GKPI Bandung

Visi:GKPI sebagai Persekutuan Rohani dan Agen Perubahan/Pembaharuan.
Misi:GKPI sebagai tubuh Kristus, menjalankan sungguh-sungguh Tri Tugas Panggilan (Apostolat, Pastorat dan Diakonat).


Sunday, 11 November 2012

PENGORBANAN KRISTUS BERLAKU DAN BERKUASA SATU KALI UNTUK SELAMANYA

Warta Jemaat No. 46_11 Nopember 2012                                                                                                                                  Untuk Kalangan Sendiri


Yesus Kristus adalah model tentang pengorbanan. Sebab dengan jelas dikatakan Yesus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia. Yesus sungguh sungguh menghadap hadirat Tuhan guna kepentingan kita. Yesus lebih tinggi dari malaikat (Ibrani 1:1-2:18) dari Musa (Ibrani 3:1-19) dari Yosua (Ibrani 4:1-13). Ia tidak dapat diperbandingkan atau disetarakan dengan siapapun. Mengapa ungkapan ini muncul dalam kitab Ibrani ini? Karena Yesus diperhadapkan dengan tokoh-tokoh yang ada di dalam Perjanjian Lama. Hal ini bisa jadi terjadi karena orang banyak memandang bahwa keyahudian itu lebih utama dibandingkan dengan yang lain. Sehingga di dalam tema-tema Kitab Ibrani memunculkan tokoh-tokoh dalam Perjanjian lama termasuk Iman.
Kitab Ibrani menitikberatkan makna Iman (atau percaya) daripada tindakan. Sebab tindakan atau perbuatan ini dipahami adalah oleh karena didorong oleh iman. Kitab ini juga memberi arti yang lebih dalam tentang mempersembahkan diri. Yesus dipahami telah mempersembahkan diriNya sekali untuk selamanya. Sebuah pengurbanan yang tiada taranya, yang tidak dapat diulang-ulang dan pengorbanan itu adalah dengan darahnya sendiri. Dibandingkan dengan para imam yang setiap tahun mempersembahkan korban namun bukan dengan darahnya sendiri. Ay 26-28 dinyatakan tentang arti dari pengorbanan Yesus yaitu menanggung dosa orang banyak.

Pembahasan nats
Melalui pembacaan Firman Tuhan yang pertama yaitu Mazmur 146, Pemazmur mengalami dalam hidupnya bahwa Allah satu-satunya penolong dalam hidupnya, sehingga dia bersaksi : Pujilah Tuhan hai jiwaku, Aku hendak memliakan Tuhan selama aku hidup dan bermazmur bagi Tuhan selagi aku masih ada.
Dari ayat 24 nats khotbah menyatakan bahwa Yesus melalui kematianNya di kayu salib adalah pengorbanan yang tiada bandingnya dan peristiwa yang tidak dapat diulangi. Yesus rela menderita dan mati dikayu salib untuk menebus dosa manusia. Pada ayat 25 -26, Pengorbanan Kristus adalah satu satunya pengorbanan yang sempurna yang tidak berulang ulang sehingga masuk kedalam surga, pengorbananNya untuk menghapus dosa dunia. Pekerjaan pengorbanan Kristus bukan seperti pekerjaan para imam bangsa Israel yang telah menunjukkan upacara setiap tahun, dimana dia mengambil darah binatang yang dibawa ketempat yang Mahakudus pada saat pengampunan dosa. Pengampunan dosa oleh para imam dengan darah binatang adalah sementara dan tidak sempurna. Keselamatan yang sempurna hanya terjadi oleh karena pekerjaan Yesus sendiri. Kristus telah menyatakan kebenaran dan keadilan Allah (Roma 3 : 25 -26), sehingga jalan masuk kehadirat Allah telah terbuka dan takkan pernah tertutup. Walaupun manusia selalu berbuat dosa dan berbuat dosa tetapi bukan berarti Kristus harus mengorbankan diriNya berulang ulang lagi.
Dalam ayat 27 -28, sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Dia datang kembali untuk selamanya dan untuk membuktikan kebenaran iman pengikutNya sendiri. Kedatangan Kristus yang kedua kali adalah merupakan hari yang sangat dahsyat, itu merupakan hari kebahagiaan bagi orang yang percaya tetapi hukuman bagi orang yang tidak percaya.

Aplikasi
Manusia yang sudah jatuh kedalam dosa hanya Yesus Kristuslah yang dapat menyelamatkannya. Tidak ada jalan yang lain hanya melalui Dia.
Manusia yang hidup didunia banyak mengalami penderitaan, suka duka, tawa dan tangis silih berganti, siapakah yang dapat menolongnya? Hanya Yesus yang dapat menolongnya dari beban beratnya.
Karena Tuhan Yesus telah menembus penghalang antara manusia dengan Allah maka orang percaya bisa setiap saat berbicara kepada Allah melalui doa-doanya untuk minta pertolongan. Apa yang dikatakan dalam mazmur 146, bahwa Allah itu adalah Allah yang adil, pembela orang orang yang ada dalam penderitaan, memberi makan orang yang lapar, membebaskan orang orang yang terkurung dan Ia membuka mata orang yang buta. Artinya Allah itu peduli kepada orang orang yang berada dalam kesusahan, kelamahan, ketertekanan, kesepian karena ditinggalkan oleh orang orang yang dikasihina. Mari selalu datang kepada Allah karena Dialah satu-satunya penolong kita. Amin.

Suara GKPI, edisi Oktober 2012

Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong
yang Harapannya pada Tuhan Allahnya
 (Mazmur 146 : 5)

Saturday, 27 October 2012

TUHAN MENEBUS DAN MENGUMPULKAN UMAT-NYA

Warta Jemaat No: 44_28 Oktober 2012                                                                                                                                     Untuk Kalangan Sendiri



Membaca kitab Yeremia kita berhadapan dengan kesedihan dan tantangan. Kesedihan mengenai umat Tuhan yang dihukum dengan kehancuran negerinya dan kemudian dibawa sebagai tawanan ke negeri asing. (Bacalah Mazmur 137 mengenai kesedihan mereka di pembuangan Babilonia.) Tetapi juga kesedihan atas nasib Yeremia sendiri, yang selain menubuatkan penderitaan bangsanya, dia sendiri ditolak, hendak dibunuh, dan kemudian dipenjarakan penguasa (pasal 26, 37); keluarganya menentang dan mengkhiatainya (12:6). Ia sampai menyampaikan protesnya kepada Tuhan (12:1-4). Nabi Yeremia mendampingi umat Tuhan, ketika masih aman di Yerusalem, selama pengepungan tentara Babilonia, dalam pengungsian ke Mesir, dan kemudian di pembuangan.
Tetapi Kitab Yeremia juga mengandung harapan bahkan kegembiraan. Yeremia tidak hanya diutus “untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan” melainkan juga “untuk membangun dan menanam” (1:10). Sekali pun di negeri orang sebagai tawanan, umat Tuhan didorong untuk berpikir dan bertindak positif memajukan kehidupan bersama masyarakat yang menindas mereka. Mereka diminta mendirikan rumah, berkebun, bahkan menikahkan anak-anak mereka. (29: 4 dst).

Pembahasan nats
Ayat 7, menjelaskan bahwa umat harus bersorak sukacita atas keselamatan yang Tuhan telah lakukan. Sebab keselamatan yang Tuhan karyakan tersebut membuat Israel dan Yehuda kembali tampil sebagai pemimpin bangsa-bangsa. Dalam arti Israel dan Yehuda harus menjadi berkat keselamatan kepada bangsa-bangsa. Karena itu, di dalam sorak-sorai dan sukacita umat, mereka diingatkan dan diperintahkan oleh Tuhan untuk mewartakan dan mengatakan bahwa Tuhan telah menyelamatkan sisa-sisa Israel.
Ayat 8, menjelaskan bahwa keselamatan yang Tuhan lakukan terhadap umat-Nya berwujud kesatuan yang menyeluruh. Tuhan tidak hanya mendatangkan umat-Nya yang tertawan dari Utara, tetapi juga mereka yang tersebar ke ujung-ujung bumi. Semua orang yang tersisa dari umat Tuhan diselamatkan dan dibawa kembali ke negeri mereka, termasuk yang buta, lumpuh, perempuan yang mengandung dan melahirkan.
Ayat 9, menjelaskan bahwa umat tidak tahan melihat kebaikan Tuhan yang telah menyelamatkan mereka sehingga mereka menangis ketika kembali ke negerinya. Tetapi Tuhan menghibur mereka dalam perjalanan mereka. Dan ketika mereka sudah berkumpul dan bersatu sebagai umat Tuhan di negerinya maka Tuhan juga akan memimpin dan menjaga mereka sebagai seorang bapa terhadap anak kandungnya, sehingga mereka terus terpelihara dan tetap berjalan di jalan Tuhan sehingga tidak lagi tersandung dan jatuh.

Aplikasi
Tindakan penyelamatan Tuhan, memang tertuju kepada Israel sebagai umatNya, namun bersifat menyeluruh/universal; meliputi semua orang tanpa membeda-bedakan serta meliputi segala bangsa. Tidak hanya orang-orang sehat dan kuat, tetapi yang buta, lumpuh dan lemah; tidak hanya laki-laki, tetapi juga perempuan, bahkan yang masih mengandung dan baru melahirkan, Keselamatan dari Tuhan itu juga sekaligus mengubah duka dan air mata menjadi sukacita penuh sorak-sorai.
Umat kristen tentu sangat patut untuk bernyanyi gembira, karena Allah yang penuh belas kasih telah menyelamatkan kita. Sekalipun kita sempat menjadi anak yang hilang dari hadapanNya, tetapi oleh kematian dan kebangkitan Yesus, kita kembali kepada Bapa yang penuh kasih sayang. Di dalam sukacita yang penuh sorak-sorai itu, kita diingatkan oleh Tuhan untuk mewartakan dan mengatakan bahwa Tuhan telah menyelamatkan. Sekalipun dalam menjalani kehidupan ini kita selalu menghadapi pergumulan, tetapi pada kenyataannya kita dimampukan melewati badai demi badai tersebut. Melihat kenyataan ini, seyogyanya kita bersyukur. Kita patut mensyukuri, bahwa segala hidup yang kita miliki semata-mata hanya karena anugerah Tuhan. Sebagai umat Kristen, kita menyadari bahwa hidup kita ditopang oleh kasih karunia Tuhan. Kita diselamatkan oleh kasih karunia Tuhan dan hidup kita setiap saat dipenuhi oleh kasih karunia Tuhan. AMIN

Suara GKPI, edisi Oktober 2012

Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (Yesaya 53 : 6)

Monday, 22 October 2012

GEREJA ADALAH PERSEKUTUAN PELAYANAN, BUKAN PEMERINTAHAN



Warta Jemaat No.43_21 Oktober 2012                                                                                                                                                                                      Untuk kalangan sendiri

Setiap orang kristen seharusnya mengikuti teladan Yesus. Itulah indekator sebagai pengikut Yesus. Demikian juga berbicara mengenai kepemimpinan, maka setiap pemimpin kristen baik di kantor, organiasi, rumah, di gereja harus menerapkan pola kepemimpinan Yesus yakni melayani dan bukan dilayani.
Bacaan hari ini mengungkapkan keinginan Yakobus dan Yohanes untuk memperoleh kedudukan di kanan dan kiri Yesus dalam kemuliaannya nanti, tetapi Yesus malah menanyai mereka, sanggupkah minum dari cawan yang diminumnya dan menerima baptisan yang diterimanya. Ditambahkan, ia tak dapat menjanjikan kedudukan itu karena hanya Allah sendirilah yang menentukan siapa yang pantas ke sana. Kemudian Yesus mengatakan, barangsiapa ingin jadi orang besar hendaknya menjadi orang yang melayani orang lain. Bagi Anak Manusia, melayani dan mengamalkan diri menjadi jalan penebusan bagi umat manusia.

Pembahasan nats
Bacaan hari ini terdapat juga dalam Matius 20:20-28. Berbeda dengan Matius, Markus menyebutkan bahwa Yohanes dan Yakobuslah yang meminta kepada Yesus (bukan ibunya sebagaimana di sebutkan dalam Matius) agar diperkenankan duduk dalam Kerajaan Yesus kelak satu disebelah kanan dan satunya disebelah kiri.
Dalam ayat 41 disebutkan: “Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes”. Tidak disebutkan alasan mereka marah. Namun dapat diduga mereka marah karena dianggap ibarat kampanye Yohanes dan Yakobus “mencuri start” untuk mendapatakan legitimasi dari Yesus menegenai persoalan yang sudah mereka perdebatkan sebelumnya yakni mengenai siapa yang paling besar diantara mereka. Mungkin yang lain marah karena dengan tindakan Yohanes dan Yakubus dianggap akan semakin memecah belah persekutuan ke 12 murid. Yesus tidak menginginkan perpecahan terjadi di dalam persekutuan murid-murid. Oleh karena itu Yesus memanggil mereka dan menjelaskan mengenai perbedaan standar “kebesaran” duniawi dan kebesaran rohani. Dalam hal ini Yesus mengambil contoh perbandingan praktek pemerintah di dunia ini yang sudah diketahui para murid, dimana mereka memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Jadi standarnya adalah kuasa, serta seberapa besar kehendaknya dapat dikenakan kepada berapa banyak orang. Tapi dalam Kerajaan Yesus (kepemimpinan rohani) tidak demikian. Standardnya adalah pelayanan dan kerendahan hati. Jadi berbeda dengan “kebesaran duniawi”, “kebesaran rohani” diwujudkan bukan dengan mengecilkan orang lain demi melayani kita, melainkan mengecilkan diri kita sendiri demi melayani orang lain. Pembuktiannya bukanlah pelayanan apa yang dapat aku peroleh, melainkan pelayanan apa yang dapat aku berikan. Dan inilah yang telah dipraktekkan oleh Yesus sendiri. Dalam ayat 45 Yesus mengatakan bahwa Anak manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Persaingan demikian rupanya terjadi juga di kalangan para murid Tuhan Yesus. Setelah sebelumnya mereka berdebat tentang siapa yang terbesar di antara mereka (Markus 9:33-37), sekarang tahu-tahu Yakobus dan Yohanes tampil meminta tempat utama kepada Guru mereka (ayat 37). Kesepuluh murid lain kontan marah kepada kedua bersaudara itu. Tuhan Yesus segera meluruskan pemahaman mereka. Siapa yang ingin menjadi yang terbesar, ia harus menjadi pelayan bagi semua (ayat 43,44). Artinya, kebesaran sejati terletak dalam kerendahan hati.

Aplikasi
Pemimpin yang melayani berarti kepemimpinan yang menghambakan diri. Identitas pemimpin Kristen adalah sebagai “hamba. Kata “hamba” berasal dari kata servant/slave atau doulos (Yunani), ebed (Ibrani) berarti seorang yang sedang dalam status sebagai pelayan. Tugasnya adalah mengerjakan pekerjaan menurut kehendak tuannya, tidak ada bantah-bantahan. Berarti ia sedang menyangkal dirinya atau tidak berhak lagi atas hak pribadinya. Hak itu sudah melebur/menyatu dengan hak tuannya. Dan Yesus sendiri telah menerapkan kepemimpinan demikian dalam hidupnya (Mrk. 10:45).
Pemimpin yang melayani berarti kepemimpinan yang mendasarkan otoritasnya pada pengorbanan. Yesus mengajarkan bahwa ciri khas dan kebesaran pemimpin spiritual terletak bukan pada posisi dan kuasanya, melainkan pada pengorbanannya. Hanya melalui melayani, seseorang menjadi besar (Mrk. 10:43-44). Pemimpin yang memberi keteladanan dan pengorbanan akan memiliki wibawa spiritual untuk memimpin orang lain.
Pemimpin yang melayani berarti pemimpin yang menempatkan posisinya di bawah kontrol Kristus. Seorang pemimpin Kristen bukan menjadi orang nomor satu dalam gereja, sebab Kristus adalah Kepala Gereja. Ia memimpin namun juga dipimpin oleh Pemimpin Agung, Tuhan Yesus (Yoh. 13:13). Dengan demikian kerendahan hati dalam kepemimpinannya akan riil dalam praktiknya.
Suara GKPI, edisi Oktober 2012

dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. (Markus 10 : 44)

Saturday, 29 September 2012

FIRMAN TUHAN LEBIH MANIS DARIPADA MADU

Warta Jemaat No: 40-30 September 2012                                                                                                                                  Untuk Kalangan Sendiri



Dalam nas ini, umat Tuhan diajak untuk mematuhi aturan Tuhan. Ketaatan terhadap peraturan Tuhan ini bukan soal ditangkap atau tidak tetapi menyangkut bagaimana manusia menikmati hidup ini. Disebutkan, firman Tuhan itu sempurna dan tepat. Aturan Tuhan itu memang cukup banyak sebagai pengembangan dari Hukum Taurat. Tetapi, aturan itu tidak usah dihafalkan. Sesungguhnya semuanya itu sudah Tuhan masukkan di dalam hati setiap orang-orang percaya. Maksudnya, kita sebenarnya sudah tahu akan firman Tuhan itu, tapi apakah kita mau menjalankan atau tidak. Itu sangat tergantung pada kemauan hati kita. Bagi setiap orang yang mau merenungkan dan memberlakukan Taurat Tuhan akan memperoleh manfaat langsung di dalam hidupnya. Melalui renungan ini ada 4 manfaat bagi kehidupan manusia.

1. Menyegarkan jiwa memberikan hikmat
Taurat Tuhan itu bukan sekedar aturan yang menilai benar atau salah. Lebih dalam lagi, firman Tuhan itu mengingatkan manusia itu pada hakekatnya. Manusia itu adalah gambaran Allah, manusia itu memiliki jiwa yang Allah kehendaki. Kehendak Allah itu dituangkan dalam firmanNya yang setiap saat dapat kita nikmati. Firman Tuhan penuh dengan hikmat yang dapat memberi pengetahuan baru bagi yang berkenan merenungkannya. Firman Tuhan menyadarkan manusia akan segala perbuatan yang telah dan akan dilakukan. Mungkin manusia itu sudah jauh melangkah atau mengejar yang tak bermanfaat, yang hanya melelahkan dirinya sendiri. Manusia menjadi stress. Atau, manusia itu merasa jenuh menjalani hidup ini karena menurutnya tidak ada lagi yang baru. Tidak ada lagi pengharapan.
Firman Tuhan mengingatkan manusia yang jauh dari Tuhan, agar berkenan melepaskan berbagai beban hidupnya. Firman Tuhan juga memberikan hikmat, agar manusia tahu apa yang perlu dilakukannya. Dengan demikian, manusia itu memiliki pengharapan baru dan menjadi dinamis dalam hidupnya. Itu sebabnya disebutkan, firman Tuhan menyegarkan jiwa. Manusia itu di-refresh dari stressnya. Orang yang merenungkan firman Tuhan akan memperoleh kesegaran jiwa.

2. Menyukakan hati membuat mata bercahaya
Tuhan memberikan hati bagi manusia, supaya manusia bertindak (bekerja, melayani, berbuat sesuatu) didorong oleh hati itu. Semua firman Tuhan itu sudah melekat dalam hati manusia itu. Itu sebabnya, firman Tuhan itu menyukakan hati manusia. Manusia memberlakukan firman Tuhan sehingga membuat kita bersukacita. Hati yang bersukacita akan terpancar melalui wajah/mata kita.

3. Takut akan Tuhan
Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang malu melakukan dosa, yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Ia bebas dari kungkungan dosa, merdeka, melampaui hidup duniawi, hidup yang penuh sukacita. Ia berkenan bagi Tuhan. Hidup yang demikian disebutkan lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.’

4. Bebas dari yang tak disadari
Tuhan sesungguhnya memberikan manusia kesadaran. Tindakan yang dilakukan dengan penuh kesadaran akan memberi manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain. Tetapi perbuatan yang tidak disadari dapat menimbulkan kekacauan. Kacau karena terjadi kesalahan, kesesatan, tidak sopan, dapat menyakiti orang lain.
Kesalahan yang tidak disadari sebenarnya bisa dimaafkan orang lain. Tetapi kesalahan yang berulang-ulang apalagi menyakiti orang lain tentu sangat berbahaya. Suatu saat, orang yang tersakiti itu akan menegur orang yang melakukan kesalahan itu. Namun, karena ia tidak sadar akan kesalahannya, maka ia tidak akan pernah mengakuinya. maka terjadilah ‘perang argumen’. Firman ini mengungkapkan, orang yang diterangi firman Tuhan akan bebas dari kesesatan yang tidak disadari.
Dengan demikian, orang-orang yang taat pada peraturan, Taurat Tuhan akan hidup dengan dinamis, memperoleh kehendak hatinya, tidak berbuat dosa, dan bebas dari kesesatan. Ia hidup dalam anugerah Tuhan. Ia menikmati manisnya kehidupan ini. Hidup ini menjadi indah.
Pemazmur mulanya memandang kehidupan dunia ini penuh pergumulan; kegelisahan, tak terpuaskan, bagaikan tanah yang tandus dan kering, tanpa pengharapan. Pemazmur sadar, bahwa hidup yang demikian akibat manusia tidak taat pada firman Tuhan. Pemazmur bersaksi, bahwa hanya ketaatan pada firman Tuhanlah maka manusia ciptaanNya dapat mengalami kesegaran jiwa dan hati yang penuh sukacita.
Kesaksian pemazmur ini mengajak kita juga untuk hidup dalam firman Tuhan. Kita mau membaca, merenungkan dan memberlakukan firman Tuhan di dalam seluruh kehidupan kita, sebab firman Tuhan itu bagaiman emas yang indah dan lebih manis dari madu. AMIN
Suara GKPI, edisi September 2012

“ … Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima
                                                              (Kisah Para Rasul 20:35)

Saturday, 22 September 2012

PEMBALASAN ADALAH HAK TUHAN



Warta Jemaat No:39-23 September 2012                                                                                                  Untuk Kalangan Sendiri

Memberitakan firman Tuhan bukanlah pekerjaan yang ringan, enteng dan mudah. Sebab menyatakan firman Tuhan adalah menyatakan kebenaran, menyatakan hal yang bertentangan dengan keinginan atau hasrat manusia dan yang sering mendapat reaksi negatif dari manusia itu sendiri. Manusia tidak selalu bersikap positif dalam merespon kebenaran yang kita sampaikan sekalipun itu adalah firman Tuhan. Kebenaran yang kita sampaikan kadangkala mendatangkan hujatan dan siksaan terhadap diri sendiri. Hal itu juga pernah dialami oleh nabi Yeremia, ketika ia diutus Tuhan menyampaikan firmanNya ke tengah-tengah bangsa Israel.
Nabi Yeremia berasal dari Anatot, keturunan seorang imam dan telah dipanggil Tuhan sejak dari kandungan ibunya. Ia adalah seorang nabi yang jujur, tulus dan polos. Ia memberitakan Firman Tuhan dengan berani kepada bangsa Yehuda. Tetapi pada kenyataannya orang Yehuda bukannya mendengarkan Firman Tuhan yang disampaikannya, melainkan mereka malah bersekongkol untuk melakukan persepakatan jahat kepada Yeremia. Nabi Hananya dan nabi Pashur yang dikenal sebagai nabi palsu, pernah merencanakan kejahatan untuk menyiksa dan membunuh nabi Yeremia. Hal yang sama juga dari saudara-saudaranya dari kampung Anatot.

II. PENJELASAN
Yehuda mengingkari perjanjiannya kepada Allah dengan pergi beribadah kepada ilah lain. Nas khotbah ini terdiri dari satu perikop yang lebih besar yaitu ayat 18-23 dengan topik “nyawa Yeremia terancam di Anatot” dan pasal 11 ini terdiri dari 2 perikop. Satu perikop lagi, ayat 1-17, perikop yang mendahului nas khotbah ini, yaitu pemberitahuan tentang adanya perjanjian antara Allah dengan Israel yang telah diingkari oleh bangsa Israel. Yeremia menyampaikan kepada Yehuda bahwa pada waktu yang lalu, nenek moyang Israel telah mengikat perjanjian dengan Allah. Israel telah mengingkari perjanjian itu. Israel telah melakukan pelanggaran yang sama dengan nenek-moyangnya ketika di padang gurun Sinai, mereka mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya. Pada jaman Yeremia, Israel menolak mendengarkan dan melakukan Firman Tuhan, mereka lebih suka beribadah kepada ilah lain. Karena itu Tuhan akan mendatangkan hukuman terhadap Israel.
Tuhan memberitahukan kepada Yeremia peristiwa yang akan terjadi sehubungan dengan kejahatan Israel. Hukuman itu merupakan tindakan Tuhan karena Israel telah meninggalkan Tuhan. Itulah sebabnya Yeremia dengan berani dan tegas memberitakan dan menyatakan Firman Tuhan kepada Israel. Hal yang akan terjadi itu adalah Tuhan akan mendatangkan hukuman kepada Israel oleh karena mereka telah meninggalkan Tuhan dengan pergi beribadah dan menyembah baal. Tuhan juga memberitahukan bahwa semua bangsa Yehuda dan penduduk Yerusalem akan membenci Yeremia dan bersekongkol untuk merencanakan pembunuhannya. Tuhan juga memberitahukan bahwa Israel telah menolak FirmanNya, mereka tidak mau mendengarkan firman Tuhan. Itulah kejahatan dan kedegilan bangsa Israel.
Nabi Yeremia agak berbeda dari nabi-nabi lainnya. Dialah salah satu nabi yang sangat menderita dan karena penderitaannya (ay. 19), para ahli PL menjadikannya sebagai prototipe bagi Kristus dalam PB. Yeremia menderita oleh persekongkolan saudara-saudaranya. Ia dipahami ibarat seekor anak domba jinak yang dibawa untuk disembelih, demikianlah bangsa Yehuda bersepakat untuk membinasakan dan melenyapkan nabi Yeremia. Hal lain yang penting diungkapkan disini adalah kejahatan bangsa Yehuda yang tidak hanya menolak Allah tetapi juga menolak semua hamba-hambaNya. Mereka merancang kejahatan untuk melenyapkan Yeremia karena mereka memahami bahwa Yeremia itu adalah nabi palsu. Bagi Yehuda nabi yang benar itu adalah nabi yang menyatakan hal-hal yang menyenangkan telinga pendengar, sedangkan nabi Yeremia menyatakan Firman Tuhan yang memberitahukan akan datangnya hukuman dan kecaman yang tajam atas kejahatan yang mereka perbuat. Itulah sebabnya Yeremia ditolak, Firman Tuhan ditolak dan merupakan suatu sikap penolakan kepada Allah.
Tuhan menghakimi dengan adil dan yang dapat menguji batin dan hati. Dalam kalimat terakhir di ayat 20, Yeremia mengatakan “sebab kepadaMulah kuserahkan perkaraku”. Yeremia memahami penderitaan yang akan terjadi pada dirinya. Yeremia mengetahui rancangan kejahatan dari bangsa Yehuda kepada dirinya atas pemberitaan firman Tuhan yang telah disampaikannya. Atas semua tindakan dan rancangan bangsa Yehuda dan Israel tersebut, Yeremia hanya menyerahkan semua perkara itu kepada Tuhan. Yeremia tahu dan sadar bahwa dirinya tidak akan mampu melawan bangsa Yehuda dan Israel, dia juga sadar bahwa dirinya bukanlah diutus untuk melawan mereka. Yeremia juga tahu bahwa hanya Tuhanlah yang patut menghakimi. Tuhan adalah Allah yang menghakimi dengan adil, keadilanNya ialah tindakanNya yang benar dalam mengambil keputusan, tindakanNya yang menghukum dengan tepat, tindakanNya dalam penghukuman itu bertujuan yang baik.

III. RENUNGAN
Kejahatan bangsa Israel (Yehuda) kepada Tuhan ialah ketidakmauan bangsa Israel mendengarkan firman Tuhan dan ketidaksetiaannya beribadah kepada Tuhan sesuai isi dan inti perjanjian. Hari ini, mereka beribadah kepada Tuhan, besok hari mereka beribadah lagi kepada ilah lain. Israel telah berjanji bahwa mereka hanya beribadah kepada Tuhan saja (Yos. 24:15, Kel. 20:3-5). Ternyata mereka beribadah juga kepada ilah-ilah lain. Perlu direnungkan arti kata “kesetiaan” dalam hidup beriman. Nas ini mengingatkan kita akan pentingnya kata “kesetiaan” itu untuk diwujudkan oleh orang percaya kepada Tuhan.
Penderitaan yang dialami oleh Yeremia merupakan gambaran akan tantangan yang selalu dihadapi oleh orang-orang percaya kepada Tuhan. ketika kita dipanggil Tuhan untuk menyatakan kebenaran, kita harus juga selalu bersiap diri untuk menghadapi tantangan sebagai akibat pemberitaan itu. Tetapi perlu kita sadari bahwa Tuhan akan memberi kekuatan kepada kita ketika menghadapi penderitaan.
Tuhan itu adil, Ia menguji batin dan hati. Artinya Tuhan itu selalu benar, tepat dan baik dalam mengambil suatu tindakan dan keputusan. Jika Tuhan menghukum atau jika Tuhan menyelamatkan dan mengampuni, di dalamnya Tuhan selalu adil. Karena itu, kita diharapkan agar tetap beriman yang teguh kepadaNya, sekaligus mempersiapkan diri untuk tetap kuat dalam menghadapi tantangan hidup. Amin!
Suara GKPI, edisi September 2012

“Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu
dan memelihara kamu terhadap yang jahat.”
                                                                 (2 Tesalonika 3:3)

Saturday, 15 September 2012

KEMESIASAN YESUS TERSINGKAP DAN DIBERITAKAN OLEH KEMATIAN/KEBANGKITAN-NYA

Warta Jemaat No.38_16 September 2012                                                                                                                                   Untuk Kalangan sendiri



Tuhan Yesus sudah menyebarkan amanatnya dengan sungguh-sungguh di Galilea sehingga dalam seluruh perjalanan hidup mereka orang Galilea sadar akan pelayanan-Nya. Di antara banyak rakyat biasa, popularitas-Nya demikian tinggi sehingga mereka siap untuk mengangkat Dia sebagai raja mereka dengan paksa. Kejengkelan para pemimpin agama yahudi sudah hampir mencapai puncaknya. Dan Herodes sekarang menjadi gusar terhadap popularitas Kristus. Situasi menjadi semakin menjurus kepada krisis yang terlalu dini, sedangkan pelayanan Kristus belum selesai. Akibatnya Yesus menyingkir empat kali dari Galilea, satu ke pantai timur Danau (6:31-56), satu lagi ke wilayah Tirus dan Sidon (7:24-30), satu ke Dekapolis (7:31-8:9), dan terakhir ke Kaisarea Filipi (8:10-9:50). Di sini kegiatan utama Kristus adalah kembali mengajar murid-murid-Nya mengenai pokok-pokok seperti diri-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya, pemuridan mereka dan kedatangan-Nya dalam kemuliaan.
Penjelasan
Ayat 27-33:
Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kaisarea Filipi. Tempat ini adalah tempat politik penting di mana kaisar diakui sebagai Tuhan. Tempat ini juga merupakan supermarket berhala, tempat orang-orang memilih dewa-dewi untuk dibeli dan disembah. Maka, kita melihat bahwa pertanyaan Yesus mengenai siapa diri-Nya diajukan pada konteks yang tepat.
Yesus memulai dengan pertanyaan mengenai apa yang orang-orang katakan tentang Dia. Ini adalah kebiasaan masyarakat Mediterania purba. Zaman itu, identitas ditentukan bukan oleh diri sendiri, tetapi oleh komunitas. Identitas itu ditegaskan ulang oleh orang-orang lain. Maka, meskipun tentu Yesus mengetahui jawaban dari pertanyaan-Nya, di sini Ia benar-benar ingin mengetahui apa kata orang-orang dan ingin mendapatkan konfirmasi dan identifikasi dari murid-murid-Nya. Penilaian orang-orang lain menunjukkan ketidakmengertian mereka bahwa Yesus adalah yang akan menjadi penyelamat umat manusia sampai setuntas-tuntasnya.
Para murid pun ditanyai Yesus, "Menurut kamu ...". Petrus mewakili para murid dan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, orang yang diutus dan diurapi Tuhan. Di sini Petrus menunjukkan bahwa bagi dirinya Yesus sungguh-sungguh bermakna.
Yesus diutus Bapa-Nya ke dunia bukan untuk menyenangkan dan memuaskan keinginan manusia. Itu sebabnya Yesus melarang murid-murid-Nya memberitahu orang lain bahwa Dia adalah Mesias. Selain karena orang harus menemukan hal itu secara pribadi, juga agar orang tidak punya motivasi salah saat mengikut Dia.
Petrus ternyata punya pengikut. Banyak orang yang lebih suka mengenal Yesus sebagai Tuhan yang menyelesaikan kesulitan dan memenuhi kebutuhan mereka. Padahal Yesus datang terutama untuk menyelesaikan masalah fundamental yang dihadapi manusia, yaitu dosa.

Ayat 34-38:
Pengajaran yang tercatat dalam 8:34-38 merupakan perkembangan wajar dari kenyataan tentang penderitaan Kristus. Setiap orang yang mau mengikut Kristus harus melintasi jalan yang telah dilalui-Nya, yaitu jalan penyangkalan diri dan memikul salib. Salib adalah lambang penderitaan, dan penyangkalan diri melambangkan kesediaan untuk menderita bagi orang lain. Kristus adalah teladannya; para murid harus terus mengikuti Dia.
Paradoks dari ayat-ayat ini dengan memahami bahwa Tuhan memakai istilah nyawa dengan dua arti. Penggunaan yang pertama, menyelamatkan nyawanya, mengacu kepada usaha mempertahankan hidup jasmaniah dari kematian. Orang yang sepenuhnya berusaha melindungi hidup ini akan kehilangan hidup yang kekal. Sebaliknya, orang yang demikian mengabdi kepada Kristus sehingga bersedia untuk kehilangan nyawanya adalah orang yang memperoleh hidup yang sejati. Orang itu menemukan bahwa mati adalah keuntungan (Flp. 1:21). Ini bukan gambaran tentang jalan keselamatan bagi orang yang tersesat, melainkan lebih merupakan falsafah hidup bagi murid.
Dalam ayat 36: Di sini yang dibandingkan adalah dunia dan nyawa. Prinsip ini berlaku untuk tingkat jasmaniah maupun rohani. Apa gunanya memperoleh segala sesuatu yang ditawarkan dunia apabila orang itu mati dan tidak dapat menikmati kekayaannya? Atau, apa gunanya mengumpulkan sejumlah harta duniawi untuk beberapa tahun yang singkat apabila itu berarti kehilangan hidup yang kekal.
Ketika Kristus menggunakan ungkapan, “malu karena Aku dan karena perkataan-Ku”, Dia sedang melukiskan suatu perbedaan dengan sikap bersedia kehilangan nyawa demi diri-Nya dan demi Injil (ay. 35). Malu berarti menyangkal Kristus pada saat-saat pencobaan dan bukan tetap mengakui Dia walaupun dengan risiko mati. Malu berarti berdiri bersama-sama dengan angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, dan bukan bersama-sama dengan Kristus. Tidak setia. Secara rohani melukiskan orang-orang yang tidak setia kepada Allah. Demikian pula, pada saat Tuhan datang sebagai Hakim, Dia akan malu dan akan menyangkal orang-orang Yang telah menyangkal Dia.

Refleksi
Sebelum Yesus menegaskan bahwa konsekuensi mengikut Dia adalah memikul salib, Ia baru memberitahukan para murid-Nya bahwa Ia harus menanggung penderitaan (ay. 31). Untuk para murid, hal itu tidak boleh terjadi pada Yesus. Mengapa? Sangat jelas, karena mereka sudah mengikut Dia. Mereka mempertaruhkan hidup kepada-Nya dengan meninggalkan pekerjaan mereka. Mereka tentu juga mencintai Dia. Tapi ada lagi yang lebih dalam dari semua kemungkinan alasan ini.
Tuhan memaparkan lebih jauh bahwa seluruh sifat kehidupan Kristen adalah menyangkali diri dan memikul salib. Ini bukan bicara tentang prasyarat tapi konsekuensi menjadi Kristen! Salib adalah penderitaan dan kematian. Dari zaman ke zaman merupakan fakta bahwa konsekuensi mengikut Yesus sering berbentuk aniaya dari dunia ini. Meski sekarang konsekuensi itu belum tentu harus kita pikul dalam bentuk fisik, tapi banyak bentuk penderitaan memang harus kita tanggung. Konsekuensi dari setia pada Yesus adalah mengalami penolakan dari sekitar kita yang belum berada dalam Tuhan.
Apa yang Yesus maksudkan dengan menyangkal diri ini? Ia tidak bermaksud bahwa ada hal-hal yang tadinya kita suka lalu harus kita sangkal. Yang harus kita sangkal adalah diri kita, ego kita. Sebab jika orang benar-benar mengikut Yesus sebagai Juruselamat dan Tuhan, maka hanya satu penggerak dari semua motif hidupnya; yaitu menjalani suatu kehidupan yang sepenuhnya diisi, dikendali, diberdayakan, dimurnikan oleh Tuhan.
Mereka yang menolak untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah adalah mereka yang akan kehilangan banyak hal. Mereka juga akan menerima hukuman kekal dari Anak Manusia yang akan datang menjadi Hakim untuk kedua kalinya. Amin.
Suara GKPI, edisi September 2012

Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak,
tidak berpaling Kebelakang.
(Yesaya 50:5)