPI, edisi September 2012

“ … Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima
                                                              (Kisah Para Rasul 20:35)

Saturday, 22 September 2012

PEMBALASAN ADALAH HAK TUHAN



Warta Jemaat No:39-23 September 2012                                                                                                  Untuk Kalangan Sendiri

Memberitakan firman Tuhan bukanlah pekerjaan yang ringan, enteng dan mudah. Sebab menyatakan firman Tuhan adalah menyatakan kebenaran, menyatakan hal yang bertentangan dengan keinginan atau hasrat manusia dan yang sering mendapat reaksi negatif dari manusia itu sendiri. Manusia tidak selalu bersikap positif dalam merespon kebenaran yang kita sampaikan sekalipun itu adalah firman Tuhan. Kebenaran yang kita sampaikan kadangkala mendatangkan hujatan dan siksaan terhadap diri sendiri. Hal itu juga pernah dialami oleh nabi Yeremia, ketika ia diutus Tuhan menyampaikan firmanNya ke tengah-tengah bangsa Israel.
Nabi Yeremia berasal dari Anatot, keturunan seorang imam dan telah dipanggil Tuhan sejak dari kandungan ibunya. Ia adalah seorang nabi yang jujur, tulus dan polos. Ia memberitakan Firman Tuhan dengan berani kepada bangsa Yehuda. Tetapi pada kenyataannya orang Yehuda bukannya mendengarkan Firman Tuhan yang disampaikannya, melainkan mereka malah bersekongkol untuk melakukan persepakatan jahat kepada Yeremia. Nabi Hananya dan nabi Pashur yang dikenal sebagai nabi palsu, pernah merencanakan kejahatan untuk menyiksa dan membunuh nabi Yeremia. Hal yang sama juga dari saudara-saudaranya dari kampung Anatot.

II. PENJELASAN
Yehuda mengingkari perjanjiannya kepada Allah dengan pergi beribadah kepada ilah lain. Nas khotbah ini terdiri dari satu perikop yang lebih besar yaitu ayat 18-23 dengan topik “nyawa Yeremia terancam di Anatot” dan pasal 11 ini terdiri dari 2 perikop. Satu perikop lagi, ayat 1-17, perikop yang mendahului nas khotbah ini, yaitu pemberitahuan tentang adanya perjanjian antara Allah dengan Israel yang telah diingkari oleh bangsa Israel. Yeremia menyampaikan kepada Yehuda bahwa pada waktu yang lalu, nenek moyang Israel telah mengikat perjanjian dengan Allah. Israel telah mengingkari perjanjian itu. Israel telah melakukan pelanggaran yang sama dengan nenek-moyangnya ketika di padang gurun Sinai, mereka mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya. Pada jaman Yeremia, Israel menolak mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan, mereka lebih suka beribadah kepada ilah lain. Karena itu Tuhan akan mendatangkan hukuman terhadap Israel.
Tuhan memberitahukan kepada Yeremia peristiwa yang akan terjadi sehubungan dengan kejahatan Israel. Hukuman itu merupakan tindakan Tuhan karena Israel telah meninggalkan Tuhan. Itulah sebabnya Yeremia dengan berani dan tegas memberitakan dan menyatakan Firman Tuhan kepada Israel. Hal yang akan terjadi itu adalah Tuhan akan mendatangkan hukuman kepada Israel oleh karena mereka telah meninggalkan Tuhan dengan pergi beribadah dan menyembah baal. Tuhan juga memberitahukan bahwa semua bangsa Yehuda dan penduduk Yerusalem akan membenci Yeremia dan bersekongkol untuk merencanakan pembunuhannya. Tuhan juga memberitahukan bahwa Israel telah menolak FirmanNya, mereka tidak mau mendengarkan firman Tuhan. Itulah kejahatan dan kedegilan bangsa Israel.
Nabi Yeremia agak berbeda dari nabi-nabi lainnya. Dialah salah satu nabi yang sangat menderita dan karena penderitaannya (ay. 19), para ahli PL menjadikannya sebagai prototipe bagi Kristus dalam PB. Yeremia menderita oleh persekongkolan saudara-saudaranya. Ia dipahami ibarat seekor anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, demikianlah bangsa Yehuda bersepakat untuk membinasakan dan melenyapkan nabi Yeremia. Hal lain yang penting diungkapkan disini adalah kejahatan bangsa Yehuda yang tidak hanya menolak Allah tetapi juga menolak semua hamba-hambaNya. Mereka merancang kejahatan untuk melenyapkan Yeremia karena mereka memahami bahwa Yeremia itu adalah nabi palsu. Bagi Yehuda nabi yang benar itu adalah nabi yang menyatakan hal-hal yang menyenangkan telinga pendengar, sedangkan nabi Yeremia menyatakan Firman Tuhan yang memberitahukan akan datangnya hukuman dan kecaman yang tajam atas kejahatan yang mereka perbuat. Itulah sebabnya Yeremia ditolak, Firman Tuhan ditolak dan merupakan suatu sikap penolakan kepada Allah.
Tuhan menghakimi dengan adil dan yang dapat menguji batin dan hati. Dalam kalimat terakhir di ayat 20, Yeremia mengatakan “sebab kepadaMulah kuserahkan perkaraku”. Yeremia memahami penderitaan yang akan terjadi pada dirinya. Yeremia mengetahui rancangan kejahatan dari bangsa Yehuda kepada dirinya atas pemberitaan firman Tuhan yang telah disampaikannya. Atas semua tindakan dan rancangan bangsa Yehuda dan Israel tersebut, Yeremia hanya menyerahkan semua perkara itu kepada Tuhan. Yeremia tahu dan sadar bahwa dirinya tidak akan mampu melawan bangsa Yehuda dan Israel, dia juga sadar bahwa dirinya bukanlah diutus untuk melawan mereka. Yeremia juga tahu bahwa hanya Tuhanlah yang patut menghakimi. Tuhan adalah Allah yang menghakimi dengan adil, keadilanNya ialah tindakanNya yang benar dalam mengambil keputusan, tindakanNya yang menghukum dengan tepat, tindakanNya dalam penghukuman itu bertujuan yang baik.

III. RENUNGAN
Kejahatan bangsa Israel (Yehuda) kepada Tuhan ialah ketidakmauan bangsa Israel mendengarkan firman Tuhan dan ketidaksetiaannya beribadah kepada Tuhan sesuai isi dan inti perjanjian. Hari ini, mereka beribadah kepada Tuhan, besok hari mereka beribadah lagi kepada ilah lain. Israel telah berjanji bahwa mereka hanya beribadah kepada Tuhan saja (Yos. 24:15, Kel. 20:3-5). Ternyata mereka beribadah juga kepada ilah-ilah lain. Perlu direnungkan arti kata “kesetiaan” dalam hidup beriman. Nas ini mengingatkan kita akan pentingnya kata “kesetiaan” itu untuk diwujudkan oleh orang percaya kepada Tuhan.
Penderitaan yang dialami oleh Yeremia merupakan gambaran akan tantangan yang selalu dihadapi oleh orang-orang percaya kepada Tuhan. ketika kita dipanggil Tuhan untuk menyatakan kebenaran, kita harus juga selalu bersiap diri untuk menghadapi tantangan sebagai akibat pemberitaan itu. Tetapi perlu kita sadari bahwa Tuhan akan memberi kekuatan kepada kita ketika menghadapi penderitaan.
Tuhan itu adil, Ia menguji batin dan hati. Artinya Tuhan itu selalu benar, tepat dan baik dalam mengambil suatu tindakan dan keputusan. Jika Tuhan menghukum atau jika Tuhan menyelamatkan dan mengampuni, di dalamnya Tuhan selalu adil. Karena itu, kita diharapkan agar tetap beriman yang teguh kepadaNya, sekaligus mempersiapkan diri untuk tetap kuat dalam menghadapi tantangan hidup. Amin!
Suara GKPI, edisi September 2012

“Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu
dan memelihara kamu terhadap yang jahat.”
                                                                 (2 Tesalonika 3:3)

Saturday, 15 September 2012

KEMESIASAN YESUS TERSINGKAP DAN DIBERITAKAN OLEH KEMATIAN/KEBANGKITAN-NYA

Warta Jemaat No.38_16 September 2012                                                                                                                                   Untuk Kalangan sendiri



Tuhan Yesus sudah menyebarkan amanatnya dengan sungguh-sungguh di Galilea sehingga dalam seluruh perjalanan hidup mereka orang Galilea sadar akan pelayanan-Nya. Di antara banyak rakyat biasa, popularitas-Nya demikian tinggi sehingga mereka siap untuk mengangkat Dia sebagai raja mereka dengan paksa. Kejengkelan para pemimpin agama yahudi sudah hampir mencapai puncaknya. Dan Herodes sekarang menjadi gusar terhadap popularitas Kristus. Situasi menjadi semakin menjurus kepada krisis yang terlalu dini, sedangkan pelayanan Kristus belum selesai. Akibatnya Yesus menyingkir empat kali dari Galilea, satu ke pantai timur Danau (6:31-56), satu lagi ke wilayah Tirus dan Sidon (7:24-30), satu ke Dekapolis (7:31-8:9), dan terakhir ke Kaisarea Filipi (8:10-9:50). Di sini kegiatan utama Kristus adalah kembali mengajar murid-murid-Nya mengenai pokok-pokok seperti diri-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, pemuridan mereka dan kedatangan-Nya dalam kemuliaan.
Penjelasan
Ayat 27-33:
Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kaisarea Filipi. Tempat ini adalah tempat politik penting di mana kaisar diakui sebagai Tuhan. Tempat ini juga merupakan supermarket berhala, tempat orang-orang memilih dewa-dewi untuk dibeli dan disembah. Maka, kita melihat bahwa pertanyaan Yesus mengenai siapa diri-Nya diajukan pada konteks yang tepat.
Yesus memulai dengan pertanyaan mengenai apa yang orang-orang katakan tentang Dia. Ini adalah kebiasaan masyarakat Mediterania purba. Zaman itu, identitas ditentukan bukan oleh diri sendiri, tetapi oleh komunitas. Identitas itu ditegaskan ulang oleh orang-orang lain. Maka, meskipun tentu Yesus mengetahui jawaban dari pertanyaan-Nya, di sini Ia benar-benar ingin mengetahui apa kata orang-orang dan ingin mendapatkan konfirmasi dan identifikasi dari murid-murid-Nya. Penilaian orang-orang lain menunjukkan ketidakmengertian mereka bahwa Yesus adalah yang akan menjadi penyelamat umat manusia sampai setuntas-tuntasnya.
Para murid pun ditanyai Yesus, "Menurut kamu ...". Petrus mewakili para murid dan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, orang yang diutus dan diurapi Tuhan. Di sini Petrus menunjukkan bahwa bagi dirinya Yesus sungguh-sungguh bermakna.
Yesus diutus Bapa-Nya ke dunia bukan untuk menyenangkan dan memuaskan keinginan manusia. Itu sebabnya Yesus melarang murid-murid-Nya memberitahu orang lain bahwa Dia adalah Mesias. Selain karena orang harus menemukan hal itu secara pribadi, juga agar orang tidak punya motivasi salah saat mengikut Dia.
Petrus ternyata punya pengikut. Banyak orang yang lebih suka mengenal Yesus sebagai Tuhan yang menyelesaikan kesulitan dan memenuhi kebutuhan mereka. Padahal Yesus datang terutama untuk menyelesaikan masalah fundamental yang dihadapi manusia, yaitu dosa.

Ayat 34-38:
Pengajaran yang tercatat dalam 8:34-38 merupakan perkembangan wajar dari kenyataan tentang penderitaan Kristus. Setiap orang yang mau mengikut Kristus harus melintasi jalan yang telah dilalui-Nya, yaitu jalan penyangkalan diri dan memikul salib. Salib adalah lambang penderitaan, dan penyangkalan diri melambangkan kesediaan untuk menderita bagi orang lain. Kristus adalah teladannya; para murid harus terus mengikuti Dia.
Paradoks dari ayat-ayat ini dengan memahami bahwa Tuhan memakai istilah nyawa dengan dua arti. Penggunaan yang pertama, menyelamatkan nyawanya, mengacu kepada usaha mempertahankan hidup jasmaniah dari kematian. Orang yang sepenuhnya berusaha melindungi hidup ini akan kehilangan hidup yang kekal. Sebaliknya, orang yang demikian mengabdi kepada Kristus sehingga bersedia untuk kehilangan nyawanya adalah orang yang memperoleh hidup yang sejati. Orang itu menemukan bahwa mati adalah keuntungan (Flp. 1:21). Ini bukan gambaran tentang jalan keselamatan bagi orang yang tersesat, melainkan lebih merupakan falsafah hidup bagi murid.
Dalam ayat 36: Di sini yang dibandingkan adalah dunia dan nyawa. Prinsip ini berlaku untuk tingkat jasmaniah maupun rohani. Apa gunanya memperoleh segala sesuatu yang ditawarkan dunia apabila orang itu mati dan tidak dapat menikmati kekayaannya? Atau, apa gunanya mengumpulkan sejumlah harta duniawi untuk beberapa tahun yang singkat apabila itu berarti kehilangan hidup yang kekal.
Ketika Kristus menggunakan ungkapan, “malu karena Aku dan karena perkataan-Ku”, Dia sedang melukiskan suatu perbedaan dengan sikap bersedia kehilangan nyawa demi diri-Nya dan demi Injil (ay. 35). Malu berarti menyangkal Kristus pada saat-saat pencobaan dan bukan tetap mengakui Dia walaupun dengan risiko mati. Malu berarti berdiri bersama-sama dengan angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, dan bukan bersama-sama dengan Kristus. Tidak setia. Secara rohani melukiskan orang-orang yang tidak setia kepada Allah. Demikian pula, pada saat Tuhan datang sebagai Hakim, Dia akan malu dan akan menyangkal orang-orang Yang telah menyangkal Dia.

Refleksi
Sebelum Yesus menegaskan bahwa konsekuensi mengikut Dia adalah memikul salib, Ia baru memberitahukan para murid-Nya bahwa Ia harus menanggung penderitaan (ay. 31). Untuk para murid, hal itu tidak boleh terjadi pada Yesus. Mengapa? Sangat jelas, karena mereka sudah mengikut Dia. Mereka mempertaruhkan hidup kepada-Nya dengan meninggalkan pekerjaan mereka. Mereka tentu juga mencintai Dia. Tapi ada lagi yang lebih dalam dari semua kemungkinan alasan ini.
Tuhan memaparkan lebih jauh bahwa seluruh sifat kehidupan Kristen adalah menyangkali diri dan memikul salib. Ini bukan bicara tentang prasyarat tapi konsekuensi menjadi Kristen! Salib adalah penderitaan dan kematian. Dari zaman ke zaman merupakan fakta bahwa konsekuensi mengikut Yesus sering berbentuk aniaya dari dunia ini. Meski sekarang konsekuensi itu belum tentu harus kita pikul dalam bentuk fisik, tapi banyak bentuk penderitaan memang harus kita tanggung. Konsekuensi dari setia pada Yesus adalah mengalami penolakan dari sekitar kita yang belum berada dalam Tuhan.
Apa yang Yesus maksudkan dengan menyangkal diri ini? Ia tidak bermaksud bahwa ada hal-hal yang tadinya kita suka lalu harus kita sangkal. Yang harus kita sangkal adalah diri kita, ego kita. Sebab jika orang benar-benar mengikut Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka hanya satu penggerak dari semua motif hidupnya; yaitu menjalani suatu kehidupan yang sepenuhnya diisi, dikendali, diberdayakan, dimurnikan oleh Tuhan.
Mereka yang menolak untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah adalah mereka yang akan kehilangan banyak hal. Mereka juga akan menerima hukuman kekal dari Anak Manusia yang akan datang menjadi Hakim untuk kedua kalinya. Amin.
Suara GKPI, edisi September 2012

Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak,
tidak berpaling Kebelakang.
(Yesaya 50:5)

Wednesday, 12 September 2012

ALLAH SUMBER PERTOLONGAN SEJATI

Warta Jemaat : No 37_ 9 September 2012                                                                                                                                 Untuk kalangan sendiri



Rasa takut adalah salah satu musuh terbesar manusia. Rasa takut dapat menghinggapi siapa saja, termasuk orang-orang yang beriman. Respon atau tindakan atas rasa takut itulah kemudian membedakan setiap orang yang mengalami rasa takut tersebut. Apakah tindakannya berdasarkan iman atau tidak? Karena suatu tindakan tanpa dilandasi iman adalah dosa (bnd. Roma 14:23). Saat rasa takut menyerang mari kita ingat, berserahlah kepada TUHAN, andalkan Dia yang adalah sumber pertolongan sejati.
Secara khusus dalam Pasal 35 Kitab Yesaya ini TUHAN Allah Mahakudus, memberikan suatu janji membebaskan umat Allah dari rasa takut, bahwa Alllah adalah sumber keselamatan, sumber pertolongan yang sejati akan memberi keselamatan kepada Umat-Nya. Jika Amos terkenal sebagai nabi keadilan, Hosea sebagai nabi kasih maka Yesaya sebagai nabi kekudusan. Yesaya sangat menekankan kekudusan Allah dalam nubuatan-Nya, bahwa Allah yang Mahakudus menuntut dosa-dosa umatNya, mencela praktek-praktek yang menduakan TUHAN, penyembahan berhala (1:29), ibadah yang berlumur dosa, ibadah-ibadah kafir (2:6-8; 17:7). Namun di sisi lain, Allah yang Mahakudus tidak akan membiarkan umat-Nya terus menerus dikuasai rasa takut, janji-Nya akan dilaksanakan. Dalam amanat Yesaya senantiasa berkumandang suatu janji “Suatu sisa akan kembali” (Pasal 6:3).

PENJELASAN
Kitab Yesaya Pasal 1-39 memiliki konteks umum/luas yakni sebelum pembuangan Babel. Yesaya bernubuat kepada umat TUHAN, yang telah memberontak kepada Allah yang Mahakudus (Pasal 1). Dan karenanya kehancuran yang hebat akan terjadi sebagai wujud hukuman Allah yang akan datang lewat bangsa-bangsa besar di sekitar mereka.
Merujuk kepada konteks khusus sejarah Israel Selatan, yaitu Yehuda, umat TUHAN sedang mengalami krisis politik yang hebat. Kerajaan Asyur begitu kuat dan mengembangkan daerah Israel Utara, khususnya dibawah kepemimpinan Tiglat Pileser III (745-727sM), dilanjutkan kemudian oleh Raja Salmeneser V (727-722 sM), diikuti oleh penggantinya Sargon II (722-705 sM), dan pada saat kepemimpinan Sanherib (705-681 sM) bala tentara Aysur tampaknya segera akan mengepung Jerusalem atau Israel Selatan untuk menguasainya (bnd. Pasal 36). Mereka sangat terdesak, ketakutan bukan main, lalu meminta bantuan ke Mesir, meminta perlindungan Firaun (30:2). Inilah yang menjadi persoalan, sama seperti yang dilakukan oleh raja Ahas, Raja Yehuda yang ketakutan terhadap kekuatan Aram dan Israel (Utara) yang mengancam (734 sM), dan karena rasa takutnya kemudian membuat dia melakukan tindakan bodoh di hadapan Allah, meminta bantuan kepada Asyur (Pasal 7). Sepertinya sejarah ini terulang kembali, kalli ini pemimpin-pemimpin Yehuda kembali meminta pertolongan kepada Mesir justru karena ketakutan akan pasukan Asyur.
Apa yang membuat Allah marah? Dalam Pasal 30 ayat 1-2, Yesaya menyampaikan pesan Allah: “Celakalah anak-anak pemberontak … yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan dari padaKu, yang memasuki suatu persekutuan, yang bukan oleh RohKu … yang berangkat ke Mesir dengan tidak meminta keputusanKu …”. Bangsa Yehuda dalam mengatasi rasa takutnya lebih megutamakan persekutuan dengan manusia, lebih mengandalkan bangsa yang kuat menurut pemikiran mereka, tidak mengutamakan dan mengandalkan Tuhan. Inilah yang melatarbelakangi seruan dalam teks ini.
1.  Kuatkanlah hati, jangan takut!
Tawar hati, kecut, takut, inilah yang menghinggapi perasaan umat Allah pada saat itu. Karena itulah kemudian Allah melalui Yesaya menyerukan: “Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah Allahmu akan datang …”. Yesaya memberi suatu penghiburan, janji penyelamantan, bahwa di tengah krisis yang dihadapi oleh bangsa itu, Allah tidak akan tinggal diam. Sekalipun Allah mencela dan membiarkan umat Allah diserang oleh bangsa lain, itu bukan berarti Allah akan membiarkan hal itu terus berlangsung. Allah akan datang dengan pembalasan dan ganjaran. Dia akan berperang terhadap musuh-musuh mereka, Allah sendiri akan datang menyelamatkan mereka. Itu berkaitan erat dengan pernyataan Yesaya dalam Pasal 31 ayat 2. Lewat seruan ini sesungguhnya Yesaya sedang meluruskan pandangan umat TUHAN yang sedang dalam ketakutan dan penderitaan, bahwa mengandalkan manusia, mempersekutukan diri dengan kekuatan dunia untuk mengatasi persoalan bukanlah merupakan tindakan yang bijaksana. Ketidaksabaran untuk menanti keputusan dari Tuhan (Pasal 30:1-2) bertentangan dengan kehendak-Nya. TUHAN Allah bukanlah Allah yang akan membiarkan umat-Nya terus menerus menghadapi penderitaan. Dia tidak memutuskan janji keselamatan hanya oleh karena dosa-dosa mereka. Allah akan menyelamatkan mereka. Karena itu umat-Nya diajak untuk bersikap tangguh, kuat hati, sabar, menanti waktu TUHAN, dan yang paling utama adalah berbalik memandang TUHAN dalam kehidupan keseharian mereka di tengah-tengah penderitaan itu.
2.  TUHAN Allah akan memulihkan umat-Nya!
Penderitaan hebat yang sedang dan masih akan terjadi terhadap umat TUHAN ini sungguh memilukan hati. Umat Allah dan tanah yang mereka diami digambarkan sebagai orang yang buta, tuli, lumpuh, bisu. Padang belantara yang tidak dialiri sungai, tanah pasir yang hangat, dan tanah gersang, menggambarkan penderitaan yang hebat, tiadanya kehidupan yang damai dan makmur. Hal ini sama seperti yang telah dinubuatkan oleh Yesaya pada Pasal 1 ayat 5-7.
Masih banyak sebenarnya gambaran yang memilukan hati tentang keadaan umat TUHAN. Namun pertanyaannya adalah apakah TUHAN Allah akan terus membiarkan ini terjadi? Apakah dalam ketakutan dan penderitaan yang memilukan ini Allah sungguh telah melupakan dan memutuskan janji-Nya kepada umat yang dipilih-Nya? Inilah juga yang unik dari Kitab Yesaya ini. Bahwa di satu sisi dinubuatkan akan hukuman atau murka Allah yang akan menimpa mereka, tapi di sisi lain juga dinubuatkan janji keselamatan, janji penghiburan, janji pemulihan. Yesaya menyampaikan pesan Allah bahwa Dia akan datang memulihkan keadaan mereka. Sehingga yang buta akan melihat, yang tuli akan mendengar, yang lumpuh akan melompat seperti rusa, mulut yang bisu akan bersorak-sorak, mata air akan memancar di padang gurun, sungai akan mengalir di padang belantara, tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah gersang akan menjadi sumber-sumber mata air.
Pemulihan yang Allah kerjakan seperti yang dijanjikan disini adalah sebagai bukti bahwa Allah tetap mengasihi mereka, Allah tidak meninggalkan dan melupakan umat-Nya, Allah bertindak untuk mengatasi rasa takut yang sedang mereka alami. Namun penting untuk direnungkan kembali, bahwa janji pemulihan ini hadir bersama-sama dengan pertobatan dari umat-Nya. Yesaya dipilih dan diutus ke tengah-tengah bangsa yang memberontak kepada Allah, adalah juga untuk menyuarakan pertobatan, supaya umat Allah meninggalkan dosa-dosanya, sebab keselamatan dan janji pemulihan itu hanya akan sampai kepada mereka, sisa-sisa umat Allah (Shear-yasyub) yang mau bertobat atau kembali kepada Allah.

Renungan
1.  Janji Keselamatan TUHAN Allah terwujud secara sempurna dalam diri Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia, Allah yang turut menderita dalam penderitaan manusia, Allah yang mati dan bangkit kembali. Dalam diri Yesus Kristus kita melihat bahwa maut, penderitaan, dan segala yang boleh membuat kita takut, sesungguhnya telah ditaklukkan lewat salib, kematian, dan kebangkitan-Nya. Allah yang kita sembah adalah Allah yang menang, Allah yang hidup, Allah yang setia akan Janji-janji-Nya. Dan yang kemudian oleh Roh-Nya kita sebagai umat percaya dipanggil untuk mengalahkan penderitaan dan rasa takut, sebab Roh yang diberikan kepada kita adalah Roh yang memberikan keberanian untuk menghadapi persoalan. Roh Allah yang diberikan kepada orang-orang percaya bukanlah roh pengecut, atau yang memberikan rasa takut (2 Tim 1:7) atau menuntun kita lari dari persoalan. Tetapi Roh yang membuat kita kuat hati, tangguh, untuk menghadapi dan memenangkan setiap persoalan-persoalan hidup.
2.  TUHAN Allah adalah sumber pertolongan yang sejati. Saat rasa takut menyerang, apakah itu karena bahaya yang mengancam hidup, problematika kehidupan, sakit penyakit, atau apa saja, mari melalui nas ini kita semua diajak untuk mengarahkan pandangan kita kepada Allah yang Mahakudus. Dialah si pemilik kehidupan, dan Dia jugalah sebenarnya sumber pertolongan yang sejati. Mari kita membiarkan Allah bertindak, menunggu dengan sabar jawaban dan hikmatNya, sehingga saat kita kemudian bertindak, maka tindakan kita berdasarkan iman dan kehendak-Nya. Jangan pernah meremehkan TUHAN dalam persoalan-persoalan hidup, jangan pula menduakan TUHAN hanya untuk membebaskan kita dari rasa takut tersebut. Sebab TUHAN bagi kita adalah tempat perlindungan dan kekuatan; sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti (Mazmur 46:2).
3.  Janji pemulihan yang telah berlaku dulu, juga berlaku kepada kita kini, di sini dan nanti pada saat pemulihan yang sempurna saat kedatangan Yesus Kristus yang kedua. Hanya saja perlu direnungkan, bahwa janji itu berlaku kepada mereka yang juga siap mengarahkan hidupnya kepada TUHAN Allah, yang senantiasa mendasarkan tindakanNya dengan iman kepada Yesus Kristus (Roma 14:23). Amin
Suara GKPI, edisi Agustus 2012

"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!
Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.”
                                                                  (Mazmur 46 : 11 – 12)